Kenzo terlihat senang sekali bermain-main dengan air mandinya. Tak lupa bola berwarna warni yang harus selalu dibawa agar dia mau untuk mandi. Sesekali dia memukul-mukul airnya menggunakan bola di tangan mungilnya, mereka akan tertawa ketika air itu mengenai wajah Shilla yang sedang menggosok badan Kenzo dengan perlahan.
Nashilla Clarisa Maheswari, merupakan seorang anak yatim piatu yang sudah di tinggalkan kedua orangtuanya. Ayahnya entah dimana keberadaannya, sejak kecil Shilla sudah diasuh ibunya seorang diri. Ibunya merupakan panutan untuknya. Seorang ibu yang begitu hebat karena bisa berperan sebagai sosok ayah juga. Sampai pada akhirnya, di umurnya yang ketujuh belas, ibunya menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit karena penyakit di sistem pernafasannya. Tentu saja Shilla sangat terpukul, Ibu yang selama ini ada untuknya pergi begitu cepat. Namun Shilla merupakan anak yang kuat dan mampu berdiri sendiri. Mengandalkan otaknya yang cemerlang, ia mampu menamatkan sekolahnya dan kini bahkan masuk ke salah satu universitas kota tersebut.
Melihat sosok Kenzo, Shilla menjadi ingat dengan dirinya sendiri. Seorang yang ditinggalkan oleh ayahnya dan hanya mempunyai seorang ibu, setidaknya lebih beruntung dari pada Kenzo yang sedari lahir tak pernah tau siapa kedua orangtuanya. Keputusan Shilla untuk merawat Kenzo merupakan keputusan yang nekat.
"Baiklah, anak mama sudah bersih dan wangi. setelah ini kita sarapan." Shilla menggendong Kenzo menuju meja makan. Kontrakan Shilla merupakan kontrakan sederhana dengan dua kamar tidur, satu dapur, satu kamar mandi, ruang makan dan ruang tamu. Namun Shilla sudah sangat bersyukur dengan keadaannya sekarang ini.
"Aku pulang."
Shilla menoleh ke arah depan. Seorang perempuan dengan kantung mata hitam rambut berantakan memasuki ruangan.
"Pulang pagi lagi?" Shila menanyakan keadaan teman satu kontrakannya. Dia hanya geleng-geleng kepala melihat temannya yang harusnya sudah lulus kuliah namun masih berkutat dengan skripsinya.
"Hai Kenken, kamu semakin menggemaskan." teman yang akrap dipanggil Feli itu mendekati Kenzo. Tak lupa ia cubit hidung mungil Kenzo membuat si empunya memberontak.
"Kak Fel jangan mulai, kasihan hidungnya jadi merah." Shilla tak terima Feli mencubit kenzo dengan sedikit keras. Meskipun hanya bercanda, Shilla tak suka jika ada yang menyakiti Kenzo kecilnya.
"Iya-iya mama bawel." selanjutnya Feli mencari sasaran barunya yaitu pipi Shilla. Sebelum Shilla bangkit dari duduknya, Feli segera lari ke kamar miliknya.
Shilla menggerutu namun tetap melanjutkan acara menyuapi Kenzo.
"Baiklah, karena anak mama udah makan, saatnya kita menjenguk nenek."
Shilla mengambil barang keperluan Kenzo. Ibunya Shilla di makamkan di tempat Shilla dulu di besarkan. Sebuah pemakaman yang berada di pinggir kota, memakan waktu setidaknya satu sampai dua jam perjalanan.
"Kak Feli, aku pergi ke makam ibu dulu."
" Baiklah, hati-hati." terdengar sahutan dari dalam kamar mandi.
Hari ini Shilla libur kuliah. Hari ini juga merupakan hari peringatan kematian ibunya. Shilla memutuskan untuk ke makam ibunya sekalian memperkenalkan Kenzo. Ini pertama kalinya Kenzo di ajak pergi, biasanya ketika Shilla pergi ke makam, Kenzo akan di titipkan kepada Bu Farida. Namun kali ini Shilla memutuskan untuk mengajak Kenzo pergi.
Dia pergi mengunakan bus antar kota. Jarak yang harusnya bisa di tempuh dalam waktu 2 jam, tentu saja sedikit lebih lama dengan menggunakan fasilitas umum. Kenzo bercanda dengan seorang anak kecil yang berada di bangku lainnya. Mereka asyik berceloteh menggunakan bahasa anak kecil, sampai akhirnya mereka tertidur karena kelelahan. Shilla tersenyum kepada ibu yang memangku anak perempuan seumuran Kenzo.
"Dia sangat manis." Shilla memulai percakapan untuk memecah suasana.
"Putra adik juga sangat menggemaskan, pasti ayahnya tampan."
Shilla hanya mengangguk menyetujui. Karena Shilla sendiri tidak tau tampang ayah Kenzo seperti apa. Kedua ibu itu saling bercakap ringan. Sesekali Shilla membenarkan letak Kenzo dalam pangkuannya agar lebih nyaman. Untung saja Kenzo anak yang mudah beradaptasi, sehingga dia tak rewel meskipun sekarang berada di dalam kendaraan umum.
Lama bus berjalan kini telah sampai pada tujuan. Shilla dan beberapa orang turun karena telah sampai pada tujuan masing-masing. Beberapa orang masih berada dalam bus untuk melanjutkan perjalanan mereka termasuk ibu yang bercengkrama dengan Shilla.
Shilla menggendong tubuh Kenzo yang masih terlelap tidur. Dia melanjutkan perjalanan menggunakan angkutan kecil menuju ke makam sang ibunda. Tak berapa lama mereka sampai ke tujuan terakhir. Meskipun angkutan tak berhenti tepat di depan pemakaman, namun Kenzo yang kini telah bangun begitu antusias berjalan kaki. Dia begitu bersemangat menikmati suasana baru untuknya. Dengan kaki-kaki kecilnya dia sesekali berlari dan kadang kala kagum dengan apa yang dilihat oleh kedua matanya. Di kota pemandangan sama saja. Banyak gedung yang menjulang tinggi, namun di sini, beragam bunga dan serangga menghiasi sepanjang jalan setapak yang mereka lalui.
Shilla menuntun Kenzo begitu sampai di kawasan pemakaman. Tatapan mata Kenzo menggambarkan keheranan. Ia menatap sang ibu untuk meminta penjelasan. Sang ibu hanya tersenyum menanggapi tatapan ingin tau Kenzo.
"Kita sampai sayang." langkah kaki mereka berhenti tepat di sebelah gundukan dengan nisan bertuliskan Susan Maheswari. Shilla berjongkok di ikuti putra kecilnya. Meskipun si kecil masih belum memahami apa yang di lakukan oleh ibunya, namun ia mengikuti apa yang ibunya lakukan. Bahkan ketika Shilla menengadahkan tangan untuk berdoa, hal itupun juga diikuti oleh sang putra.
"Shilla datang ma. Kenalin ini Kenzo Alvarez anaknya Shilla, cucu mama. Shilla merawat Kenzo karena Shilla melihat diri Shilla pada Kenzo. Semoga mama di sana merestui keputusan Shilla ini." Shilla menerangkan sedikit mengenai Kenzo putra kesayangannya.
Tangan Kenzo kecil bermain-main di atas gundukan itu. Sekilas memang terlihat bermain, namun tangan kecil itu sedang mengelus tanah yang telah ditumbuhi rumput itu dengan lembut.
"Nenek? Mama nenek?" Kenzo bertanya dengan mimik muka imut.
"Iya sayang, ini nenek. Nenek telah tidur di samping tuhan, makanya kalau Kenzo besar nanti harus berdoa untuk nenek." Shila tersenyum mengelus pucuk kepala Kenzo.
"Ken doa nenek mama."
Shilla tersenyum mendengar jawaban Kenzo yang baru belajar berbicara. Meskipun cara dia berbicara masih beberapa kata, namun untuk anak usia dua tahun merupakan prestasi yang membanggakan.
"Mama makan, Ken makan mama." Karena begitu asyik shilla sampai lupa waktu. Sudah lama dia tak ke makam ibunya hingga dia bercerita banyak hal.
"Anak mama lapar hummm? Maafin mama sayang, yuk kita makan." Shilla menggendong Kenzo keluar kawasan pemakaman. Kenzo begitu asik bercanda memainkan rambut Shilla. Mereka berjalan melewati sebuah mobil mewah untuk mencari tempat berteduh. Shilla tak ingin Kenzo makan sembarangan, makannya dia membawakan bekal untuk Kenzo dan dirinya sendiri. Setelah menemukan tempat yang cocok Shilla pun memutuskan untuk makan dulu sebelum dia melanjutkan perjalanan pulang.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Nanik Lestari
Ikut sedih, membayangkan Kenzo tanpa tahu orang tuanya
2022-10-06
0
fifid dwi ariani
trus semangat
2022-10-06
0
Aida Setya
mulai suka 😍😍
2021-01-22
0