“ASTAGA!” pekik Ana.
Ana berlari menyebrangi jalan yang terlihat cukup sepi, namun ada satu truk yang melaju sangat kencang. Ana mempercepat larinya dan berhasil sampai di tempat nenek yang di perhatikannya sejak tadi. Tanpa berbikir panjang, Ana menggendong nenek tersebut dan membawanya ke pinggir jalan.
“Nenek tidak apa-apa? Apa perlu saya bawa ke rumah sakit?” tanya Ana setelah nenek tersebut selamat dan duduk di trotoar.
“Nenek tidak apa-apa, hanya kaget saja tadi,” jawabnya, membuat Ana menghela nafas lega. Dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi tadi, kalau dia tidak tepat waktu.
“Kenapa nenek berjalan sendirian? Apa nenek sedang tersesat?” tanya Ana setelah cukup lama keheningan melanda mereka.
“Nenek tidak tersesat, tapi nenek ingin membeli kue di toko kue Mentari,” jawabnya membuat Ana mengembangkan senyumnya yang terlihat begitu manis.
“Oh, kebetulan tokonya tutup lebih awal. Jadi, nenek belum beruntung hari ini,” nenek tersebut tertawa mendengar penuturan tersebut.
“Duh, kamu ini ada-ada aja. Padahal nenek pengin banget beli brownis yang low-sugar, tapi tokonya udah tutup duluan,” suara sang nenek terdengar sedih, membuat Ana tidak tega dan menggenggam tangan beliau dengan sangat hati-hati.
“Kebetulan sekali, saya pemilik toko kue itu dan mau kasih hadiah ke nenek yang sudah jadi pelanggan di toko kue saya. Jadi, kalau tidak keberatan. Apa nenek mau ikut saya ke apartemen itu, saya tinggal di sana dan akan membuatkan nenek kue brownis low-sugar?” tanya Ana yang membuat binar mata sang nenek terlihat sangat cerah.
“Nenek sangat tidak keberatan!”
---***---
“Nama wanita cantik ini siapa, kalau nenek boleh tahu?” Ana terkekeh mendengar pertanyaan tersebut di saat dirinya sedang sibuk mengaduk adonan.
“Aku sampai lupa tadi, namaku Liana Putri. Nenek imut bisa memanggilku Ana,” jawab Ana dengan tersenyum lebar. Percakapan mereka tidak formal seperti tadi, karena semua itu permintaan sang nenek yang menyuruh Ana untuk berbicara biasa saja kepadanya, dan Ana menyetujui sampai mereka pun terlihat begitu akrab.
“Wah, ternyata nama kita hampir sama. Nama nenek Diana Putri Bagaskara, kamu bisa panggil nenek Putri!” ujar nenek Putri, yang membuat gerakan tangan Ana terhenti.
“Lho, jadi nenek ini ibu dari Tuan Aldo Bagaskara?” tanya Ana setelah menyadari seseorang di hadapannya itu bukanlah orang biasa, melainkan salah satu anggota keluarga kolongmerat di Indonesia.
Nenek Putri menaikkan sebelah alisnya, lalu tersenyum miring. Entah kenapa rasanya Ana dalam masalah besar, wanita cantik itu menelan ludahnya dengan susah payah. Sebelum mendengar ketukan di pintu apartemennya.
“Biar nenek saja yang buka,” Ana yang hendak keluar dari pantry dapurnya terhenti. Saat nenek putri sudah beranjak dari tempat duduknya dan melangkah ke arah pintu yang kini di ketuk tak sabaran.
Ana hanya melihat dari dapur, karena apartemennya memang kecil. Sehingga, dia bisa langsung melihat siapa tamu yang hampir menghancurkan pintu apartemennya itu, sampai mata Ana melotot. Dia menganga melihat banyak sekali orang berpakaian hitam dan satu lelaki berpakaian formal, yang tampan menurut Ana.
“Nenek kemana aja? Dean hampir saja di tebas sama Papa saat mendengar nenek keluar dari rumah sendirian?” samar-samar Ana mendengar percakapan itu, dan berspekulasi bahwa lelaki tampan itu cucu nenek Putri.
“Tidak usah berlebihan, kamu sudah menemukan nenek kan? sekarang suruh orang-orang kamu tunggu di luar. Nenek masih menunggu brownis buatan calon cucu menantu,” jelas nenek Putri dengan nada santai. Lalu, beliau melangkahkan kakinya kembali ke arah dapur, di mana Ana yang baru selesai menaruh loyang kue ke dalam oven listrik.
“Siapa yang datang nek?” tanya Ana basa-basi.
“Calon suami kamu,” jawab nenek.
“Nenek suka bercanda ya?” tanya Ana yang memang tidak tahu kata-kata itu sungguh-sungguh atau hanya bercanda.
“Nenek serius! Nenek mau jodohin kamu sama cucu nenek satu-satunya. Kamu tenang saja. Dia cukup tampan untuk menjadi suamimu, nenek jamin kamu akan suka sama Dean,” seperti yang banyak orang katakan. Kalau hantu itu tidak boleh di bicarakan sembarangan, nanti mereka akan datang sendiri. Terbukti kini Dean juga berada di dapur dan menatap Ana dari bawah sampai atas dengan pandangan mata yang tidak bisa di artikan oleh Ana.
“Wanita cantik!” suara berat milik Dean, membuat telinga Ana berdengung dan detak jantungnya seakan berhenti berdetak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
v
bagus ceritanya
2021-10-11
1