Ch. 4: Pertemuan Tak Disengaja

Wanita itu, Myra Delvina. Seorang kepala di Divisi Kontra-tero*isme, CIA yang memutuskan untuk mengundurkan diri. Sosok yang pernah menjadi atasan sekaligus orang terdekat Chesa itu, kini berdiri di lorong sebelah pintu dekat Convention Hall dari hotel yang menjadi tepat berkumpulnya para pengusaha.

Ia melirik ke pergelangan tangan untuk mengetahui waktu. Matanya bergerak melirik ke sana kemari. Sampai akhirnya, terlihat sosok yang mendekat.

Pria muda dengan jas hitam mengkilat yang tak lain adalah Ziv Richenle. Penerus utama keluarga Richenle yang tinggi itu.

Bahkan meski wajah dingin tanpa ekspresi mendominasi raut wajah Ziv, Myra tak mengelak bahwa pesona pemuda itu mampu mengikat siapapun.

Termasuk Chelsea Nathalie.

Agen berbakat di bawah departemen Myra itu juga memiliki kepribadian yang tak kalah sama dengan Ziv Richenle. Tak mudah untuk terpaku pada objek yang dinilainya tak menarik.

Namun, melihat bagaimana pembawaan pria muda di hadapannya, Myra telah paham kenapa Chelsea Nathalie mampu tunduk.

"Jadi benar bahwa Chelsea Nathalie adalah Nathalie Chesazia Xiuelhamn. Penerus sah dari Xiuelhamn Corporation." Myra tersenyum tipis memulai percakapan.

"Dari katamu aku paham bahwa kau telah mengetahuinya sejak lama." Ziv memandang tajam.

Melihat Myra tak menanggapi, Ziv mengerti ucapannya adalah benar. "Sejak kapan kau mengetahuinya?" ia bertanya dengan nada yang netral.

"Sejak Dexter Xavier mengirimkan pion nya untuk mengacaukan CIA." Myra menjawab tenang.

"Kau mengetahui lebih banyak hal dari yang pernah ku kira." mata Ziv menajam dengan curiga.

"Bahkan meski banyak orang menganggap mu hanyalah wanita biasa yang memiliki loyalitas luar biasa pada negara, aku tak yakin demikian."

Myra tersenyum. "Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?"

"Nama aslimu." Ziv menjawab dengan seringai tipis.

"Kau menyelidiki sejauh itu?" ekspresi Myra menjadi senyum mengejek.

Membuat raut wajah Ziv berubah seolah ia bisa menebak apa yang membuat wanita itu menatapnya dengan senyum ejekan.

Tentu saja karena, meski sudah mencari tahu, Ziv tak mampu mengetahui nama asli dari wanita di hadapannya ini. Myra Delvina hanyalah nama samaran yang di ambil dari pemiliki aslinya.

"Jangan menghabiskan waktumu untuk itu, Ziv." Myra menggelengkan kepalanya dengan ringan. "Yang perlu kau tahu adalah bahwa aku tak berada di pihak Dexter Xavier."

"Itu tak menjamin kau berada di pihak yang tak merugikanku." Ziv mengubah nadanya menjadi lebih dingin.

Namun, bahkan dengan pembawannya yang biasanya mengintimidasi siapa pun, sungguh mengejutkan bagaimana Myra tetap terlihat tenang.

"Maka dari itu kita di sini untuk membicarakan hal itu bukan?"

***

Setelah semua penjelasan Lucy tentang ilmuwan yang menghadiri jamuan ini, praktis tak ada yang membuat Chesa tertarik lagi.

Para pengusaha yang memenuhi Convention Hall, hampir seluruhnya merupakan sosok yang sama sekali tak Chesa kenal.

Semua itu membuatnya lebih memilih menyudut di meja bar untuk memesan cocktail. Sementara Lucy yang tadi menemaninya kini harus pamit ketika salah satu pengusaha yang hadir meminta asisten Tuan Muda Richenle itu untuk membuat jalinan bisnis.

Meski ia ingat betul peringatan Ziv padanya agar tak terlalu banyak minum, Chesa tak memiliki pilihan lain yang lebih baik untuk menghilangkan kebosanan.

Hanya saja, tak pernah Chesa sangka kebosanan itu akan berujung pada pertemuannya dengan seorang pria yang memakai jas dan kemeja putih bersama kacamata yang menghiasi netra pria itu.

Wang Feng. Pria berusia 26 tahun yang merupakan putra sulung dari Wang Jooheon sekaligus pewaris keluarga Wang yang perusahaannya bergerak di bidang medis.

Meski dengan latar belakang keluarga pengusaha, Wang Feng memilih profesi sebagai seorang Dokter bedah plastik yang menyandang gelar terbaik di usianya. Ia bekerja di salah satu rumah sakit milik keluarganya dengan standar pencapaian yang luar biasa.

Pria berdarah campuran China-Korea itu ialah sosok yang membantu Chesa ketika dirinya terkena luka bakar parah setelah kecelakaan dalam misi di Jepang.

Hubungan keduanya kurang lebih seperti pasien dan Dokter. Meski mungkin hanya Chesa yang berpikir demikian.

Sebab bagi Wang Feng, hubungan keduanya jauh dari itu.

"Chelsea Nathalie?" Wang Feng dengan senyumnya yang tipis berdiri di sebelah Chesa.

""Wang Feng." Chesa sedikit menahan nafas menyebut nama pria ini. "K-kau disini?" ia tersenyum.

"Ya. Dan kau?"Wang Feng memberi jeda dengan memesan minuman pada bartender. "Kau juga disini? Apa yang kau lakukan?"

"Bagaimana jika itu ku tanyakan padamu lebih dulu?" Chesa meneguk satu tegukan cocktail miliknya.

Pria itu terkekeh kecil alih-alih menjawab.

"Kau masih sama seperti saat menjadi pasienku." Wang Feng tersenyum dengan lembut.

Melihat senyum pria itu, Chesa menyadari satu hal.

Yakni bahwa Wang Feng belum melihat berita yang belakangan ini beredar tentang hubungannya dengan Ziv dan identitasnya yang merupakan orang CIA.

Chesa cukup untuk mengetahui alasan Wang Feng tak mengetahui berita tersebut. Pertama karena pria itu selalu sibuk dengan pasien-pasiennya dan yang kedua karena pria itu tak begitu peduli dan ingin tahu apa yang terjadi di dalam dunia entertainment.

"Mungkin itu hanya menurutmu, Feng." Chesa menghela nafas dengan dalam. "Aku tak sama seperti masa lalu."

"Apa yang kau bicarakan?" dahi Wang Feng berkerut heran. Ia berjalan mendekat hingga hanya tersisa satu langkah jarak diantaranya dengan wanita itu.

"Kau terlalu banyak minum?" Wang Feng tersenyum mengejek.

Ekspresi Chesa seketika terlihat datar. "Kau terlalu meremehkan, Dokter."

Kembali, Wang Feng terkekeh kecil. "Aku baru menyadari bahwa kau ternyata wanita yang manis."

Tangan Wang Feng terulur untuk menyentuh pipi se halus sutera milik Chesa. Namun, belum sempat tangannya mendarat pada objek itu, Chesa lebih dulu menampiknya.

"Apa yang kau lakukan?" ia berkata dengan kesal untuk menyadari jarak mereka yang terkikis drastis.

"Aku hanya ingin menyingkirkan helai rambut."

Bohong, Wang Feng jelas terlihat sangat ingin menyentuh lembut wanita di hadapannya. Terlepas dari sifat yang dimiliki, Wang Feng jelas bukan pria yang akan mengabaikan objek indah di depan matanya.

"Kau tak sopan, Dokter." mata Chesa menajam dengan tajam. Sembari tangannya meletakkan minuman di atas meja bar.

Mendengar jawabannya, dahi Wang Feng berkerut tak setuju. "Aku hanya akan menyentuh pipimu, bagaimana mungkin itu tak sopan?" dia berkata tak terima.

"Dalam budaya kita, tindakanku tak berarti apa-apa."

"Ada banyak yang lebih tidak sopan."

Chesa menatap Wang Feng dengan dahi berkerut. Ini bukan pria lembut yang mengobatinya waktu itu. Wang Feng yang di kenalnya jauh lebih sopan. Bahkan selalu mengalah jika beradu argumen dengannya.

Wang Feng telah berubah.

Entah dari segi penampilan dan sikap, pria itu tak lagi sama seperti yang Chesa tahu.

"Dan kau menganggapku sama dengan mereka?" Chesa berkata dengan marah.

"Aku tak berkata seperti itu." Wang Feng menggeleng pelan. Dia memegang pundak wanita itu dengan kedua lengan.

"Hanya saja, mengapa kau bertindak seolah kita memiliki jarak yang begitu jauh?"

"Wang Feng." Chesa memperingatkan dengan melepaskan tangan pria itu pada pundaknya secara paksa.

"Sedari awal, hubungan kita hanya terbatas antara pasien dan Dokter." ia menegaskan dengan telak. "Jika pun lebih, itu hanya sebatas pertemanan."

Ucapannya membuat Wang Feng mengubah ekspresinya menjadi datar. "Pertemanan?" ulangnya dengan nada merendahkan.

"Kau hanya menganggapku begitu." Wang Feng tersenyum pahit beberapa saat. "Lalu bagaimana dengan nilaimu di mataku yang lebih dari itu?"

Perkataan Wang Feng membuat Chesa membeku.

Ini seperti dejavu. Kejadian yang sama seperti saat Chesa menjalin hubungan dengan Bill Hansel Glory. Agen United States Secret Service yang pernah menjalankan misi bersamanya tanpa di sangka Chesa ternyata memiliki rasa yang lebih. Rasa itulah yang membuat Bill Hansel Glory tewas mengenaskan dengan cinta yang tak terbalas.

Itu adalah kenangan terburuk bagi Chesa melihat bagaimana sosok yang dianggapnya sebagai keluarga tewas hanya untuk melindungi dirinya. Sesuatu yang tak bisa di raih oleh pria itu sebagai miliknya.

Menyadari bahwa kini Wang Feng memiliki perasaan yang sama, membuat Chesa sedikit takut.

Sebab dulu, Hansel pun rela berkhianat pada negara dengan berkomplot bersama buronan yang seharusnya mereka kejar. Dan itu hanyalah karena Hansel ingin memilikinya.

Siapa yang tahu bahwa kali ini akan berbeda?

Terpopuler

Comments

Nur Kediri

Nur Kediri

Dejavu ya kak

2023-11-07

0

Rafinsa

Rafinsa

komen perdana... good job Thor... jumpa lagi disini...❤️

2021-08-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!