Reader tercinta,
Novel ini merupakan kelanjutan cerita dari Novel sebelum nya yang berjudul Isyaroh.
Semoga Terhibur.
Selamat Membaca.
.......
Keluarga Yasin dan Fatimah..
Ringkasan cerita
Setelah Yasin menyelesaikan tugas memberantas kesesatan yang memakan korban banyak manusia. Bukan lantas Yasin kemudian tenang tenang saja. pada kehidupan berikutnya, masalah lain muncul. Baik dari anak anaknya. Ataupun dari sisa sisa musuh Yasin di masa lalu.
Baik dari musuh yang dulu berhadapan langsung, maupun yang di balik layar. Bahkan ada juga yang merupakan saudara atau teman dari musuhnya dulu. Dan ada juga dari keturunan musuhnya dulu yang hendak menuntut balas pada Yasin.
Untuk musuh yang merupakan keturunan orang yang dulu di kalahkan Yasin. Yang akan menghadapi adalah anak anak Yasin. Yakni Sidiq dan Jafar, yang mendapat gemblengan khusus dari Yuyut Siti Aminah di bawah alam bawah sadar Sidiq dan Jafar.
Ada pula musuh musuh baru yang berurusan dengan Yasin. Ada juga musuh baru yang muncul bekerja sama dengan musuh lama Yasin.
Hingga akhirnya Yasin merasa bosan untuk terus terusan berkelahi. dan akhirnya memutuskan berhenti dari dunia kekerasan. Saat Sidiq dan Jafar sudah menginjak Remaja.
Hal itu merupakan keputusan Yasin, atas nasehat Yuyut Siti Aminah. Yang menyuruh Yasin untuk lebih fokus pada urusan ibadah. Dan lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
Nasehat Yuyut diakhiri dengan pesan, jika masih terus melanjutkan berjuang dengan kekerasan. akan mengalami nasib yang sama dengan kakeknya, Jafar Sanjaya. Yang meninggal dikhianati dan dibunuh murid atau santri nya sendiri.
Saat Sidiq dan Jafar sudah masuk Remaja belasan tahun, kiprah Yasin pun di gantikan mereka. Yasin tak lagi pernah mau berantem secara fisik. Hanya memberikan suport pada anak anaknya. Dan lebih banyak melakukan aktifitas keagamaan. serta menolong orang yang terkena gangguan makhluk astral dan sebagainya.
untuk urusan bentrok fisik, adalah tugas Sidiq dan Jafar. Dimana salah satunya nanti akan menjadi 'Pewaris Stambul Al-Quran' dari kakek buyut mereka, kakek Sidiq Ali.
Dan anak anak Yasin yang akan meneruskan perjuangan leluhurnya, dalam Amar ma'ruf Nahi mungkar bil Ma'ruf.
*****
Begitulah akhir perjuangan seorang Ahmad Sidiq, Alias Zain alias Yasin dalam menumpas kebatilan yang timbul dari pelaku kesesatan. Setelah itu Yasin dan Fatimah bisa hidup Normal. Hingga empat tahun kemudian Fatimah melahirkan anak lagi, seorang perempuan yang cukup cantik. Namun anak Fatimah dan Yasin itu wajahnya justru mirip dengan kakak Kandung Yasin ibunya Rendi istrinya Saputro yang dulu Saputro pernah memusuhi Yasin. Anak itu di beri nama Nisa Aminah, diambil dari nama Yuyut Fatimah Siti Aminah. Sebagai pengingat karena Yuyut sudah pulang ke Rahmattulah. Sidiq sudah mulai masuk sekolah, Jafar mengasuh adiknya NIsa di rumah.
Lima Tahun kemudian….
“Mas tadi kata Gurunya Sidiq memukul teman sekolahnya sampai mata kananya berdarah. Kita disuruh menemui orang tua anak tersebut untuk berdamai…!” ucap Fatimah….???
“Yaudah kita ke sana besuk, memangnya kenapa Sidiq sampai memukul anak itu ?” Tanya Yasin kepada Fatimah.
“Fatimah belum menanyakan ke Sidiq langsung mas, nungguin kamu soalnya.” Jawab Fatimah.
“Coba Sidiq suruh kemari sebentar, lain kali kalo suami baru pulang jangan di hadapkan dengan masalah dulu. Buatin minum kek apa, jangan baru datang langsung di suguhin masalah.” Kata Yasin agak jengkel dengan Istrinya.
“Iya maaf, habis Fatimah ketakutan tadi.” Jawab Fatimah. Kemudian ke belakang membuatkan minuman buat suaminya sekaligus mengajak Sidiq menemui Ayahnya.
Nisa yang masih berusia lima tahun pulang dari bermain dengan teman temanya sambil menangis.
“Yaah temen Nisa nakal yah, mainan Nisa diambil semuanya…!” rengek Nisa.
Fatimah yang baru datang bawa minuman pun jadi panik melihat anak cewek kesayangannya menangis.
“Aduh kenapa Sayang Siapa yang Nakal ?” Tanya Fatimah ke Nisa.
Aku membatin, itu cara mendidik anak yang salah. Apa bila anak nangis di Tanya siapa yuang nakal, nanti akan membuat anak mencari kambing hitam untuk menutup-nutupi kekurangannya. Namun aku juga gak mungkin menyalahkan Fatimah di depan anak anak, menjaga kewibawaan seorang ibu di depan anaknya. Jadi aku biarkan saja dulu.
Kemudian Nisa pun menceritakan sama persis dengan apa yang disampaikan padaku tadi.
“Mainan Nisa di rampas temen Bunda ?” tangis Nisa malah semakin keras.
Membuat Sidiq ikutan Emosi.
“Siapa temen kamu yang nakal, biar aku pukuli sekarang !” bentak Sidiq emosi melihat adiknya menangis dan mengadu kepada ibundanya.
“Sidiq… Udah…! Itukan urusan anak kecil sebaya Nisa masak iya kamu mau ikut ikutan, Duduk…!” bentak ku pada Sidiq.
“Iya Yah, tapi Sidiq Gak rela adiknya Sidiq di nakalin orang Yah.” Jawab Sidiq.
“Kan belum tentu temen Nisa yang salah, bisa jadi Nisa juga yang salah. Sidiq bagus membela adiknya. Tapi dilihat dulu apakah adiknya bersalah atau tidak.” Kataku kepada Sidiq.
“Gak usah di bentak bentak juga kali mas, biar bagaimanapun kan maksud Sidiq itu baik.” kata Fatimah.
Ini lagi sebuah proses pendidikan yang keliru, ketika ayah menasehati anaknya ibunya membela. Yaa meskipun aku juga mengakui itu ketulusan Fatimah yang tidak memperlakukan Sidiq berbeda dengan anak kandungnya. Namun salah yan tetap saja salah. Seharusnya gak begitu, jika suami dirasa terlalu keras ngomongnya jika gak ada anaknya, supaya tidak membuat anak merasa ada yang membela jika berbuat salah.
“Aku gak bentak kok, kan memang gaya bicaraku seperti ini dari dulu.” Jawabku. Sambil menyeruput kopi.
Kemudian aku melanjutkan menasehati Sidiq.
“Sidiq tadi di sekolah bikin maslah apa, kok ibu guru Sidiq sampai menemui Bunda kamu ?” tanyaku pada Sidiq.
“Tadi ada yang mau ngajak berantem Jafar adikku Yah, udah di bilangin itu adikku jangan di nakali malah ngeyel.” Jawab Sidiq.
“Terus kalo dia Ngeyel kamu apakan ?” tanyaku pada Sidiq.
Sidiq hanya diam saja tidak berani menjawab, sehingga aku harus mengulang pertanyaan ku.
“Sidiq apakan temen Sidiq, kok ibu guru Sidiq sampai menemui Bundanya Sidiq ?” jawabku sedikit menaikan intonasi bicaraku.
“Sidiq pukul yah.” jawab Sidiq sambil tertunduk tak berani menatap wajahku.
“Gak boleh begitu Sidiq lain kali, itu namanya Sidiq semena mena pada orang yang lemah dia kan masih seusia Jafar belum seusia Sidiq…!” bentakku pada Sidiq, aku berharap jangan sampai Sidiq seperti ayahnya dulu.
Namun yang terjadi kemudian malah Nisa yang menangis marah padaku.
“Huuuhuuuu Ayah Jahat, mas Sidiq gak salah jangan marahin mas Sidiq yah, kasihan mas Sidiq,,,,!” tangis Nisa membuat aku jadi serba salah. Masa iya akku harus berdebat dengan Nisa anak gadis ku yang masih kecil.
Haddeeewwh aku jadi di bikin pusing dengan anakku yang cewek ini, meskipun cewek tapi dia paling berani dengan ayahnya. Bahkan ketika dibilangin pun dia berani membantah beda dengan kakak kakaknya. Sedangkan Sidiq yang keras pun paling banter hanya diam kalo aku marahin. Tapi Nisa anak cewek kalo lagi marah sama Ayahnya bisa baju ayahnya dibuang dari lemari baju.
Yaa Allah kenapa anak tiga sifatnya gak ada yang mirip sama sekali, masing masing punya watak yang berbeda beda.
Sudah beberapa kali aku di buat pusing oleh Nisa dan Sidiq. Entah kenapa dua anak itu malah sedikit ada kemiripan sama sama sering bikin masalah. Berbeda sekali dengan Jafar yang banyak diam dan bahkan dengan Nisa adiknya saja dia mending mengalah. Jangankan sama adiknya sama temen temenya saja sering begitu, uang jajan diapun sering diminta temannya.
Begitulah ketiga anak ku walau bagaimanapun tetap aku bersyukur atas karunia ini. karena lebih sering bercandanya dari pada ributnya. Kadang aku juga berpikir ketika harus menanggung resiko akibat ulah anakku Sidiq ataupun Nisa. Dan menyangkut dengan orang lain/ tetangga atau teman sekolahnya.
Seperti kata pepatah jawa, ‘Anak polah bopo kepradah’ [ anak yang bikin ulah ayahnya yang menanggung resikonya].
*****
Malamnya barulah aku menegur Fatimah yang membela Sidiq di depan anaknya.
“Lain kali jangan membela anak kalo baru dinasehati, nanti anak merasa kalo salah ada yang membela.” Kataku pada Fatimah.
“Soalnya mas terlalu keras sama Sidiq, Fatimah justru takut Sidiq ikutan jadi keras kayak mas.” Jawab Fatimah.
“Gak gitu juga, Sidiq itu memang wataknya sudah kelihatan keras dari kecil. Makanya harus diawasi secara Ekstra. Meskipun aku juga tetap berterimakasih padamu yang tidak pernah membedakan Sidiq dengan anak kita yang lain. Tapi cara kamu tadi kurang tepat sja.” Balasku.
“Mas saja yang gak ingat dirinya sendiri seperti apa, ya wajarlah kalo Sidiq punya watak keras begitu. Kan ada yang di contoh, ada gen seperti itu juga.” Kilah Fatimah.
Susah juga menjelaskan kepada istri kalo sudah seperti itu, maka aku lebih baik diam. Karena kalo aku teruskan malah bisa di dengar anak anak jadi gak baik.
“Yaudah kita tidur saja, besuk sore kita menemui orang tua yang anaknya dipukul Sidiq.” Kataku pada Fatimah.
“Iya tapi mas janji dulu, di sana gak boleh memarahi Sidiq lagi. Mas tahu gak kalo Sidiq tidak memukul anak itu anak itulah yang akan memukul Jafar. Banyak yang bilang kalo anak itu suka meminta uang jajan Jafar.” Jelas Fatimah.
Aku jadi sedikit bingung mendengar itu semua, padahal Postur tubuh Sidiq itu lebih kecil dari pada Jafar, Jafar itu punya tubuh yang lebih besar kalo pun sekarang labih kecil itu karena factor usia saja. Namun ke depannya kayaknya postur tubuh Jafar akan lebih besar dari pada Sidiq, meskipun keduanya tampak mirip wajahnya. Sedangkan Nisa wajahnya justru lebih mirip dengan kakak kandungmu ibu kandungnya Rendy.
Visualisasi Sidiq dan Jafar kecil
******
Reader tercinta, Up perdana Novel ini sekian dulu.
Semoga tetap dapat menghibur reader semua.
Sebagai kelanjutan dari Novel Isyaroh yang sudah tamat.
Tetap mohon dukungan, Saran Kritik komen dan sebagainya.
Salam Manis selalu dari Author.
Terimakasih.
Dan tentunya like komen vote
sebagai motivasi buat Author.
...🙏🙏🙏...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
Abdul Rozak
permulaan yg menyentuh....kompaknya anak2 yasin
2022-10-29
0
Abu Alfin
iya
🤭🤭🤭
2022-07-14
1
Sebutir Debu
Thor ini film yang sepatunya barengan kan 😭😭😭😭
2022-07-14
1