"Ayolah manis temani om sebentar." seorang laki-laki yang tengah mabuk menggoda Shilla. Dia terus saja mencegah Shilla ketika akan pergi. Lama-lama Shilla mulai jengah dengan kelakuan om-om mesum itu. Apalagi ketika tangannya sudah berani memegang pinggangnya. Amarah Shilla sudah tak dapat dibendung, ia cengkeram pergelangan tangan si mesum dengan sekuat tenaga dan langsung memuntirnya. Pekikan suara kesakitan mengagetkan seluruh pengunjung Restauran. Pasalnya kini Shilla tengah berada di tempat kerja dan sedang bekerja. Tak tanggung-tanggung Shilla memberi pelajaran kepada orang mesum yang ada di hadapannya, hingga sang manager datang untuk melerai pertengkaran tersebut.
"Tuan, tuan tak apa?" sang manager datang dengan panik. Tambah panik ketika dia melihat tamu kehormatannya terbaring di lantai dengan kesakitan.
Shilla langsung melepaskan cengkeramannya dan memberi hormat kepada sang manager. Shilla tau tatapan itu, sepertinya pekerjaannya akan berhenti hari ini.
Manager yang biasanya di panggil Mr. Tang itu memapah Tuan Fernandes yang masih memegang pergelangan tangannya. Ia juga memberi kode kepada Shilla untuk ikut mengikutinya.
Shilla menghela nafas kecil. Ia hanya membela dirinya sendri namun selalu saja orang kecil yang disalahkan. Ia pasrah mengikuti Mr. Tang menuju ruangannya. Teman-temannya merasa iba kepada Shilla namun tak bisa memberi bantuan. Mereka hanya memberikan semangat dan segera bekerja di posisi masing-masing.
Mr. Tang mendudukkan Tuan Fernandes dan menyuruh pelayan untuk menyiapkan minum. Meskipun Mr. Tang tau di sini yang salah adalah tamunya, namun dia tak berani mengusik orang seperti tuan Fernandes.
Shilla masih menunduk menunggu untuk di berikan sanksi. Sudah banyak rencana yang dia buat dalam pikirannya kalau-kalau dia di pecat. Bagaimanapun dia harus mencari pekerjaan yang lain untuk menghidupi Kenzo.
"Apa kamu akan menjelaskan atau langsung kemasi barang-barangmu?" Mr. Tang menatap tajam Shilla.
"Aku ngga salah, kalau harus minta maaf harusnya tuan itu dulu yang meminta maaf kepadaku." Shilla menatap Mr. Tang dengan santai.
Mendengar jawaban Shilla tentu saja membuat Mr. Tang semakin geram. Dia tak habis pikir, karyawan teladan sepertinya bisa berkelakuan seperti itu.
"Apa kamu sudah memikirkan konsekuensinya? apa kamu ngga tau siapa itu tuan Fernandes?"
"Dia adalah tuan Fernandes?" Shilla bertanya dengan ragu. Ia memang tak tau wajah tuan Fernandes, tapi ia tau bahwa tuan Fernandes adalah salah satu orang terkaya di Asia.
"Iya. Jadi apa sekarang kamu menyesal?" Mr. Tang berkata dengan sinis. Ia pikir setelah tau siapa yang ada di hadapannya Shilla akan berlutut memohon ampun.
"Kalau begitu harusnya dia bisa berkelakuan dengan lebih baik. Bagaimana bisa seseorang yang begitu di hormati malah mabuk dan menggoda seorang pelayan rendahan sepertiku. Kalau ada yang mengetahuinya pasti dia akan memanfaatkan situasi ini untuk menjatuhkan anda. Apakah anda sudah berpikir sampai di situ?" Bukannya takut Shilla malah menceramahi kedua orang yang kini tengah kaget.
Perkataan Shilla tak ada yang salah. Sebagai orang yang di hormati, bagaimana bisa dia mabuk dan menggoda seorang wanita di depan umum. Fernandes pucat, ia segera memerintahkan Mr. Tang untuk menutup mulut para karyawan. Ia juga meminta untuk mengecek bahwa tak ada pengunjung yang sengaja merekam kejadian itu. Yang mendapat perintah pun langsung menjalankan apa yang di katakan oleh Tuannya.
"Kita belum selesai." Mr. Tang memberi peringatan sebelum dia keluar.
Shilla hanya menanggapinya dengan santai. Meskipun begitu dia tetap menunduk untuk memberikan rasa hormat kepada atasannya itu. Apalagi di sana tuan Fernandes menatapnya dengan penuh minat. Ingin sekali Shilla melayangkan tinjunya ke muka mesumnya.
Tak selang berapa lama Mr. Tang kembali. Ia melaporkan bahwa keadaan aman terkendali.
"Aku akan mengampunimu kalau kau menjadi wanitaku." tuan Fernandes membuka suara.
Mendengar apa yang di katakan pria tua itu membuat Shilla menahan amarah. Apalagi ketika dia membawa nama Kenzo putra kesayangannya, sudah tak terbendung rasa emosi di dalam hatinya.
"Aku tau kamu seorang ibu tunggal. Untuk apa lagi kamu punya harga diri, toh harga dirimu sudah kau jual dan menghasilkan seorang anak. Kalau kau menjadi wanitaku, hidupmu dan anakmu akan terjamin."
Kali ini Shilla benar-benar sudah tak mampu untuk membendung rasa marahnya. Ia cengkeram kerah pria paruh baya itu dan mendorongnya ke meja.
"Jangan berani-berani menyentuh anakku. Mr. Tang aku keluar dari pekerjaan ini." Shilla bergegas keluar dan segera pulang. Ia ingin sekali bertemu dengan sang buah hati ketika keadaanya kacau. Hanya dia pengobat rasa penat yang datang silih berganti.
.
.
.
"Permisi." Shilla mengucap salam di depan rumah Bu Farida.
"Iya. lho nak Shilla, kok tumben jam segini sudah pulang." Bu Farida keluar dengan Kenzo yang berada di gendongannya.
"Mama... mama..." Kenzo begitu senang melihat ibunya menjemput.
"Anak mama lagi apa hummm?" Shilla mengambil Kenzo dari gendongan Bu Farida.
"Mobil... mobil... main." Shilla tersenyum mendengar Kenzo bercerita.
"Iya bu, Shilla pulang lebih awal hari ini." Shilla menjawab pertanyaan bu Farida yang tadi sempat terabaikan.
"Ya sudah masuk dulu nak."
"Terima kasih bu. Saya akan langsung pulang saja, biar ibu beristirahat, maaf sudah selalu merepotkan."
"Tidak nak, ibu senang menjaga Kenzo."
Akhirnya Shilla pamit. Ia pulang ke kontrakannya yang masih sepi. Sepertinya teman serumahnya Feli belum pulang. Shilla sudah terbiasa seperti ini semenjak Feli sibuk dengan skripsinya. Entah apa yang membuat dia begitu lama menyelesaikan skripsinya itu, atau memang dibuat lama agar selalu bisa ngecengin sang dosen, siapa yang tau.
Shilla membawa Kenzo untuk cuci kaki dan tangan. Tak lupa ia juga sudah mengajarkan Kenzo untuk menggosok giginya sebelum tidur. Dia ingin anaknya terbiasa dengan hal-hal dasar yang umumnya dilakukan. Dia tak mau suatu hari nanti anaknya jadi seperti Feli yang begitu pulang langsung melemparkan dirinya ke kasur, tanpa cuci tangan dan kaki bahkan tanpa melepaskan sepatunya, membayangkannya saja membuatnya ngeri.
Setelah selesai dengan kegiatannya, Shilla membawa Kenzo ke kamar agar tidur. Sudah waktunya untuk anak-anak tidur begitu pula dengan dirinya yang ingin sekali beristirahat. mengistirahatkan badan yang lelah, mengistirahatkan pikiran yang seharian ini dibuat frustasi.
"Hiks... hiks... hiks... mama... hiks... mama..." Tengah malam Shilla dikagetkan oleh tangisan Kenzo. Dia langsung tanggap untuk menggendong dan segera membuatkan susu. Barulah setelah kenyang Kenzo tidur kembali. Sudah seperti ini sejak dulu, sebagai ibu harus selalu siap siaga. Bahkan ketika lelah mendera pun tetap harus selalu ada untuk sang putra. Shilla jadi teringat ibunya, beliau juga ibu tunggal. Membesarkannya seorang diri tanpa di dampingi suami. Kini Shilla dapat merasakan apa yang dirasakan oleh ibunya.
Shilla berjalan keluar kamar. Tenggorokannya terasa kering minta dialiri air. Dengan perlahan ia meraba dinding mencari sakelar. Lampu memang sudah di matikan semua, hal itu di lakukan untuk menghemat pengeluaran. Ia mengambil gelas dan segera mengisinya degan air. Ia teguk perlahan dan dahaga kini sudah terobati. Ia akan segera kembali kalau saja ia tak melihat sesosok hitam yang berdiri di ambang pintu. Dengan rasa takut yang mendera, tangannya mencoba meraih apapun yang berada di dekatnya. Sosok hitam itu semakin mendekat. Ruangan depan yang masih gelap menambah suasana menjadi mencekam. Dengan sekuat tenaga dia berlari menghampiri sosok itu dengan langsung mengayunkan benda yang ada di tangannya.
"Aaakh... Shilla...! kamu mau membunuhku?"
Shilla terdiam sejenak. Otaknya berpikir memproses apa yang baru saja terjadi. Dia segera menyalakan lampu ruangan tamu dan mendapati Feli sedang berlutut mengelus kepalanya. Pandangan mata Shilla beralih pada genggaman tangannya, ada sebuah sendok sup yang masih di cengkeramnya. Setelah otaknya selesai memproses, dia hanya menunjukan deretan gigi putihnya tanda bersalah.
"Maaf kak Fel, aku kira maling." Cengir Shilla tanpa rasa bersalah sama sekali.
"Maling...maling..., benjol nih kepalaku. Kalau gagar otak dan ngga bisa skripsi tanggung jawab." Dengan kesal Feli memarahi Shilla. masa ia kepalanya di timpuk pakai sendok sup, untung bukan pisau yang di pegang Shilla.
"Makanya kalau masuk rumah permisi, biar ngga dikira maling." Dengan santai Shilla langsung masuk aja ke kamar. Ia abaikan Feli di sana yang masih marah-marah ngga jelas.
Feli masih kesal dengan Shilla. Mau marah-marah juga ngga mungkin, takut membangunkan Kenzo. Ia hanya bisa mengalah, memang salahnya yang pulang larut malam begini. Dengan wajah yang masih di tekuk, dia masuk kamar untuk tidur. tanpa membasuh tangan ataupun kaki, bahkan mencuci mukapun enggan.
.
.
.
Hari yang baru harus dengan semangat baru. itulah mantra yang Shilla ucapkan ketika hendak pergi. Ia menggendong Kenzo yang sudah rapi untuk diantarkan ke rumah bu Farida.
"Hari ini biar aku aja yang jaga Kenzo." Feli keluar dari kamar masih dengan muka kusut.
Shilla terheran-heran, ada angin apa hingga Feli mau menjaga Kenzo, biasanya kalau kuliah semangat banget, bukan karena dia suka dengan kuliah, melainkan suka dengan dosennya.
"Kenapa? Doi ngga ngajar?" Seperti punya indera ke-6 Shilla langsung menebak dengan benar. Disana Feli hanya cengar cengir menggaruk tengkuk yang tak gatal. Memang benar adanya, bahwa cinta akan merubah perilaku seseorang yang tengah diserang virus bernama cinta.
"Kok kamu gitu sih. aku kan juga pengen sekali-kali jagain Kenzo." Feli masih saja mengelak. Padahal sudah jelas bahwa perkataan Shilla benar adanya.
"Sudahlah. Jagain Kenzo dengan benar, jangan sampai dia kelaparan. Mungkin aku akan pulang terlambat." Dengan kecerewetan seorang ibu, Shilla menjelaskan hal-hal yang perlu di perhatikan dalam mengasuh Kenzo.
"Iya mama bawel. Sudah sana pergi." Feli mengusir Shilla karena gendang telinganya sudah tak mampu untuk mendengar ceramah pagi-pagi.
Mau tak mau, Shilla pergi meninggalkan Kenzo bersama dengan Feli.
"Akhirnya lega juga ini telinga." Feli menggendong Kenzo dan meletakkannya di depan TV. Ia ambil mainan Kenzo agar dia tak menangis. Setelah Kenzo asik bermain dengan dunianya sendiri, Feli pergi mandi. Ia membiarkan pintu kamar mandi sedikit terbuka, agar ia selalu bisa mengawasi Kenzo bermain. Bisa runyam urusannya kalau sampai dia lalai menjaga Kenzo.
Mandi sudah. Makan sudah. Beres-beres rumah sudah juga. Lama-lama Feli bosan juga di rumah seharian. Ia menggendong Kenzo berencana untuk mengajaknya keluar sebentar. Namun, belum sampai ia gendong, ternyata anak itu sudah ketiduran karena kelelahan bermain. Feli hanya menghela napas pasrah dengan kebosanannya. Ia pindahkan Kenzo ke dalam kamar agar lebih nyaman dan nyenyak tidurnya.
.
.
.
"Kamu kenapa sih Shil?" Rayna mengagetkan Shilla yang sibuk dengan ponselnya.
"Cari lowongan pekerjaan." jawab Shilla enteng. Sejak pagi Shilla sudah mengutak atik ponselnya berharap dapat info tentang lowongan pekerjaan. Namun sampai saat ini masih belum menemukan yang sesuai dengan jam kuliahnya. Memang tak mudah mencari pekerjaan kalau masih kuliah, mereka tak ingin pekerjaan karyawannya terbengkelai makannya tak mempekerjakan anak kuliahan.
"Lagi? bukannya beberapa minggu lalu kamu sudah masuk dapat?"
"Biasa."
Rayna menghela napas panjang. Dia sangat mengenal temannya itu. Dia adalah anak yang rajin, namun kelakuan tangan-tangan nakal membuat dia mau tak mau menunjukan kebolehannya, meskipun pada akhirnya dia juga yang harus kehilangan pekerjaan.
"Coba nanti kamu pulang kuliah ke kantor paman ku, mungkin dia bisa bantu."
"Beneran? Makasih sayangku, kamu emang sahabat terbaikku." Shilla memeluk Rayna saking gembiranya.
Akhirnya dia bisa sedikit tenang. Masalah pekerjaan akan dia urus nanti setelah pulang kuliah, semoga paman Rayna bisa membantunya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus bersyukur
2022-10-06
0
Ilma Kikyo
sejauh ini ceritanya bagus
2020-10-16
0
Bunda umu
mau komen apa ya??? apa aku harus nyinyirin tokoh juga😅😅😅😅
okelah aku nyinyir..."Nah bener tul shil hajar aja tuh om-om ga tau diuntung gitu. tenang aja, zhunie udah atur kok, kerjaan kamu nanti apa!"😂😂😂😂😂
2020-08-05
0