Pagi ini Shilla tak dapat berkonsentrasi mengikuti perkuliahan. Pasalnya ketika dia menitipkan Kenzo kepada Bu Farida badan Kenzo sedikit panas. Ia takut sesuatu terjadi pada anak kesayangannya itu.
Bu Farida merupakan pemilik kontrakan yang ditempati Shilla. Sudah 3 tahun Shilla menempati kontrakan Bu Farida sejak ia masuk kuliah. Bu Farida jugalah yang membatu mengurus Kenzo ketika Shilla harus kuliah ataupun bekerja. Beliau sangat menyayangi Kenzo seperti cucunya sendiri. Karena anak yang sudah memiliki keluarga sendiri dan tinggal bersama suami ataupun istri masing-masing, Bu Farida sangat kesepian. Dan semenjak kedatangan Kenzo, dialah pengobat sepi wanita yang sudah memasuki kepala enam tersebut.
Shilla sangat gelisah. Perasaannya tak menentu. Berkali-kali ia melihat jam yang melingkari pergelangan tangan putihnya. Waktu seakan tak berputar. Detik demi detik ia lewati dengan begitu lama. Ia sudah tak lagi konsentrasi menangkap penjelasan Dosen yang ada di depan.
"Shill? kenapa sih?" Rayna melihat kegelisahan Shilla. Kalau Shilla seperti ini biasannya terjadi sesuatu dengan Kenzo. Tak ada hal yang Shilla prioritaskan kecuali kenken kecil yang berhasil mencuri perhatian semua orang.
"Shill...? Shilla...?!" Rayna sedikit meninggikan suaranya karena yang dipanggil tak kunjung merespon. "Kamu kenapa sih Shill?"
"Kenzo."
Benar saja dugaan Rayna. Pasti ada sesuatu dengan buah hatinya itu. Karena sebentar lagi kelas akan berakhir Rayna menyarankan agar Shilla pulang saja. Dia tak tega melihat sahabatnya seperti mayat hidup itu. Masalah absen tak jadi masalah, toh Shilla merupakan mahasiswa berprestasi.
Setelah kelas berakhir Shilla langsung menyambar tas gendongnya dan segera berlari pulang. Tak lupa ia berpesan kepada Rayna untuk mengurus daftar kehadiran di kelas selanjutnya.
Tanpa pikir panjang Shilla langsung memesan ojek online agar lebih cepat sampai dari pada naik angkutan umum. Perasaannya sudah tak menentu, ia harus segera sampai rumah untuk mengetahui keadaan Kenzo. Ia terus mengkomando agar sopir ojeknya melaju dengan cepat.
Tak butuh waktu lama, cukup 30 menit Shilla sudah sampai di tempat Bu Farida. Setelah membayar dan menyerahkan Helm, Shilla langsung berlari ke rumah Bu Farida. Hati Shilla langsung tersayat-sayat mendapati Kenzo kecilnya menangis sesenggukan di dalam gendongan Bu Farida. Sepertinya beliau sudah kuwalahan menenangkan Kenzo. Dengan langkah tergesa Shilla mendekati putra kecilnya. Dia tersenyum meminta maaf telah membuat Bu Farida repot.
"Sebaiknya Kenzo dibawa ke rumah sakit nak. Demamnya makin tinggi, dari tadi juga mencari mamanya terus." Bu Farida menyerahkan Kenzo kedalam pelukan Shilla.
Memang sudah ikatan batin antara ibu dan anak, begitu belaian Shilla Kenzo rasakan, Ia langsung berhenti menangis dan langsung memeluk dengan erat.
"Terima kasih Bu. Akan saya bawa Kenzo ke rumah sakit. Maaf selalu merepotkan Bu Farida."
"Tidak repot nak. ibu yang sudah tua ini perlu teman juga. Dengan adanya Kenzo ibu tak lagi kesepian. Apalagi cucu ibu jarang datang, Kenzo merupakan pengobat rindu tersendiri." Bu Farida menenangkan Shilla bahwasannya dia tak perlu khawatir tentang dirinya yang harus direpotkan.
Shilla tersenyum bahagia. Setidaknya banyak yang menyayangi Kenzo. Mereka tak pernah mempermasalahkan asal usul Kenzo. Tak pernah sekalipun mereka memandang sinis dengan keadaan Kenzo.
.
.
.
Shilla berlari memasuki rumah sakit. Kenzo terus memeluk lehernya mengikuti kemanapun ibunya membawa pergi. Melihat ibu muda yang tengah panik menggendong anaknya, para perawat langsung sigap mengarahkan Shilla ke ruang periksa.
Para perawat ingin mengambil alih Kenzo untuk diperiksa. Namun karena merasa asing Kenzo meronta tak mau lepas dari pelukan ibunya. Ia terus menangis takut dipisahkan dengan sang ibu. Melihat Kenzo begitu ketakutan, Shilla memohon agar pemeriksaan dilakukan sambil ia menggendong Kenzo.
"Tak apa sayang, mama disini, Kenzo tidak perlu takut oke?" Shilla menenangkan Kenzo yang masih menangis ketakutan. Tak butuh waktu lama Shilla berhasil membuat Kenzo tenang.
Dokter langsung memeriksa keadaan Kenzo. Memeriksa secara teliti agar satupun tak luput dari pemeriksaannya.
"Bagaimana dok? anak saya sakit apa?"
"Nona tak perlu khawatir. Hanya demam biasa yang umum dialami anak-anak. Akan saya buatkan resepnya, nanti bisa langsung ditebus di bawah." Dokter menjelaskan dengan tenang.
"Terima kasih dokter." Shilla tersenyum lega. Ia memeluk Kenzo yang masih di pangkuannya. Dikecupnya dengan sayang kening Kenzo. Ia tak tega melihat Kenzo yang terlihat lemah. Anak yang biasanya selalu aktif kini enggan lepas dari pelukan ibunya.
Shilla berjalan keluar rumah sakit setelah menebus obat milik Kenzo. Ia mengambil telepon genggamnya ingin meminta izin untuk tak bekerja dulu. Ia ingin menemani Kenzo sampai ia sembuh.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sehat
2022-10-06
0
anna....
Gak bisa dilike eh ternyata udah pernah dilike🙃
2020-11-27
5
Ilma Kikyo
bagus
2020-10-16
1