Chapter 1
Aku terbangun, Zen Kagendra
Di tengah aula ada seorang anak laki-laki berusia sekitar 6 tahun yang sedang bermeditasi. Aula ini cukup luas untuk puluhan orang dewasa. Jika mereka ingin duduk bermeditasi menyerap energi alam dan menjadikanya energi dalam mereka.
“Hari ini aku terbangun, sudah enam tahun lamanya jiwaku tertidur, tapi sudah berapa tahun sejak kejadian itu?”
“Tunggu, kejadian apa?? Kenapa aku tidak mengingatnya?”
Anak itu mengerutkan kening dan mencoba mencari di antara memori ingatanya. Dia sedikit berkeringat dan masih memejamkan matanya dan terus mencari. Kemudian, ia menghembuskan nafas panjang.
“Aku tidak ingat. Aku hanya tau ingatanku terkompresi dan akan teringat saat aku memasuki ‘Alam Raja’” Anak itu bertanya-tanya tentang apa yang terjadi, tapi dia masih sedikit bingung. Lalu dia menatap ke arah pintu karena terdengar ada langkah kaki yang memasuki aula.
“Tuan Muda Kagendra, sudah waktunya makan siang, Raja memanggil Anda. Silakan mengikuti saya.” Seorang pelayan wanita paruh baya tersenyum berbicara, meski dia tidak cantik, tapi pelayan itu masih wanita yang sedap di pandang.
“Emm” Kagendra mengangguk dan berdiri mengikuti pelayan itu.
Mereka berjalan dengan pelayan memimpin di depan. Setelah melewati beberapa lorong dan taman, Kagendra melihat ada pria paruh baya sedang duduk di meja makan di sebelah taman dengan senyum menyambut Kagendra. Kagendra terus memperhatikan keadaan sekitar dan melihat pria itu dengan senyum.
“Kagendra, kemari ayo makan!” Pria itu tersenyum dan suaranya penuh dengan kasih sayang.
“Ya, Ayah.” Jawab Kagendra dengan tersenyum. Meskipun dia baru ingat kisah masa lalunya, tapi ingatan dia tentang beberapa tahun ini masih jelas. Dia terlahir sebagai putra mahkota Kerajaan Zen. Ayahnya bernama Raja Zen Kuntara. Dia lahir di Kerajaan Zen dan terlahir dengan darah Kerajaan Zen. Keluarga Kerajaan Zen mempunyai ribuan anggota keluarga dan memfokuskan empat puluh persen untuk pelatihan jalan bela diri dan sisanya mengurus usaha dagang yang membentang antarkerajaan sekitarnya.
Setelah melihat Zen Kagendra duduk di meja makan, pelayan yang menuntun Zen Kagendra segera meninggalkan mereka yang sedang makan siang. Zen Kagendra makan dengan lahap meski tubuhnya kecil, tapi dia merupakan anak yang sangat aktif. Menurut ayahnya, hal yang wajar jika ia makan hampir sama dengan porsi orang dewasa. Setelah mereka berdua makan, ayahnya terpikirkan sesuatu.
“Kagendra, bagaimana? Kau sudah mencapai ‘Alam Dasar’?” Ayahnya berbicara dengan senyum. Kagendra segera mengangguk untuk mengiyakan.
Ayahnya sejenak tertegun, “Bagus-bagus, mencapai ‘Alam Dasar’ pada usia 6 tahun dari semua sepupumu hanya kau satu-satunya yang bisa, dari semua sepupumu yang tercepat hanya ada Zen Ananta, anak pamanmu yang sebanding denganmu, tapi dia masih memasuki ‘Alam Dasar’ pada umur 7 tahun.” Ayahnya sangat riang saat berbicara. Dia benar-benar sangat bangga bahwa anaknya adalah jenius. Zen Kuntara masih terus tersenyum beberapa waktu hingga dia teringat sesuatu dan menatap Zen Kagendra.
“Aku akan memaksukanmu ke Perguruan Menggebrak Bumi, tapi persyaratnya agak ketat. Mereka hanya akan menerima ‘Alam Dasar’ tingkat 6 sebelum berusia 10 tahun. Bagaimana menurutmu? Tentu saja aku akan menyediakan semua sumber dayamu.”
Zen Kagendra menatap ayahnya dan tersenyum, “Aku mampu, tapi sebelum itu aku ingin mengetahui tentang dunia sekitar. Bisakah aku membaca buku-buku tentang dunia? Di mana aku bisa membacanya?” Zen Kagendra berbicara dengan wajah yang menggemaskan.
Ayahnya, Zen Kuntara termenung sejenak lalu segera menanggapi, “Ya tentu saja, kau bisa meminta pelayan untuk mengantarmu ke perpustakaan kerajaan. Di sana juga ada metode-metode bela diri, termasuk metode kultivasi.” Ayahnya sedikit kaget dengan putranya. Meskipun Zen Kagendra bisa berjalan saat umur delapan bulan yang merupakan hal yang menakjubkan untuk sebagian orang, tapi akan sangat aneh bila dia sudah ingin mengetahui hal-hal tentang dunia pada umur 6 tahun. Pada sewajarnya bocah berumur 6 tahun hanya akan bermain setiap hari tanpa memikirkan apa pun.
“Emm, aku akan pergi.” Zen Kagendra mengangguk, tapi sempat berpikir metode kultivasi? Memang ada kultivasi sebanding dengan Kanuragan Naga Api Emas Perkasa? Pikirnya dengan sedikit mengejek. Setelah berbicara dia segera melompat dari kursinya dan menuju ke arah pelayan untuk meminta diantar ke perpustakaan.
Setelah berjalan beberapa menit, dia melihat pintu besar yang bertuliskan “Perpustakaan” di atasnya. Sebelah samping kiri pintu ada pria tua yang menjaga pintu. Pria tua itu tersenyum saat Zen Kagendra datang. Segera Zen Kagendra menuju ke depan pria tua. Pria itu menggunakan pakaian lengan panjang dengan janggut putihnya dia tersenyum ke arah Zen Kagendra yang berada di depannya.
“Anda jarang sekali terlihat di sekitar perpustakaan, apa Anda akan bermain di sini hari ini? Di sini bukan tempat bermain.”
Pria tua itu salah satu dari petinggi di Kerajaan Zen. Dia bertugas sebagai penjaga perpustakaan, tentu saja bisa disebut petinggi karena tidak mungkin orang rendahan Kerajaan Zen diperbolehkan menjaga perpustakaan.
Zen Kagendra lalu tersenyum, “Aku ingin membaca buku pengetahuan tentang informasi dunia ini. Oh ya, ayah juga mengatakan untuk mempelajari keterampilan bela diri dan metode kultivasi. Di sebelah mana aku bisa membacanya?”
Pria tua itu sejenak melihat anak di depanya, lalu dia tertegun bahwa anak di depanya adalah “Alam Dasar” tingkat 1. Meskipun hanya kekuatan sepele, tapi jika itu dimiliki anak berumur 6 tahun itu tandanya dia anak jenius.
“Ahahahah Tuan Muda memang menakjubkan, berumur 6 tahun dan memiliki tingkat kultivasi ‘Alam Dasar’ tingkat 1 itu merupakan sebuah kehormatan untuk keluarga kerajaan. Silakan, saya tidak akan mengulur waktu lagi. Buku pengetahuan umum dunia ada di tingkat satu sebelah kanan, sedangkan untuk buku keterampilan bela diri dan metode kultivasi ada di lantai dua. Ada sedikit buku bela diri, saya yakin Anda akan cepat menemukan yang cocok untuk Anda dan tetap ingat semua buku tidak boleh di bawa keluar. Di lantai dua ada kamar kamar kecil, Anda bisa berlatih di dalam.”
Kagendra tersenyum dan mengangguk. Setelah itu dia langsung menuju sebelah kanan lantai satu perpustakaan. Dia melihat sekeliling dan segera memilih milih buku yang diinginkanya. Tak butuh waktu lama untuk dia menemukan bukunya.
Segera ia menuju meja dan mulai membaca. Dunia ini bernama benua Andalas. Benua dibagi menjadi sembilan provinsi dan puluhan kerajaan disetiap provinsi. Provinsi yang terkecil sampai terbesar bernama Provinsi Padi, Provinsi Besi, Provinsi Sunda Kecil, Provinsi Sunda, Provinsi Kencana, Provinsi Nusa, Provinsi Barus, Provinsi Kute, dan Provinsi Mulk. Kerajaan Zen sekarang berada di bagian utara Provinsi Besi yang merupakan urutan kedua dari yang terkecil. Meskipun Kerajaan Zen berada di provinsi kedua terkecil, itu bukan berarti lemah. Bila terjadi perang antara kerajaan dari provinsi Mulk dengan Kerajaan Zen, meski tidak sama-sama hancur, tapi Kerajaan Zen masih akan mampu membuat kerugian amat besar terhadap kerajaan dari Provinsi Mulk.
Setelah membolak-balik buku, Zen Kagendra tahu bahwa alam bela diri yang dikenal oleh dunia sekarang terdapat 7 tingkatan, yaitu:
1. Alam Dasar (10 tingkat)
2. Alam Prajurit (10 tingkat)
3. Alam Panglima (10 tingkat)
4. Alam Guru (8 tingkat)
5. Alam Guru Besar (8 tingkat)
6. Alam Raja (6 tingkat)
7. Alam Kaisar (6 tingkat)
“Alam Kaisar” di buku tersebut hanya mitos karena hampir tak satupun di dunia ini mampu menempuh “Alam Kaisar.” Dia juga segera mengerti bahwa ayahnya, Zen Kuntara berada di “Alam Guru” tingkat 1. Dia juga agak tertegun karena “Alam Guru” merupakan alam dengan strata tinggi di daerah sekitar. Artinya, kebanyakan orang sekitar bukan lawan ayahnya.
Dia terus membolak-balik buku dengan tanganya, sampai dia menyadari bahwa infomasi tentang dunia dalam buku-buku di perpustakaan masih terbatas. Dia masih tidak mengetahui apa tingkat kekuatanya sebelum bereinkarnasi. Dia bisa mendeskripsikan kekuatanya yang hanya dengan kibasan tangan bisa membelah lautan.
“Apa tingkat kekuatan itu? ‘Alam Kaisar’? Aku kira lebih tinggi, tapi kenapa aku tidak mengingatnya? Kenapa yang kuingat hanya cara bertempur dan metode kultivasi? Apa benar aku akan mengingatnya saat aku masuk ‘Alam Raja’?” Dia masih merenung muram dan tampak lesu, “’Alam Raja’? Bukankah itu alam puncak dunia ini? Sudahlah, abaikan. Selanjutnya, aku akan hanya perlu menjadi kuat dan berlatih.” Gumamnya.
Kagendra meletakkan kembali buku ke rak. Dia mulai berjalan ke lantai dua dan melihat area sekitar. Dia menatap rak metode kultivasi. Rak itu bertingkat tiga, yang paling bawah adalah keterampilan metode kultivasi kelas perunggu rendah & menengah, atasnya lagi metode kultivasi kelas perunggu atas, dan paling atas adalah metode kultivasi kelas perak rendah & menengah.
Metode kultivasi, keterampilan bela diri (jurus, teknik, sihir), dan senjata dibagi menjadi kelas perunggu, perak, emas, berlian dan setiap kelas dibagi menjadi rendah, menengah, dan atas. Bagi kerajaan setidaknya harus ada kelas perunggu karena untuk mendukung setiap generasi mendatang.
Zen Kagendra segera memilih buku buku kelas perak menengah dan disana hanya ada beberapa buku bernama metode “Kanuragan Mekar anggrek merah”, metode “Kanuragan petir langit”, metode “Kanuragan gemuruh angin”, metode “Kanuragan menara api”. Setiap metode bisa mengisi tenaga dalam pada tubuh, membuka, dan memperlancar 18 meridian.
Zen Kagendra kaget. Lalu bergumam, “Hanya 18? Sedangkan ‘Kanuragan Naga Api Emas Perkasa’ bisa membuka 52? Lalu tingkat apa itu? Berlian? Atau lebih tinggi? Cih, lalu siapa aku sebenarnya dikehidupan sebelumnya?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Muhammad Amin
monster
2021-08-01
1
blood
Masih memantau
2021-07-16
1
Agus Sugiarto
suee
2021-05-18
0