"kak Gilang! apa sekolah itu menyenangkan?" tanya Lila dengan aksen lucunya seraya memperhatikan Gilang yang tengah asyik bersantai dengan sebuah es krim ditanganya.
Gilang memikirkan sejenak. menurut Gilang pribadi, sekolah itu sangat amat membosankan. setiap hari selalu itu-itu saja. berkutat dengan setumpuk buku, setumpuk tugas, beberapa pekerjaan rumah, Ujian, serta kuis.
tapi untuk mereka, Gilang tak mungkin mengutaran itu semua secara gamblang. ia tentu akan mengungkapkan yang sebaliknya seolah Gilang begitu menyukai saat-saat di sekolah. supaya terlihat seperti murid teladan.
"oh tentu! di sana kau akan memiliki banyak teman, belajar banyak hal, mendapat suasana yang berbeda, dan dapat memiliki seorang pacar" bisiknya diakhir kalimat.
"apa kak Gilang punya pacar?" tutur Lila penasaran.
"oh tentu tidak! aku begitu tampan. tak sembarang orang bisa menjadi pacarku" tutur Gilang tengil.
sedangkan Lana yang sedari tadi hanya diam memperhatikan keduanya, kian lama kian merasa geli ketika mendengar setiap kalimat yang Gilang ucapkan.
bagi Lana, Gilang adalah pria fanatik yang mengagung-agungkan dirinya sendiri. padahal ia masih di bawah rata-rata.
"kalau memang benar adanya seperti yang kak Gilang katakan, mengapa kak Gilang jarang ke sekolah?" kali ini gantian Lana yang mempertanyakan hal yang mampu membuat Gilang tergugu.
bayangkan betapa malunya seorang Gilang saat di buat tak bisa berkutik oleh seorang anak kecil yang bahkan belum bersekolah.
"karena.. karena.. aku murid yang pandai"
"bukankah murid yang pandai itu malah sangat rajin pergi ke sekolah? kenapa kak Gilang sebaliknya?"
Gilang perlahan melerakkan es krimnya di atas meja "hey! meskipun aku ini sering sekali absen, tapi nilai ku tak pernah turun. aku selalu menjadi juara kelas, juga pernah beberapa kali menang dalam olimpiade, akademi maupun non akademi" tekan Gilang kesal.
"kau percaya dia, Lil?"
Lila dengan polosnya menggelengkan kepalanya pelan.
sontak saja hal itu mampu membuat Gilang sakit hati di buatnya. lebih sakit dari putus cinta.
ingin sekali ia menarik kedua anak ini guna mempertunjukkan bukti kongkrit yang terdapat dirumahnya tapi ia lebih memilih membiarkannya, lantaran saat ini rumahnya sedang tampak persis seperti kandang sapi.
"what ever! yang penting aku sudah memberitahu kalian. percaya atau tidak, itu hak kalian" putus Gilang sambil melanjutkan memakan es krimnya yang sudah sedikit meleleh.
oh es krimku yang malang... batinnya sedih.
****
"besok, kau ada waktu?" tanya Mayang pada Aysila yang saar ini tengah bersiap untuk pulang.
"memangnya ada apa?"
"ah.. itu! sepertinya kali ini aku benar-benar memerlukan bantuanmu. jadi begini, orang tuaku merencanakan sebuah kencan buta tanpa sepengetahuanku. aku ingin kau dan aku pergi kesana bersama. aku tak mau menghadirinya sendirian" keluh Mayang mencoba mencari simpati Aysila.
"maafkan aku, May! tapi aku tak bisa. aku sudah ada janji dengan kedua anakku" sahut Aysila menyesal.
tak menyerah begitu saja, Mayang spontan menggenggam tangan Aysila erat.
"kasihanilah aku, Sil! apakah aku sebegitu memprihatinkannya hingga membuat orang tuaku melakukan hal itu? apakah kau juga sependapat dengan mereka?"
"jika kau jadi aku, apa yang akan kau lakukan? bukankah kau juga akan melakukan hal yang sama?!" tambah Mayang.
"kenapa harus aku?! kau kan bisa mengajak Tyo dan membuatnya seolah-olah dia itu pacarmu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Sri Astuti
apa yg menjadi latar belakang Gilang enggan sekolah? apa mmg krn dia pintar dan bosen dgn pelajaran yg sering diulang ulang, spt cucuku ga mau sekolah krn bu guru ngajarnya yg lama diulang terus.. pdhl dia msh teka besar🤔🤔
2024-11-12
0