Setelah berpamitan dengan Papi, mereka berdua keluar dari ruangan dan berjalan beriringan menuju kantin rumah sakit. Tiada pembicaraan di antara mereka berdua, hanya suara sepatu yang saling bersautan.
Kantin Rumah Sakit
Sesampainya di kantin, mereka mengambil tempat duduk masing-masing.
"Mau pesen apa?" tanya Nada
"Nggak, aku udah makan. Kamu aja." jawab Nantha
"Kopi, susu, teh?" Nada menawari minuman
"Kopi susu boleh deh." jawab Nantha
"Beneran? Habis emang?" tanya Nada masih bingung
"Kopi campur susu maksudnya, bukan sendiri-sendiri." jelas Nantha sambil terkekeh seolah bisa menangkap kebingungan dari Nada.
"Oooo bilang dongg" ujar Nada manggu-manggut sambil berdiri dan berjalan menghampiri pelayan kantin untuk memesan makanan dan minuman.
"Lah.." Nantha menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Sambil menunggu pesanan, keduanya masih saja diam. Baik Nantha maupun Nada tidak ada niat membuka obrolan, karna bingung harus memulai darimana. Hingga suara seseorang memecah keheningan di antara mereka.
"Pak Nantha..." sapa orang tersebut
Nantha mendongakkan kepalanya "Jihan?". Yaps seorang tersebut adalah Jihan Bramasta, kliennya beberapa hari lalu.
"Wah, kebetulan sekali ketemu disini. Oh iya kenapa bapak ada di rumah sakit? Siapa yang sakit?" tanya Jihan beruntun membuat Nantha jengah dan jangan lupakan Nada, dia merasa risih dengan wanita yang kini ada di hadapannya, mengenakan baju yang bisa dibilang kurang bahan yang menurutnya cocok untuk dipakai ke club malam.
"Saya menemani kerabat saya yang sakit." jawab Nantha dingin dan Nada yang melihatnya hanya diam tanpa berniat menyaut, karna yang Nada liat sepertinya Nantha juga risih dengan wanita tersebut.
"Oh begitu." ucap Jihan sambil melirik Nada dengan tatapan kurang suka.
"Nan, aku mau cuci tangan dulu ya, kayaknya pesenanku udah mau jadi." ujar Nada.
"Iya hati-hati." ujar Nantha.
"Ck apaan sih cuma di wastafel situ doang." decak Nada segera pergi dan Nantha hanya tersenyum menanggapinya. Hal itu tidak luput dari pandangan Jihan yang seakan terpesona dengan senyuman maut Nantha yang pertama kali dilihatnya. Karna sejak pertemuan mereka, Nantha tidak pernah menampilkan senyumannya. Tapi disisi lain Jihan juga sebal karna Nantha bisa tersenyum untuk Nada, sedangkan dengan dirinya tidak pernah.
"Mmmm Pa--"
"Panggil Nantha saja, ini diluar kantor." Nantha memotong ucapan Jihan.
"Ba-baik Na-nantha. Mmm apa saya boleh duduk disini? Kebetulan saya juga mau pesan makanan." ucap Jihan sedikit gugup dan salah tingkah.
"Apa anda tidak melihat hanya ada dua kursi disini dan sudah ada yang mangisi?" ucap Nantha
"Kan dia bisa ambil kursi lagi atau duduk di sebelah sana." ucap Jihan tidak tahu diri.
Nantha mengernyitkan dahi tidak habis pikir, "Terserah" jawabnya tanpa minat.
Jihan nampak senang dan merasa di prioritaskan karna Nantha mempersilahkannya duduk satu meja dengannya yang mana hanya ada dua kursi dan seharusnya ditempati oleh Nada.
Saat Nada hendak kembali ke mejanya, dia melihat Jihan menduduki kursinya. Karna malas berdebat lebih baik ia pindah meja. Nada menghampiri pelayan kantin untuk mengantar makanannya di meja lain yang akan ia tempati. Setelah itu Nada berjalan melewati Nantha dan Jihan karna meja yang kosong tepat berada di belakang Nantha dan hal itu tidak luput dari pandangan Nantha
Tidak lama kemudian makanan yang Nada pesan datang. Disaat ia memulai untuk makan tiba-tiba Nantha menghampirinya dan duduk di depan Nada.
"Ngapain?" tanya Nada ketus
"Ngapain?" Nantha membeo, "Yaa aku mau minum lah. Masak iya udah kamu pesen nggak aku minum." ujar Nantha santai
"Yaudah gih sana bawa di meja kamu." usir Nada
"Ngusir?" ujar Nantha sarkas
"Bukan gitu mak--"
"Ck, males pindah-pindah capek, toh sama-sama duduk." ujar Nantha memotong ucapan Nada
"Tuh, mmm temen atau pacar kamu dibiarin sendirian?" tanya Nada.
"Bukan temen atau pacar. Cuma klien aja dan baru kenal tadi pagi." jawab Nantha santai.
"Iya apalah itu nggak penting. Cuma ya kasian aja kalo sendiri." ujar Nada
"Yaudah sana kamu aja yang nemenin kalo kasian. Aku minum disini aja." ujar Nantha
"Dih kenal aja enggak." ketus Nada
"Yaudah cepet habisin makanan kamu, ntar keburu dingin." perintah Nantha
"Iya-iya." ketus Nada
Tanpa mereka sadari, sepasang mata memperhatikan mereka dengan tatapan tajam. Jihan merasa tidak di anggap.
"Mmmm Nantha, kok aku dibiarin sendirian?" tanya Jihan dengan wajah memelas.
"Tujuan kamu disini ngapain? Makan kan? Yaudah itu makanan kamu udah datang, silahkan di makan." jawab Nantha jengah.
Jihan tidak bisa membantah lagi, akhirnya dengan enggan dia memakan makanannya sambil sesekali melirik Nantha yang seperti sedang memperhatikan Nada makan.
"Ngapain kamu liat-liat, hm? Pengen? Laper kan? Yaudah gih sana pesen. Gaya-gaya tadi di pesenin gak mau." omel Nada dan Nantha hanya terkekeh sambil mengacak rambut Nada karna lama-lama gemas dengan sikap Nada.
"Ihhhhhh apaan sih. Berantakan kan rambut aku." sungut Nada
"Mm--maaf, aku nggak sengaja." ujar Nantha sedikit gugup.
Nantha sendiri tidak menyangka kenapa dia bisa sereflek itu mengacak-acak rambut Nada.
Beberapa saat kemudian Nada sudah selesai menghabiskan makanannya, begitu juga dengan Nantha yang sudah menghabiskan minumannya. Sedangkan Jihan terlihat masih sibuk mengunyah makanannya dengan enggan.
Nantha dan Nada beranjak dari duduknya untuk membayar pesanan mereka dan segera berlalu dari kantin.
"Nantha mau kemana?" ucap Jihan mencekal tangan Nantha.
Reflek Nantha menyentak tangan Jihan karna kaget dengan sikap Jihan. "Maaf, saya harus segera pergi. Permisi." ucap Nantha dan segera pergi menyusul Nada yang sudah selesai membayar. Jihan yang melihat kepergian Nantha hanya mendengus sebal dan mengepalkan tangannya.
"Liat aja Nantha, gue akan dapetin lo. Gue jamin, lo gak akan bisa menolak pesona gue." ucap Jihan dengan seringaian di wajahnya.
Setelah keluar dari kantin, Nantha dan Nada akan langsung menuju ruangan Papi Nada.
"Nad, ini buat bayar kopiku." ujar Nantha sambil menyodorkan selembar uang berwarna merah.
"Udah biarin, cuma kopi doang." ucap Nada menolak.
"Bukan masalah kopinya. Aku yang nggak biasa di bayarin cewek. Udah ini ambil aja." ucap Nantha masih memaksa.
"Ck udahlah, anggep aja aku lagi baik nraktir kamu kopi." ucap Nada.
"Pfft" Nantha menahan tawa.
"Apa? Oh, kamu ngledek aku karna cuma nraktir kopi?" sungut Nada.
"Nggak" ucap Nantha mengelak.
"Ck ngeselin" decak Nada kesal
°
°
Sesampainya di depan ruangan Papi. Nada hendak memutar handle pintu, namun dering suara Handphone mengurungkannya untuk membuka pintu. Dia meminta Nantha untuk masuk ruangan dulu, namun Nantha menolak dan memilih menunggu Nada.
"Hallo..."
"................................."
"Yaampun, iya maaf pak, saya hampir lupa mengabari bapak. Karna saya ada urusan mendadak. Pesenan bapak sudah jadi tinggal di kemas. Lusa akan saya antar pak."
"................................"
"Oh begitu ya pak. Baik, saya usahakan dulu ya pak. Besok kalo memang bisa, kemungkinan saya nganternya sore karna siangnya saya masih ada urusan."
"..............................."
"Nggakpapa kok pak, saya ngerti. Ada yang ditanyakan lagi pak?"
"............................."
"Sama-sama pak. Selamat malam."
Setelah sambungan telepon terputus. Nada menghela napas kasar, dia bingung bagaimana bisa besok dia mengantar pesanan lukisan, sedangkan dia harus menemani sang papi.
"Ck, gimana ya besok." gumam Nada pelan.
Nantha yang mendengar itu hendak bertanya namun gengsi. Tapi rasa kepo nya mengalahkan rasa gengsinya. Entah, Nantha sendiri heran kenapa dia bisa begitu ingin tahu dengan urusan Nada, padahal biasanya dia sangat cuek dengan urusan orang lain.
"Apanya, Nad?" tanya Nantha
"Customer aku yang pesen lukisan minta diantar besok lukisannya. Padahal harusnya lusa baru dianter." jawab Nada.
"Kamu pelukis?" tanya Nantha.
"Yaa gitu deh. Hobi yang berbayar." jawab Nada dengan senyum tipis.
"Ohh gitu. Terus sekarang kamu bingung gitu, besok gimana nganternya, sedangkan kamu harus nemenin papi kamu?" tanya Nantha.
"Iyaa. Sebenernya aku bisa aja minta sopir aku buat nganter. Tapi kasian mami, aku udah minta mang Didik buat jagain mami dan jaga rumah." ucap Nada.
"Mmm yaudah besok aku aja yang nganter. Kamu disini aja jagain papi kamu." ucap Nantha.
"Tap--"
"Udah. Anggep aja ini sebagai salah satu bentuk permintaan maaf aku. Karna, papi kamu kayak gini juga gara-gara aku dan bikin kamu jadi nggak bisa ngurusin kerjaan kamu." ucap Nantha.
"Tapi kan kamu juga pasti kerja. Udah ah nanti aku pikirin lagi buat nganterinnya. Aku mau masuk. Yuk." ucap Nada final.
Nantha hanya diam dan tersenyum saat Nada mengajaknya masuk.
Alhamdulillah...
Yuhuuuuuu chapter 5 udah up...
Happy reading...
Jangan lupa tinggalkan jejak yaa😚
Thank u🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
IG : @thatya0316
seru kak...semangat2
2021-11-13
0
Alliya
mampir nih Thor
boom like dan favorit meluncur 👍
2021-11-09
0
Ulfa
aku mampir ni
mampir juga di karya ku kak gadis penakluk mafia karatan 😁
2021-10-20
1