Chapter 4
Tamu Tak diundang
Malam pun tiba, suara riuh petasan di istana Kerajaan Zen sudah di mulai. Para tamu mulai dari pejabat negara hadir dalam acara ulang tahun Tuan Muda Zen Kagendra.
“Mari semuanya kalian bisa makan sepuasnya, mari kita berpesta.” Suara sorak dari Raja Zen Kuntara terus mengisi suasana perayaan ulang tahun Zen Kagendra.
“Saudara Kuranta sepertinya kau sangat gembira sekali. Mana keponakanku dia belum keluar? Suruh dia kemari untuk menyapaku. Merayakan ulang tahun keponakan jenius merupakan kesenangan tersendiri untukku.”
Seorang pria paruh baya yang wajahnya mirip dengan Raja Zen Kuntara berbicara dari meja undangan. Pria paruh baya itu bernama Zen Astaka, adik kandung Zen Kuntara, sekaligus paman Zen Kagendra. Dia juga adalah penasihat militer Kerajaan Zen. Di samping kiri-kanannya adalah dua anaknya.
Di sebelah kanan ada anak pertamanya, Zen Anjani. Dia berumur 12 tahun. Dia merupakan wanita yang elegan dan merupakan primadona anak laki-laki di Kerajaan Zen. Wajahnya yang menawan dan kulitnya yang putih halus bisa memikat setiap pria dalam satu pandangan. Kecantikanya tak kalah dengan Arya Mayang dan tingkat kultivasinya juga berada pada “Alam Dasar” tingkat 10 puncak merupakan sesuatu yang bagus untuk dibanggakan. Di sebelah kirinya adalah anak laki-lakinya dan merupakan adik Zen Anjani. Nama dia adalah Zen Ananta. Dia merupakan anak jenius kedua dalam Kerajaan Zen. Dia memasuki “Alam Dasar” pada umur 7 tahun dan sekarang dia berusia 9 tahun sudah mencapai “Alam Dasar” tingkat 7. Meskipun demikian, Zen Kagendra tidak pernah merasakan persaingan tahta dalam keluarga Kerajaan Zen karena masing-masing berpikir untuk mengejar jalan bela diri. Mereka mempunyai cita-cita menjadi pendekar tangguh untuk melindungi keluarga yang sudah baik pada mereka.
“Ayo-ayo, Raja cepat ajak Tuan Muda Zen Kagendra keluar. Saya pribadi akan mengajaknya minum.”
“Hei, apa katamu? Tuan Muda Zen Kagendra baru berusia 7 tahun. Jangan mengajarkan hal yang aneh-aneh!”
“Hahahaha, aku hanya terlalu bersemangat. Jadi, kapan dia keluar?” Para tamu semakin riuh dengan obrolan dan canda mereka masing-masing hingga menghidupkan suasana pesta ulang tahun yang meriah. Saat ini Raja Zen Kuntara memandang Arya Mayang dan berbicara dengan suara pelan.
“Nak Arya Mayang, maukah kamu memanggil Zen Kagendra untuk kami? Aku rasa aku sudah memberitahumu saat kau melewatinya tadi siang.” Zen Kuntara tersenyum pada Arya Mayang penuh makna, meski Zen Kuntara tidak ingin mengatakanya secara langsung, tapi dia masih berharap agar Zen Kagendra bisa berpasangan dengan Arya Mayang. Selain bakat dan wajahnya cocok untuk Zen Kagendra, dia juga anak salah satu dari teman baiknya. Arya Mayang sedikit tertegun dan wajahnya spontan memandang ke arah ayahnya. Dia melihat ayahnya mengangguk, seakan tau maksud raja Zen Kuntara.
“Emm, baik Paman, aku akan memanggil Adik Zen Kagendra.” Dia menjawab sambil mengangguk ke arah Raja Zen Kuntara.
“Bagus, bagus, kami akan menunggu kalian karena pestanya tak akan meriah tanpa kehadiranya.” Zen Kuntara berbicara lagi dengan tersenyum.
Setelah Raja Zen Kuntara menyelesaikan kalimatnya, Arya Mayang segera melangkah dan berjalan ke arah halaman Zen Kagendra untuk memanggilnya. Dia berjalan dengan sedikit berlari melewati beberapa taman dan lorong istana. Namun, saat ini Zen Kagendra juga sedang berjalan ke arah aula istana tempat ulang tahunnya. Tampilanya tampan dan menawan itu bisa membuat setiap wanita terpesona dengan tatapan mata sengitnya. Dia juga melihat Arya Mayang berjalan menghampirinya.
“Saudara Arya Mayang, ada apa? Apa kau ingin menjemputku?” Kagendra memanggilnya dan tersenyum.
Mayang mengangguk, “Emm, Paman Zen menyuruhku menjemputmu agar acara segera dimulai.”
“Baik, mari kita ke sana!” Zen Kagendra melangkah lagi berjalan ke arah aula istana tempat perayaan.
“Tunggu!” Tiba-tiba hanya beberapa langkah, langkah kaki Kagendra terhenti oleh panggilan Arya Mayang dan spontan menatapnya.
“Ada apa?”
Arya Mayang tampak ragu-ragu, “Ehh, apa kau menerobos tingkat 6?”
Zen Kagendra menjawab dengan tersenyum, “Emm, barusan aku hanya beruntung, maka dari itu aku terlambat. Baiklah mari kita pergi.” Setelah dia berbicara, dia mulai berjalan lagi ke arah aula istana tempat perayaan ulang tahunnya. Arya Mayang hanya patuh dan mengikutinya tanpa bertanya lagi. Setelah berjalan beberapa saat mereka berdua sampai di aula istana.
“Maaf semuanya, saya terlambat.” Begitu memasuki aula istana, Zen Kagendra segera menyampaikan permintaan maafnya.
“Tidak apa-apa. Semuanya, mari makan hidangan yang ada. Mari kita mulai perta malam ini.” Zen Kuntara nampak lebih senang setelah melihat Zen Kagendra.
Zen Kuntara memandang Zen Kagendra dengan senyum lebar, “Kagendra, kau menerobos ke ‘Alam Dasar’ tingkat 6?”
“Emm, barusan aku mendapat beberapa pencerahan. Aku memanfaatkannya untuk menerobos.” Zen Kagendra menjawab tanpa menyembunyikan sesuatu apa pun.
Zen Kuntara tetap mempertahankan senyum lebarnya, “Bagus-bagus, ayah senang dan bangga sama kamu. Usiamu baru menginjak 7 tahun dan sudah mencapai ‘Alam Dasar’ tingkat 6. Prestasi masa depanmu sangat jauh dari jangkauanku.”
“Keponakanku terlalu mengejek langit.”
“Sepupu Kagendra, kau jenius!”
“Sepupu adik kecil memang jenius!”
Pamanya Zen Astaka dan kedua anaknya, Zen Anjani dan Zen Ananta mengucapkan selamat dan ikut tersenyum. Jika dia semakin kuat lalu apa? Itu berarti stabilitas kearajaan Zen akan semakin terjaga.
Mereka mengobrol hal-hal sepele untuk meningkatkan hubungan kekeluargaan antarkeluarga kerajaan. Beberapa anggota keluaga Kerajaan Zen pandai melempar pujian dan gurauan kepada sesama sehingga membuat suasana pesta sangat ramai. Meskipun begitu, pada hati mereka masing-masing suasana itu sangat hangat dan kekeluargaan.
Sementara itu, dari luar pintu dua orang pelayan terengah-engah dengan wajah cemas berlari ke arah pesta. Mereka segera berlutut di depan Zen Kuntara.
“Raja, sekarang di depan gerbang istana, petinggi Perguruan Menggebrak Bumi datang untuk berkunjung dan dia juga membawa seorang murid. Dia bilang bahwa dia tidak mau dibuat menunggu.”
Zen Kuntara tertegun sejenak dan berkata, “Tuntun aku ke sana!”
Zen Kuntara berdiri dan siap berjalan keluar pintu aula, tapi sebelum itu dia sudah melihat satu pria tua dan satu anak laki-laki berusia sekitar 9 tahun memasuki aula tempat perayaan pesta ulang tahun. Dengan angkuh dia menyapu pandangan ke arah semua undangan, termasuk ke tuan rumah Raja Zen Kuntara.
Pria tua itu tersenyum, “Aku Wi Harja, petinggi bagian dalam Perguruan Menggebrak Bumi mengusulkan sparring ke Zen Kagendra dan muridku Wi Gupi, apa dia berani?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Putra_Andalas
nah..bhsa Inggris kesasar nih.. salah jaman 😬
2024-01-29
0
Muhammad Amin
siapa takut
2021-08-01
0
Zuzaku Gama
bunuh...bunuh...bunuhhh...
2021-04-02
0