Chapter 3 Gunung Penanggungan

Chapter 3

Gunung Penanggungan

 

Setahun berlalu sejak Zen Kagendra terbangun dari ingatan kehidupan sebelumnya. Dia memfokuskan setiap hari untuk berlatih. Selain makan dan tidur, dia hampir tidak pernah menghabiskan waktunya untuk bermain-main selayaknya anak kecil pada umumnya.

Di taman istana Kerajaan Zen sekarang terlihat sosok anak laki-laki berkulit halus, alis yang bagai pedang yang menantang, serta rambutnya yang menutupi sebagian dahinya. Ditambah fitur wajah tampan dan pandangan mata sengitnya. Setiap orang akan mengenali siapa anak laki-laki itu.

Anak laki-laki itu adalah Zen Kagendra. Umurnya hanya 7 tahun, tapi postur tubuhnya sudah tegak selayaknya anak remaja. Tingginya sudah mencapai 130 cm dan fitur wajahnya hampir mirip seorang remaja. Bagi yang tak mengenalnya mungkin sudah menganggapnya sebagai remaja.

“Aku tidak bisa lanjut.” Zen Kagendra bergumam

“Aku sudah pada ‘Alam Dasar’ tingkat 5, ‘Teknik Bayangan Hantu’ sudah pada tahap tiga puncak, ‘Teknik 9 Dinding Tubuh Permata’ sudah pada tahap tiga, dan untuk ‘Jurus Pedang Ankara’ karena tak ada tolak ukurnya aku tak bisa memastikanya, tapi aku bisa memastikan bahwa perkembanganya akan cepat.” Zen Kagendra mulai memikirkan tentang perkembangannya setahun terakhir. Meskipun perkembanganya sangat cepat dan melampaui tidak normal untuk kultivator bela diri lainya, tapi dia masih tidak puas karena pada dasarnya ini bukanlah standarnya.

“Aku harus pergi untuk pertempuran, pelatihan tertutup seorang diri terlalu lambat.”

“Aku sudah menunggu selama satu tahun hingga upacara tujuh tahun aku bisa keluar istana. Jika tidak karena ini aku sudah keluar istana setiap hari.” Suaranya terdengar menyesal, tapi dia tidak bisa berbuat apa pun tentang itu. Dia tidak ingin membuat keributan karena di dunia ini tidak akan pernah ada anak berumur 7 tahun untuk bertempur.

Hari ini adalah hari ulang tahun Zen Kagendra dan pestanya akan diadakan di bangunan utama istana kerajaan nanti malam. Para pelayan sudah sibuk mempersiapkan segala hal mulai dari kemarin. Di kota pun keramaian sudah terjadi. Memikirkan hal itu, Zen Kagendra sudah bertekad untuk berjalan-jalan keluar dari istana kerajaan.

“Aku harus menemui ayah dan menyampaikan keinginanku.” Suara Kagendra lirih.

Dia mulai melangkah menuju halaman kediaman Raja. Halaman Zen Kuntara dan halaman kediaman Zen Kagendra tidak terpisah jauh karena masih dalam lingkup inti istana kerajaan. Tentu saja tidak butuh waktu lama untuk tiba di halaman kediaman Raja. Setelah beberapa menit berjalan Zen Kagendra sudah melihat halaman kediaman Raja. Dia sedikit mengamati situasi dan mendengarkan suara berisik dari taman kediaman Raja. Setelah menoleh dia melihat ayahnya Zen Kagendra sedang tertawa bersama pria paruh baya.

Pria paruh baya ini wajahnya sedikit tampan, meski bukan orang yang sangat tampan tapi dia terlihat sangat berkelas. Pakaiannya merupakan pakaian bangsawan dan tidak mungkin petinggi biasa bisa memakai pakaian sekelas yang dia gunakan. Di sebelahnya ada seorang wanita remaja berusia sekitar 10 tahun yang tersenyum mendengarkan tawa pria paruh baya dan Zen Kuntara. Ketika Zen Kagendra mendekati taman, wanita itu pun menoleh dan memandang Zen Kagendra sejenak.

“Paman Zen Kuntara, sepertinya ada yang datang.” Wanita itu tersenyum manis dan masih memandang Zen Kagendra.

Pria paruh baya dan ayahnya Zen Kuntara segera berhenti tertawa dan memandang ke arah Zen Kagendra yang melangkah ke arah mereka.

“Bagus, baru saja aku akan memanggilmu. Mari sini Kagendra duduk bersama kami, akan Ayah kenalkan kamu kepada Paman Arya.” Zen Kuntara benar-benar tersenyum dan tak bisa menyembunyikan ekspresi senangnya.

“Baik, Ayah.” Zen Kagendra mengangguk dan segera duduk di kursi batu taman.

Pada saat ini semua mata sedang tertuju padanya, terutama pria paruh baya di depanya. Dia teliti mengamatinya, agak sedikit membuat Zen Kagendra tidak nyaman. Zen Kuntara melihat Zen Kagendra dengan tersenyum dan memperkenalkan tamunya.

“Kagendra, ini teman lama ayah dia bernama Arya Prabu dan di sebelahnya adalah putrinya. Dia baru berusia 10 tahun dan sudah memasuki ‘Alam Dasar’ tingkat 8. Namanya adalah Arya Mayang.”

Kagendra melihat wanita di depanya karena dia tadi terburu-buru duduk dan tidak memperhatikan. Dia sekarang baru menyadari wanita di depanya sangat cantik, meskipun tidak bisa dibandingkan dengan para dewi dari cerita legenda masyarakat. Wajahnya masih bisa dibandingkan dengan wanita atas dari berbagai kerajaan. Tidak hanya wajahnya, bahkan postur tubuhnya sangat menggoda. Dua bukit kelincinya yang masih dalam pertumbuhan sudah menjadi salah satu daya tarik untuk lawan jenisnya.

“Salam Paman Arya Prabu, salam Saudara Arya Mayang.” Zen Kagendra memberikan salam kepada tamu ayahnya.

Paman Arya Prabu langsung tersenyum, “Aahahahah Saudara Zen Kuntara anakmu terlalu sopan. Dia tampan dan yang lebih menarik dia jenius. Berumur 7 tahun dan tingkat kultivasinya sudah pada ‘Alam Dasar’ tingkat 5 itu benar-benar mengejek langit.” Paman Arya Prabu langsung mengatakan yang ada di pikiranya. Awalnya dia sedikit tertegun melihat Zen Kagendra, tapi akhirnya kembali normal. Zen Kuntara menoleh ke arah Zen Kagendra sebentar, lalu kembali menoleh ke arah Arya Prabu.

“Aahahah, sudahlah Saudara, terima kasih atas pujianya. Mari kita tak membuang waktu dan mulai berbicara ke inti.” Setelah berbicara wajah Zen Kuntara mulai agak serius.

Zen Kuntara menoleh ke arah Zen Kagendra dan berbicara, “Kagendra, tiga bulan lagi akan ada kompetisi tiga tahunan yaitu kompetisi benih dan Kerajaan Dharma sebagai tuan rumahnya. Persyaratanya adalah umur setiap peserta harus kurang dari 10 tahun. Oleh karena umurmu dan bakatmu, ayah ingin kau untuk mengikuti kompetisi tersebut untuk kehormatan Kerajaan Zen dan dirimu sendiri.” Setelah berbicara dengan Zen Kagendra, Zen Kuntara sesaat menoleh ke Arya Mayang dan kembali pandanganya pada Zen Kagendra.

“Nah karena itu Paman Arya Prabu dan anaknya Arya Mayang datang kemari, tapi ada sedikit tambahan kecil.” Zen Kagendra terdiam sejenak mentap ke arah ayahnya.

“Tambahan kecil? Apa itu? Haruskah perhubungan dengan kompetisi benih?”

“Ya, kau benar. Kami kemari untuk mengajak ayahmu berkerja sama untuk mendapatkan buah apel perak yang berada di pusat pegunungan penanggungan yang berada di Kerajaan Zen. Sebelumnya, kami mendapatkan info bila buah itu akan matang dalam beberapa hari yang akan datang.” Arya Prabu menanggapi pertanyaan Zen Kagendra dengan senyum.

“Buah ini pada dasarnya tidak berguna untuk kultivator di bawah ‘Alam Panglima’, maka dari itu tidak banyak yang akan memperebutkanya. Apalagi sebenarnya buah ini tidak terlalu sulit didapat, tapi untuk kita akan lebih mudah mencarinya di belakang halaman rumah daripada harus berebut dengan orang dari luar kerajaan bukan?”

“Ayah, Bagaimana situasi gunung?” Tanya Zen Kagendra

Zen Kuntara menanggapi anaknya, “Gunung Penanggungan hanya gunung dengan binatang iblis tingkat biasa-biasa saja, yang paling kuat yang pernah terlihat adalah pada tingkat ‘Alam Panglima’, tapi juga ada beberapa rumor yang mengatakan bahwa juga ada beberapa ‘Alam Guru’, untuk ‘Alam Panglima’ atau yang lebih tinggi selama kita tidak menggangunya, maka mereka tak akan menyerang secara brutal, kecuali manusia sengaja memprovokasinya.”

“Saudara, apakah informasi itu benar adanya? Aku sudah lama tidak mengenal buah apel perak.” Zen Kuntara bertanya setengah agak ragu-ragu. Melihat temannya sedikit meragukan informasi yang didapatkanya, Arya Prabu memandangnya.

“Saudara Zen Kuntara tidak perlu meragukanya, meski aku tidak bisa memberi kepastian penuh setidaknya aku bisa memastikan 80% informasi tersebut.”

Dia diam sejenak lalu melanjutkan, “Bagaimana? Kita harus segera berangkat dan menyiapkan beberapa pengawal.” Arya Prabu masih menujukkan senyum di wajahnya. Menanggapi keyakinan temannya, Zen Kuntara langsung lega.

“Baiklah, aku akan segera menyiapkan pengawal, tapi Saudara Arya Prabu harus tahu bahwa Alam kultivasi yang lebih tinggi dari ‘Alam Prajurit’ tidak diperbolehkan masuk gunung. Jika tidak, itu akan mengundang perhatian dari binatang tingkat ‘Alam Panglima’ atau tingkat lebih atas untuk menyerang. Aku takut seranganya tak hanya akan berhenti pada para pendaki, tapi juga akan menyerang kerajaan.”

“Baiklah tidak apa-apa aku akan menunggu bersamamu disini, hanya siapkan dua puluh ‘Alam Prajurit’ dan setidaknya lima diantaranya harus ‘Alam Prajurit Puncak’ untuk mengawal mereka berdua.” Arya Prabu menanggapi perkataan Zen Kuntara.

Zen Kuntara tersenyum,  “Tentu saja itu bisa. Besok pagi mereka akan berangkat dan untuk hari ini Saudara Arya bisa menginap di istana kami. Aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan kamar.”

Setelah pembicaraan inti tentang buah apel perak dan kompetisi benih, sisanya hanya obrolan-obrolan masa lalu antara pria paruh baya. Tentu saja itu hanya akan menarik antara Paman Arya Prabu dan ayahnya Zen Kuntara. Zen Kagendra dan Arya Mayang tidak terlalu perduli tentang pembicaraan mereka. Apalagi tujuan Zen Kagendra keluar dari istana ini untuk melakukan perjalanan ke gunung sudah tercapai, walau itu diluar dugaan dengan pengawal, tapi itu masih cukup baik daripada tidak.

Terpopuler

Comments

Putra_Andalas

Putra_Andalas

mulai enak nih bacanya...mudah dicerna lambung 😁

2024-01-29

1

Wahyu Grai

Wahyu Grai

keren...

2021-10-24

0

Muhammad Amin

Muhammad Amin

lanjut asik juga

2021-08-01

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog 00
2 Chapter 1
3 Chapter 2 Berlatih
4 Chapter 3 Gunung Penanggungan
5 Chapter 4 Tamu Tak diundang
6 Chapter 5 Maaf, Kau Tidak Layak
7 Chapter 6 Memukau Penonton
8 Chapter 7 Memasuki Gunung Penanggungan
9 Chapter 8 Perang Kecil
10 Chapter 9 Terobosan ke “Alam Prajurit” Tingkat 1
11 Chapter 10 Bukankah aku tinggal membunuh kalian?
12 Chapter 11 Memenggal Musuh
13 Chapter 12 Selain Kekuatan
14 Chapter 13 Bersiap Berpetualangan
15 Chapter 14 Terungkap
16 Chapter 15 Membantu Kuat
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 50
52 Chapter 51
53 Chapter 52
54 Chapter 53
55 Chapter 54
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Chapter 57
59 Chapter 58
60 Chapter 59
61 Chapter 60
62 Chapter 61
63 Chapter 62
64 Chapter 63
65 Chapter 64
66 Chapter 65
67 Chapter 66
68 Chapter 67
69 Chapter 68
70 Chapter 69
71 Chapter 70
72 Chapter 71
73 Chapter 72
74 Chapter 73
75 Chapter 74
76 Chapter 75
77 Chapter 76
78 Chapter 77
79 Chapter 78 Datang Ke Kekaisaran Mulk
80 Chapter 79 Lihat, dia Zen Kagendra !
81 Chapter 80 Zen Kagendra VS Mulk Jendi
82 Chapter 81 Kolam Cair Energi Qi
83 Chapter 82 (Alam Guru Besar) tingkat 5
84 Chapter 83 Latihan Kultivasimu benar – benar (Alam Guru Besar) tingkat 5?
85 Chapter 84 Mengundang Zen Kagendra
86 Chapter 85 Tidak Lagi Ingin Negosiasi?
87 Chapter 86 Zen Kagendra, 3 VS 1 (Part 1)
88 Chapter 87 Zen Kagendra, 3 VS 1 (Part 2)
89 Chapter 88 Zen Kagendra, 3 VS 1 (Part 3)
90 Chapter 89 Ananta Roba, Berjudi!
91 Chapter 90 Dunia Tanpa Energi Qi
92 Chapter 91 Jamur Abu - Abu
93 Chapter 92 Jamur Tubuh Manusia
94 Chapter 93 Meningkatkan Kultivasi Fisik
95 Chapter 94 Mulai Berburu Kristal
96 Chapter 95 Itu Urusanku, Tidak Ada Kaitannya Denganmu
97 Chapter 96 Krital Unsur Elemen
98 Chapter 97 “Senior Jangan Serang, Aku Tidak Jahat”
99 Chapter 98 Dimensi ke 6? Dimensi ke 7?
100 Chapter 99 Esensi Menggunakan Dua Pedang, Menuza Zidney
101 Chapter 100 Tanah Kesialan
102 Chapter 101 Tanah Kesialan Lanjutan 1, VS 12 Laba - Laba
103 Chapter 102 Tanah Kesialan Lanjutan 2, VS Perampok
104 Chapter 103 Tanah Kesialan Lanjutan 3, Teknik Kilat
105 Chapter 104 Tanah Kesialan Lanjutan 3, Tubuh ‘Berserker’ Ke 3
106 Chapter 105 Tanah Kesialan Lanjutan 4, 50 Hari Kemudian
107 Chapter 106 Tanah Kesialan 5, Dikejar Ratusan Laba - Laba
108 Chapter 107 Tanah Kesialan Lanjutan 7, Altar
109 Chapter 108 Tanah Kesialan Lanjutan 8, Darah Keturunan Naga
110 Chapter 109 VS Kadal Api, Mundur..
111 Chapter 110 VS Kadal Api, Kau Siapa?
112 Chapter 111 VS Kadal Api, Apa Kita Pernah Bertemu?
113 Chapter 112 VS Kadal Api, Sebuah Kebenaran Dimensi Ketiga.
114 Chapter 113 VS Kadal Api, Lagi
115 Chapter 114 VS Kadal Api, 2 VS 1
116 Chapter 115 VS Kadal Api, Kengerian Pertarungan ‘Dharma Surga’
117 Chapter 116 VS Kadal Api, Memilih Hidup? Atau Mati?
118 Chapter 117 VS Kadal Api, Bertemu Nona Ananta ‘Lagi’
119 Chapter 118 Namaku Adalah….
120 Chapter 119 Membangunkan Kembali ‘Raja Naga, Antaboga’
121 Chapter 120 Bertemu Lagi Dengan Alsyeif Adolf
122 Chapter 121 Tidak Ada Yang Salah, Hanya Lemah Yang Salah
123 Chapter 122 Aku Punya Niatku Sendiri
124 Chapter 123 Pertarungan Gerbang Ilusi Part 1
125 Chapter 124 Peratungan Gerbang Ilusi Part 2
126 Chapter 125 Kembali
127 Chapter 126 Kekuatan Menuza Zidney
128 Chapter 127 Kembali ke Kerajaan Zen
129 Chapter 128 Perencanaan Untuk Keluarga Zen
130 Chapter 129 Perencanaan Untuk Keluarga Zen Part 2
131 Chapter 130 Kompetisi Mencari Bakat Penyisihan, Part 1
132 Chapter 131 Kompetisi Mencari Bakat Penyisihan, Part 2
133 Chapter 132 Kompetisi Mencari Bakat Penyisihan, Part 3
134 Chapter 133 Kompetisi Mencari Bakat Penyisihan, Part 4
135 Chapter 134 Kompetisi Mencari Bakat Penyisihan, Part 5
136 Chapter 135 Kompetisi Mencari Bakat Penyisihan, Part 6
137 Chapter 136 Kompetisi Mencari Bakat Penyisihan, Part 7
138 Pengumuman, maaf
139 pengumuman lagi
140 Chapter 137 Disergap
141 Chapter 138 Bandit Merah Hati
142 Chapter 139 Perubahan Situasi
143 Chapter 140 Memohon Maaf
144 Chapter 141 Tujuan Po Candra
145 Chapter 142 Informasi Lelang
146 Chapter 143 Pertempuran?
147 Chapter 144 Zen Kagendra?
148 Chapter 145 Negosiasi Grup Casugraha
149 Chapter 146 Ananta Taraka
150 pengumuman again
151 Chapter 147 Informasi Generasi Muda
152 Chapter 148 Provokasi Aktif
153 Chapter 149 Kau Akan Membayar Berkali Lipat
154 Chapter 150 Energi Hukum
155 Chapter 151 Sultan Mah Bebas..!
156 Tanya Jawab 1 - 150 Chapter Terakhir
157 Chapter 152 Serangan Mendadak
158 Chapter 153 Bunuh Diri
159 Chapter 154 Berkah Tersembunyi
160 Chapter 155 Gerbang Darah, Ananta Ganendra
161 Chapter 156 Kompetisi Mencari Bakat, Peraturan
162 Chapter 157 Kompetisi Mencari Bakat, Ditemukan?
163 Chapter 158 Kompetisi Mencari Bakat, Melawan Tujuh Puluh Orang?
164 Chapter 158 Kompetisi Mencari Bakat, Menarik Perhatian
165 Chapter 159 Kompetisi Mencari Bakat, Menyerap Energi Hukum
Episodes

Updated 165 Episodes

1
Prolog 00
2
Chapter 1
3
Chapter 2 Berlatih
4
Chapter 3 Gunung Penanggungan
5
Chapter 4 Tamu Tak diundang
6
Chapter 5 Maaf, Kau Tidak Layak
7
Chapter 6 Memukau Penonton
8
Chapter 7 Memasuki Gunung Penanggungan
9
Chapter 8 Perang Kecil
10
Chapter 9 Terobosan ke “Alam Prajurit” Tingkat 1
11
Chapter 10 Bukankah aku tinggal membunuh kalian?
12
Chapter 11 Memenggal Musuh
13
Chapter 12 Selain Kekuatan
14
Chapter 13 Bersiap Berpetualangan
15
Chapter 14 Terungkap
16
Chapter 15 Membantu Kuat
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 50
52
Chapter 51
53
Chapter 52
54
Chapter 53
55
Chapter 54
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Chapter 57
59
Chapter 58
60
Chapter 59
61
Chapter 60
62
Chapter 61
63
Chapter 62
64
Chapter 63
65
Chapter 64
66
Chapter 65
67
Chapter 66
68
Chapter 67
69
Chapter 68
70
Chapter 69
71
Chapter 70
72
Chapter 71
73
Chapter 72
74
Chapter 73
75
Chapter 74
76
Chapter 75
77
Chapter 76
78
Chapter 77
79
Chapter 78 Datang Ke Kekaisaran Mulk
80
Chapter 79 Lihat, dia Zen Kagendra !
81
Chapter 80 Zen Kagendra VS Mulk Jendi
82
Chapter 81 Kolam Cair Energi Qi
83
Chapter 82 (Alam Guru Besar) tingkat 5
84
Chapter 83 Latihan Kultivasimu benar – benar (Alam Guru Besar) tingkat 5?
85
Chapter 84 Mengundang Zen Kagendra
86
Chapter 85 Tidak Lagi Ingin Negosiasi?
87
Chapter 86 Zen Kagendra, 3 VS 1 (Part 1)
88
Chapter 87 Zen Kagendra, 3 VS 1 (Part 2)
89
Chapter 88 Zen Kagendra, 3 VS 1 (Part 3)
90
Chapter 89 Ananta Roba, Berjudi!
91
Chapter 90 Dunia Tanpa Energi Qi
92
Chapter 91 Jamur Abu - Abu
93
Chapter 92 Jamur Tubuh Manusia
94
Chapter 93 Meningkatkan Kultivasi Fisik
95
Chapter 94 Mulai Berburu Kristal
96
Chapter 95 Itu Urusanku, Tidak Ada Kaitannya Denganmu
97
Chapter 96 Krital Unsur Elemen
98
Chapter 97 “Senior Jangan Serang, Aku Tidak Jahat”
99
Chapter 98 Dimensi ke 6? Dimensi ke 7?
100
Chapter 99 Esensi Menggunakan Dua Pedang, Menuza Zidney
101
Chapter 100 Tanah Kesialan
102
Chapter 101 Tanah Kesialan Lanjutan 1, VS 12 Laba - Laba
103
Chapter 102 Tanah Kesialan Lanjutan 2, VS Perampok
104
Chapter 103 Tanah Kesialan Lanjutan 3, Teknik Kilat
105
Chapter 104 Tanah Kesialan Lanjutan 3, Tubuh ‘Berserker’ Ke 3
106
Chapter 105 Tanah Kesialan Lanjutan 4, 50 Hari Kemudian
107
Chapter 106 Tanah Kesialan 5, Dikejar Ratusan Laba - Laba
108
Chapter 107 Tanah Kesialan Lanjutan 7, Altar
109
Chapter 108 Tanah Kesialan Lanjutan 8, Darah Keturunan Naga
110
Chapter 109 VS Kadal Api, Mundur..
111
Chapter 110 VS Kadal Api, Kau Siapa?
112
Chapter 111 VS Kadal Api, Apa Kita Pernah Bertemu?
113
Chapter 112 VS Kadal Api, Sebuah Kebenaran Dimensi Ketiga.
114
Chapter 113 VS Kadal Api, Lagi
115
Chapter 114 VS Kadal Api, 2 VS 1
116
Chapter 115 VS Kadal Api, Kengerian Pertarungan ‘Dharma Surga’
117
Chapter 116 VS Kadal Api, Memilih Hidup? Atau Mati?
118
Chapter 117 VS Kadal Api, Bertemu Nona Ananta ‘Lagi’
119
Chapter 118 Namaku Adalah….
120
Chapter 119 Membangunkan Kembali ‘Raja Naga, Antaboga’
121
Chapter 120 Bertemu Lagi Dengan Alsyeif Adolf
122
Chapter 121 Tidak Ada Yang Salah, Hanya Lemah Yang Salah
123
Chapter 122 Aku Punya Niatku Sendiri
124
Chapter 123 Pertarungan Gerbang Ilusi Part 1
125
Chapter 124 Peratungan Gerbang Ilusi Part 2
126
Chapter 125 Kembali
127
Chapter 126 Kekuatan Menuza Zidney
128
Chapter 127 Kembali ke Kerajaan Zen
129
Chapter 128 Perencanaan Untuk Keluarga Zen
130
Chapter 129 Perencanaan Untuk Keluarga Zen Part 2
131
Chapter 130 Kompetisi Mencari Bakat Penyisihan, Part 1
132
Chapter 131 Kompetisi Mencari Bakat Penyisihan, Part 2
133
Chapter 132 Kompetisi Mencari Bakat Penyisihan, Part 3
134
Chapter 133 Kompetisi Mencari Bakat Penyisihan, Part 4
135
Chapter 134 Kompetisi Mencari Bakat Penyisihan, Part 5
136
Chapter 135 Kompetisi Mencari Bakat Penyisihan, Part 6
137
Chapter 136 Kompetisi Mencari Bakat Penyisihan, Part 7
138
Pengumuman, maaf
139
pengumuman lagi
140
Chapter 137 Disergap
141
Chapter 138 Bandit Merah Hati
142
Chapter 139 Perubahan Situasi
143
Chapter 140 Memohon Maaf
144
Chapter 141 Tujuan Po Candra
145
Chapter 142 Informasi Lelang
146
Chapter 143 Pertempuran?
147
Chapter 144 Zen Kagendra?
148
Chapter 145 Negosiasi Grup Casugraha
149
Chapter 146 Ananta Taraka
150
pengumuman again
151
Chapter 147 Informasi Generasi Muda
152
Chapter 148 Provokasi Aktif
153
Chapter 149 Kau Akan Membayar Berkali Lipat
154
Chapter 150 Energi Hukum
155
Chapter 151 Sultan Mah Bebas..!
156
Tanya Jawab 1 - 150 Chapter Terakhir
157
Chapter 152 Serangan Mendadak
158
Chapter 153 Bunuh Diri
159
Chapter 154 Berkah Tersembunyi
160
Chapter 155 Gerbang Darah, Ananta Ganendra
161
Chapter 156 Kompetisi Mencari Bakat, Peraturan
162
Chapter 157 Kompetisi Mencari Bakat, Ditemukan?
163
Chapter 158 Kompetisi Mencari Bakat, Melawan Tujuh Puluh Orang?
164
Chapter 158 Kompetisi Mencari Bakat, Menarik Perhatian
165
Chapter 159 Kompetisi Mencari Bakat, Menyerap Energi Hukum

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!