****
Bhia memanggil mamanya namun tetap hening, Bhia berjalan ke arah dapur namun disana juga tidak ada siapapun.
" Mama kemana ya kak? Tumben banget " tanya Bhia pada kakaknya yang baru masuk kedalam rumah.
" Lagi tidur kali Bhi " jawab Arkan dengan singkat, dan berlalu pergi menuju kamarnya.
Bhia dan Arkan pun menuju kamar masing-masing. Sesampainya dikamar Bhia duduk termenung menatap ponsel yang digenggamnya. Ada 50 panggilan tak terjawab dari Alin dan Raisa. Bhia mulai meneteskan air matanya lagi, ia masih tidak percaya sahabat yang selama ini ia sayangi begitu tega membohonginya. Dilihatnya galeri foto yang ada di ponselnya Bhia memandangi setiap momen kebersamaan mereka. Seandainya saja Alin jujur dari awal, Bhia tidak akan semarah ini. Ia sangat kecewa, kenapa harus dengan cara seperti ini ia mengetahuinya.
Bhia pun merebahkan badannya di atas tempat tidurnya, perasaannya makin tidak karuan. Bukan sekedar perasaan sakit hati pada sahabatnya, tetapi ada perasaan yang aneh muncul di benaknya, dan Bhia mulai gelisah dan beranjak dari tempat tidurnya. Bhia berniat menuju kamar mama nya dan ia mulai mengetuk pintu kamar mamanya namun tetap tidak ada jawaban.
Lalu ia teringat sesuatu " bi Rossi " ucapnya dalam hati. Bhia melanjutkan langkahnya ke kamar bi Rossi. Di bukanya kamar bi Rossi, terlihat bi Rossi yang tampak pucat sedang tertidur pulas, ia tidak tega membangunkannya. Bhia pun mengurungkan niat nya yang ingin menanyakan keberadaan mamanya. Saat ingin kembali ke kamar, Bhia melihat papa nya yang sedang berjalan keluar dari kamar. Lalu Bhia langsung menghampiri papa nya.
" Pa.. mama mana? " tanya Bhia sambil terus mengamati seisi rumahnya.
" Paling di kamar bi Ross " Angga menjawab pertanyaan Bhia dengan santainya.
" Nggak ada Pa " jelas Bhia pada Angga yang masih mengumpulkan kesadarannya, karna ia baru bangun tidur.
" Di dapur? " Angga bertanya dengan nada yang mulai curiga akan suatu hal.
" Nggak ada juga " jelas Bhia lagi pada Angga dengan wajah yang cemas kali ini.
Angga pun berlari ke kamar Rossi, dia menduga Rossi memberitahu Ningrum tentang hubungannya dengan Rossi. Angga membuka pintu kamar Rossi dengan kasar hingga Rossi yang sedang tertidur pun terbangun.
" Dimana Ningrum? " tanya Angga pada Rossi dengan penuh amarah.
" Maaf Mas " jawab Rossi yang menunduk bersalah dan mulai meneteskan air mata.
Benar dugaan Angga, ia pun mulai panik. Bhia yang mengikuti Angga dari belakang masih bingung dan mencoba bertanya pada Angga.
" Ada apa pa??" tanya Bhia mulai panik karna melihat raut wajah Angga yang panik.
Angga hanya terdiam, ia tidak tahu harus berkata apa pada putri nya, tanpa menjawab pertanyaan putrinya, Angga pergi begitu saja keluar dari rumah membawa mobil nya. Bhia yang cukup amat sangat bingung dengan situasi saat ini mencoba memberanikan dirinya untuk bertanya pada Rossi walau dalam hati Bhia penuh dengan kekhawatiran.
" Bi?? ada apa ini? " tanya Bhia ragu-ragu dan takut akan jawaban yang akan Rossi katakan.
Saat Bhia bertanya Rossi hanya menangis tersedu-sedu. Bhia makin bingung, ia mendekati Rossi dan bertanya sekali lagi.
" Bi, kok malah nangis?? ada apa ?? " Bhia kembali bertanya dan ia kini mulai kesal pada Rossi yang hanya menangis tanpa menjawab pertanyaan darinya itu.
Rossi hanya menggelengkan kepalanya dan memeluk Bhia. Bhia merasa ada yang janggal, ia melepaskan pelukan Rossi dan menatapnya . Saat Bhia menatap Rossi , Rossi menundukkan kepala nya seakan-akan dia merasa sangat bersalah. Melihat respon Rossi yang seperti itu Bhia langsung berdiri meninggalkan Rossi dan berlari ke kamar Arkan.
Di ketuk nya pintu kamar Arkan sambil menangis. Tak perlu menunggu lama Arkan keluar dari kamarnya dan mendapati adik kesayangannya itu sedang menangis.
" Kamu kenapa Bhi?" tanya Arkan yang khawatir melihat adiknya yang menangis.
" Kakak jujur sama aku, kemaren pas ke rumah sakit bi Rossi kenapa kata dokter? " tanya Bhia yang mulai curiga pada Rossi.
" Kan kemarin kakak udah jelasin ke kamu " jelas Arkan menenangkan Bhia.
" Ada yang aneh kak, aku cari-cari mama, mama nggak ada di rumah. Trus aku liat papa keluar kamar, aku tanya papa, papa bilang nggak tau . Habis itu Papa langsung lari ke kamar bi Rossi, trus bi Rossi nangis dan papa pergi keluar gitu aja bawa mobilnya tanpa ngomong apa-apa " jelas Bhia sambil beruraian air mata. Lalu tangisnya pun mulai pecah.
Bhia menjelaskannya pada Arkan dengan bercucuran air mata. Arkan yang mendengar penjelasan Bhia langsung merasa curiga tentang kehamilan Rossi yang harus ia rahasiakan dari Bhia dan mamanya.
" Ikut kakak " Arkan pun menarik tangan Bhia menuju kamar Rossi.
Saat membuka kamar Rossi Arkan melihat Rossi yang masih menangis di atas kasurnya dan Arkan pun segera menghampirinya.
" Itu anak siapa Bi? " tanya Arkan dengan menunjuk perut Rossi
Rossi terkejut mendengar pertanyaan Arkan. Di raihnya tangan Arkan dan ia menggenggamnya dengan erat. Arkan yang menyadari prilaku Rossi yang seperti merasa bersalah itu lalu menepis tangan Rossi dari nya.
" JAWABBB BIBI " Arkan berteriak pada Rossi.
Rossi yang terkejut mendengar teriakkan Arkan hanya bisa menutup telinganya. Bhia mulai memahami situasi apa yang sedang dia hadapi ini. Dada nya mulai sesak sekujur tubuhnya melemas, di hampiri nya wanita yang sedang tidak berdaya itu. Dengan suara yang lirih dan air mata yang terus mengalir Bhia berlutut di samping tempat tidur wanita itu.
" Bi.. to.. to.. long jawab kak Ar..kan " ucap Bhia lirih sambil terisak.
Wanita itu turun dari tempat tidurnya membungkukkan badannya, kedua tangannya memegang pundak Bhia mencoba membantu Bhia untuk berdiri. Di bawanya Bhia duduk di sisi tempat tidurnya sambil menggenggam tangan Bhia .
" Ini semua salah bibi non " ucap lirih Rossi pada Bhia.
" Maksudnya apa bi? tolong jelasin? " Bhia bertanya penuh harap, ia takut akan jawaban Rossi. Tapi ia juga ingin mengetahui kebenarannya.
" Anak yang bibi kandung, adik kalian. " jawab Rossi diikuti tangisnya lagi.
Setelah mendengarkan kalimat yang keluar dari mulut Rossi. Bhia pun langsung menangis histeris ia kembali terjatuh di lantai. Arkan pun ikut jatuh terduduk dilantai sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.
Rossi tak kuasa melihat Arkan dan Bhia yang menangis di hadapannya, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, semua sudah terlambat, hanya penyesalan yang tersisa.
****
Angga terus mencari Ningrum di setiap rumah teman-teman Ningrum, tapi dia tidak menemukan Ningrum. Ia terus-menerus menghubungi nomor telfon Ningrum tapi selalu tidak aktif. Angga merasa frustasi mencari istrinya, ia pun menghantam setir mobilnya dengan kepalan tangannya.
Angga merasa sangat marah pada dirinya sendiri, ia bahkan tidak tahu harus mengatakan apa pada anak-anak nya saat pulang nanti.
Sudah lebih dari 3 jam Angga mencari Ningrum dan ia memutuskan untuk kembali kerumahnya.
****
Angga tiba dirumah, ia langsung menuju kamar Rossi. Saat ia hendak membuka pintu kamar Rossi, saat itu juga Bhia menghentikan nya .
" Pa? mana mama? " teriak Bhia pada Angga. Mata Bhia sudah amat sangat memerah. Tangisnya terus pecah, air matanya terus mengalir tidak bisa ia hentikan.
" Papa udah cari sayang, tapi, " jelas Angga pada Bhia, hati Angga pun ikut hancur melihat putrinya itu. Namun ia sadar semua ini terjadi karna nya.
Angga membelai rambut anaknya, ia tidak sanggup memberitahukan pada putrinya. Bhia dengan kesal menepis tangan Angga yang menyentuh rambutnya. Bhia tertawa lalu menangis lagi, dipukul-pukul nya dada Angga dengan jari-jari tangannya yang kecil. Bhia menangis sangat histeris. Lalu Arkan menghampiri mereka dan menarik tangan Bhia.
" Papa tega..!! " bentak Arkan lalu menarik tangan Bhia.
Sorotan mata Arkan penuh dengan kemarahan, ia berbicara sambil melihat Angga penuh kebencian. Arkan membawa Bhia ke kamarnya dan meminta Bhia agar segera mengemasi barang-barangnya. Bhia menolak, Bhia tidak ingin pergi dari rumah. Bhia takut kalau saja mama nya besok pulang dan Bhia tidak ada di rumah. Bhia ingin menunggu mama nya sampai pulang, lalu Arkan membentak Bhia.
" BHI..!! sadarrr !! mama nggak bakal pulang " bentak Arkan mencoba menyadarkan Bhia pada kenyataan ini.
" Kita mau kemana kak? " tanya Bhia dengan putus asa.
" Udah kamu ikut aja sama kakak " perintah Arkan tanpa menjawab pertanyaan Bhia.
Bhia akhirnya menuruti kata-kata Arkan, ia mengemasi seluruh pakaiannya. Ketika Arkan dan Bhia akan keluar dari pintu rumah tiba-tiba saja Rossi menghalangi mereka.
Rossi merangkak meraih kaki Arkan dan memohon supaya mereka tidak pergi. Arkan melepaskan kakinya dari cengkraman Rossi dan terus berjalan. Namun Rossi dengan cepat mengambil vas bunga yang ada di teras rumah dan memecahkannya. Di ambilnya bagian vas yang sudah pecah dan diletakan nya bagian vas yang tajam itu di leher nya. Bhia yang melihat nya lalu berlari ke arah Rossi dan menarik tangan Rossi.
" Setelah apa yang Bibi lakuin sama kami , sekarang Bibi mau bunuh diri? Bibi harus menebus semua kesalahan Bibi . Aku mau Bibi lebih merasa bersalah dari ini, seharusnya bukan Bibi yang mati, tapi aku " gertak Bhia pada Rossi sambil merebut serpihan vas bunga itu.
Bhia marah dan merebut serpihan vas bunga itu lalu menyayatkan nya pada pergelangan tangannya. Darah mengalir dengan cepat dari pergelangan tangan Bhia dan saat itu juga Bhia mulai jatuh tidak sadarkan diri. Angga yang berada didalam rumah berlari ke arah putrinya yang sudah tergeletak. Rossi yang terkejut hanya bisa menangis sambil menutupi mulutnya dengan kedua tangannya. Arkan segera menggendong Bhia membawa nya ke dalam mobil.
Semoga kalian senang dengan jalan cerita novel yang kubuat..
Terus dukung dan support aku ya jangan lupa kasih saran dari kalian yang bisa memotivasi aku..
Like comment and vote ya..
Sampai jumpa di next episode..
. ❤️❤️** .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Yuni Verro
semoga bhia gpp
2022-06-05
0
Jo Doang
terkadang rasa putus asa membuat kita gelap mata, bahkan kita mampu untuk melukai diri kita sendiri, yang tanpa sadar telah melukai orang yang menyayangi kita juga...
salam suport kak
2021-10-13
2
Olan
hai thor🥰 aku mampir dengan membawa beberapa like. salam dari Hate But Love🥰 mari saling dukung
2021-09-08
3