(Mencari Warga Desa)
Bosan mulai melanda Kamori yang menunggu ayahnya pulang sambil tiduran dikursi kayu ruang tamu, bagaimanapun dia harus bertemu dengan ayahnya karena di dunia nyata kedua orang tua Linda atau Kamori meninggal.
Kamori menjadi rindu dengan rasanya dipeluk oleh sosok ayah serta dukungan dari salah satu orang tua, tak terasa siang menjelang malam telah tiba hanya untuk menunggu ayahnya datang.
"Apa-apaan ini! kenapa ayah tidak pulang? apa yang terjadi dengannya?" pikiran Kamori mulai dihantui oleh pikiran buruk dan mulai panik sendiri.
[Tuan mendapatkan satu pesan!]
Sebuah nontifikasi muncul didepannya. Kamori mengetuk dua kali di udara dan muncul sebuah pengaturan yang terdiri dari Email, Toko, Status, Skill dan peta.
Kamori mengetuk bagian email dan muncul lah layar tembus pandang di depannya.
[Anda memdapatkan misi tingkat B]
[Misi : Dikarenakan ada kenjanggalan dengan Desa tanpa nama, anda harus menyelidiki apa yang terjadi dengan desa dan temukan ayah anda!]
[Batas waktu menjalankan misi : Dua hari]
"Misi pencarian?" Kamori tau kalau dunia ini di ambil dari game RPG pasti ada misi utama ataupun sampingan, jadi dia harus siap menghadapi semua itu untuk mencapai level MAX.
"Apa telah terjadi sesuatu disini? kalau begitu aku harus mencari petunjuk ke mana?" Kamori menggaruk kepalanya berpikir bagaimana cara dia mendapatkan petunjuk sementara disini tidak ada orang.
Kamori berdiri dari tidurnya dan melangkah keluar rumah, Sekali lagi dia melihat sekeliling hanya ada deretan rumah tua tanpa ada penghuninya.
"Hah..., kalau begini bagaimana caranya mencari warga desa?" Kamori memegang keningnya sambil memikirkan suatu cara sampai sebuah tulisan muncul di hadapannya.
[Coba tanyakan kepada orang sekitar.]
"Tanya sekitar?" di lihatnya kanan, kiri, "Apa kau bercanda?"
[Cari yang ramai sayang...!]
"Idih, sejak kapan kau jadi pacarku," Kamori melipat kedua tangannya dan membuat ekspresi wajah menantang ke Aka si sistem.
[Maaf, anda siapa ya?]
Aka sukses membuat Kamori kesal, "Terserah lo!" marah Kamori, dia pergi mengabaikan Aka yang masih terus mengeluarkan kata-kata di depannya.
ʕ•ﻌ•ʔ
Di tengah kota tempat dimana jual beli diadakan, banyak pedagang lalu lalang membawa barangnya untuk diperjual belikan.
Disinilah langkah pertama yang akan Kamori tanya tentang apa yang terjadi dengan desa tanpa nama dan kemana semua penduduk hilang tanpa jejak.
Kamori terus mengelilingi setiap sudut kota, setiap bertemu orang dia akan bertanya tentang desa tanpa nama tersebut.
Sayangnya tidak ada orang yang mengetahuinya, apa seterpencil itu desa tanpa nama sehingga tidak ada orang yang mengetahui tentang desa tersebut.
Pada akhirnya, Kamori beristirahat sejenak di sebuah kafe terdekat. "Kenapa semua orang tidak mengetahui tentang desaku?"
"Apa yang dimaksud kakak itu desa tanpa nama di selatan kota?" tanya anak kecil berjenis kelamin perempuan yang tiba-tiba muncul di samping mejanya.
Kamori hanya melihat si anak kecil mulai duduk di depan kursi kosong bersamanya. "Apa kau tau dimana penduduknya?" tanya Kamori sedikit terkejut karena masih ada harapan untuk mencari petunjuk tentang warga desanya.
Tanpa izin anak kecil itu meminum susu yang di beli Kamori, Kamori tidak masalah dengan susu yang diminum anak kecil itu, yang dia butuhkan sekarang adalah dia harus mendapatkan informasi tentang desanya.
"Iya, beberapa hari yang lalu terjadi penjarahan besar-besaran di kota ini!" si anak kecil tanpa nama itu pun mulai bercerita, Kamori mulai fokus pada ceritanya.
"Banyak dagangan warga dijarah, para pedagang di ambil hartanya, orang kaya diancam, penjaga dimusnahkan dan para anak-anak diculik dijadikan babu."
"Semua anak?" tanya Kamori dengan ekspresi penasarannya.
"Semua anak! tanpa satupun yang terlewat," alis Kamori mengangkat satu, "Terus kamu kok berhasil lolos?" tanya Kamori, kalau semua anak diculik tanpa tersisah bagaimana anak ini bisa lolos.
"Itu karena seorang paman pedagang keliling yang baru saja pulang dari dagangnya terpaksa ikut campur dengan kejadian penjarahan, aku diselamatkan dia...."
"Paman itu menyembunyikan aku disebuah ruang bawah tanah dan melindungiku, entah sekarang dia kemana, aku khawatir dengan paman tersebut," raut wajah anak perempuan itu seketika berubah menjadi sedih.
"Memangnya siapa paman itu?"
"Aku tidak tahu, tapi dia pernah berkata begini. 'Kau tau kenapa aku melindungimu? karena aku juga punya anak perempuan sepertimu, tapi sepertinya dia sedikit nakal'paman itu tersenyum meski tubuhnya berlumur darah."
Anak perempuan tadi menangis menutup wajahnya, Kamori yang melihat itu berusaha menenangkan anak itu.
[Bukannya yang dibicarakan itu kau?]
Muncul tulisan dari Aka tentang anak perempuan yang dimaksud oleh anak kecil itu, 'Apa maksudmu?' tanya Kamori telepati.
[Apa kau bod*h atau apa.]
'Kubuang kau!'
[Paman yang disebutkan adalah pedagang keliling dan ayah kau itu juga pedagang keliling ditambah lagi anak perempuan nakal itu kau yang dulu sangat suka mendekati laki-laki dan banyak pola.]
'Seburuk itu orang ini,' tampak raut wajah menyesal dari Kamori.
"Nak, apa kau tau perginya paman itu dan siapa perampoknya?" anak tersebut sudah mulai tenang.
"Aku tidak tau siapa pelakunya, menurutku mereka adalah organisasi, kalau paman aku juga tidak tau, tapi aku pernah mendengar mereka tentang pergi ke Kota Charol."
"Kota Charol? dimana itu?" karena masih baru datang ke dunia ini wajar kalau Kamori tidak tau bahkan orang yang menyapanya tadi, dia saja tidak tau meski mereka mengenalnya, tidak ada ingatan yang tertinggal dari pemilik tubuh.
"Kakak tidak tau?" geleng Kamori polos.
"Kota itu dekat dengan dimensi lain," Kamori masih belum mengerti apa yang dikatakan anak kecil itu, anak tersebut peka akan raut wajah Kamori, dia hanya menghela nafas kecil.
"Seribu tahun lalu ada tiga penyihir bersaudara yang selalu membanggakan keahlian mereka masing-masing, pada saatnya ada orang tidak bertanggung jawab yang mengadu domba mereka bertiga...."
"Ketiga penyihir bersaudara tersebut mulai bertengkar mengadu kekuatan, pada pertarungan terakhir karena tidak ada yang menang pada akhirnya tiga penyihir bersaudara mengeluarkan sihir andalan mereka..."
"Karena mereka sama-sama kuat, tiga penyihir itu gugur dan energi sihir yang sebelumnya mereka rapalkan menjadi sebuah lubang hitam besar, lubang tersebut mengarahkan ke suatu tempat yang terdapat banyak monster-monster level tinggi..."
"Tidak banyak yang berani kesana karena sekali kesana tidak akan pernah kembali, tapi dulu ada orang yang pernah berhasil keluar dari sana hidup-hidup, pada saat itu dia hanya berkata, 'Monster' lalu dia meninggal."
"Sekuat itu monster di dalamnya?" anak perempuan itu hanya menganggukan kepalanya tanpa menjawab.
"Kota Charol berada di dekat lubang dimensi itu, dari sini sekitar dua hari dengan kuda kalau jalan kaki tiga hari," ucapnya.
Malam hari sudah datang, pencarian informasi juga hampir selesai, cafe yang ditempati juga sudah mulai ramai akan orang mabuk, Kamori telah memutuskan apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
"Apa kau punya orang tua?" tanya Kamori memandang kedua bola mata emas anak perempuan dengan umur sekitar sembilan tahun.
Anak itu menggeleng, "Dari kecil aku tidak punya orang tua dan menjadi gelandangan biasa," jawab anak kecil itu tanpa ada rasa sedih.
"Kalau begitu apa kau mau menunjukkan jalan ke sana besok pagi?" ajak Kamori mengulurkan tangannya.
Anak tersebut menatap uluran tangan Kamori, "Baiklah," anak itu meraih tangan Kamori dan menjabatnya. Disinilah mereka akan bekerja sama.
[Kenapa tidak memakai peta saja dari pada menyuruh anak kecil untuk mengantar tante-tante tua sepertimu?]
Urat-urat dikepala Kamori muncul saat membaca pesan dari Aka 'APA KAU PUNYA MASALAH, HAH!' marah Kamori.
[Tidak juga]
'Kalau begitu kau diam saja!'
"Kalau begitu besok pagi, tepat pada bel kota berbunyi kita bertemu disini," senyum mengembang di bibir bocah itu seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan.
"Baiklah, sebelum kita pulang, siapa namamu?" tanya Kamori, dari tadi dia tidak tahu nama anak yang dia ajak bicara, bukannya itu tidak sopan.
"Namaku Mika, kakak siapa?" jawab Mika.
"Kamori Lin panggil saja Kamori, salam kenal Mika," senyum manis Kamori, Kamori merasakan ada yang aneh dari Mika semenjak bertemu dia.
Bukannya tidak percaya, tapi kenapa dia mau repot-repot bicara dengannya dan kalau saja kejadian sebesar itu dialami oleh kota, harusnya pemerintah atau raja akan bertindak mengingat ini adalah kota utama.
Ditambah lagi, semua penduduk yang dia tanyai harusnya menceritakannya tapi mungkin juga bisa mereka trauma, kalau trauma masih ada petunjuk seperti kota yang berantakan, para pedagang pergi dan lain-lain.
Tapi ini tidak, kotanya berjalan seperti tidak ada yang terjadi, para pedagang masih berjualan dan penduduk pun masih melakukan kegiatannya.
Kamori menatap kepergian Mika dari meja, dia hanya bingung untuk mempercayainya atau tidak, itu sangat membingungkannya.
"Yah, kalau ada sesuatu, aku tinggal menggunakan cara kekarasan," ucap Kamori seraya memesan makanan lagi, dia tidak peduli akan rumor menggemukkan badan jika makan pada malam hari.
[Tujuan Selanjutnya, Pergi Menuju Kota Charol!!!]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments