Franda menggeliat, merasakan tanyan suaminya mengusap pipinya lembut.
"Sayang, jam berapa ini?" tanyanya dengan suara khas bangun tidur sambil kembali menutup mata.
"Jam 8, Sayang." Nino menjawab, masih menahan tangannya di pipi istrinya.
Franda terlonjak.
"Hah? Kenapa tidak membangunkanku, Sayang? Aku ada pertemuan dengan klien pagi ini!" Segera bangun dan turun dari ranjang.
"Kau tidak mengatakannya padaku, Sayang. Aku tidak tahu kau ada kegiatan apa hari ini." Nino menjawab santai. Tersenyum memandang istrinya yang menghilang dibalik pintu kamar mandi.
Nino masih santai diatas kasur sambil menunggu istrinya selesai mandi. Hari ini ia akan ke kantor setelah bertemu Mama Rossa, Nino akan menunjukkan hasil tes yang sebenarnya kepada mamanya. Ia sudah memutuskan akan mengatakan kebenarannya agar mamanya berhenti menyalahkan istrinya. Selanjutnya baru akan mencari cara untuk memberitahu istrinya.
Franda keluar dari kamar mandi menggunakan bathrobe dan rambutnya digulung dengan handuk. Sekilas memandang suaminya yang sedang melamun. Franda mendekat dan memperhatikan Nino, menyipitkan mata karena suaminya tidak menyadari keberadaannya.
"Kau memikirkan apa, Sayang?" kata Franda.
"Ah? Kau sudah selesai? Aku mau mandi, sayang" Nino turun dari ranjang dan menuju kamar mandi tanpa menjawab pertanyaan Franda.
"Aneh sekali! Apa yang dipikirkannya?" Franda bertanya dalam hati, kemudian berjalan menuju ruang ganti dikamar mereka. Setelah selesai Ia menyiapkan pakaian Nino dan langsung menuju ke meja rias, bersamaan dengan itu Nino keluar dari kamar mandi.
"Apa yang kau pikirkan, Sayang?" tanya Franda tanpa memandang suaminya, saat ini dia sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk, lalu mengambil hair dryer.
"Bukan apa-apa." kata Nino.
"Hari ini aku akan bertemu Mama. Aku ingin Mama berhenti mengganggumu." sambung Nino lagi. Memakai pakaian yang sudah disiapkan Franda.
"Jangan memarahi Mama, berbicaralah baik-baik. Aku memang kesal, tapi kita tidak boleh jadi anak kurang ajar." kata Franda.
"Biar bagaimanapun dia mamamu, yang artinya mamaku juga. Aku tidak ingin kau memperkeruh suasana dengan memarahinya, Sayang. Bicara baik-baik." katanya lagi sambil menatap Nino.
"Aku tahu, Sayang. Aku hanya ingin Mama berhenti menyalahkanmu. Aku tidak pernah keberatan tidak punya anak denganmu. Aku bahagia walaupun hanya berdua denganmu.".
"Karena aku yang tidak bisa memberimu anak." sambung Nino dalam hati.
"I know! Tapi ingat, jangan memarahinya!" kata Franda yang kini sudah selesai dengan rambutnya, mendekati Nino dan mengambil dasi lalu memasangkannya.
"Aku tidak akan memarahinya." jawab Nino tersenyum sambil menarik pinggang istrinya agar merapat.
"Kau berjanji?" kata Franda masih menyelesaikan memasang dasi.
"Aku berjanji padamu, Sayang." Jawab Nino lalu mencium kening istrinya berlali-kali.
"Aku percaya padamu." Franda membalas dengan mencium pipi Nino, dan menggantungkan kedua tangannya dileher suaminya, menarik turun dan mencium bibir Nino. Sedikit ******* yang disukai Nino.
"Aku mencintaimu!" ucap Franda setelah melepas bibirnya.
"Aku juga. Sangat mencintamu!" Nino mencium kening Franda lagi, dan memeluk erat.
.
Setelah selesai mereka berdua turun untuk sarapan. Ada Mbak Ika, asisten rumah tangga yang membantu mereka sehari-hari, dari urusan rumah sampai memasak. Hanya kamar yang tidak boleh disentuh oleh Mbak Ika, karena bagi Franda kamar adalah ruangan pribadi yang tidak boleh dimasuki oleh orang lain selain pemiliknya. Keseluruhan kamar yang berjumlah 6 termasuk ruang kerja Nino ketika dirumah akan dibersihkan oleh Mbak Ika, terkecuali kamar mereka. Franda yang akan mengurusnya.
Rumah mereka memang besar, bahkan terlalu besar untuk mereka tempati. Awalnya Franda meminta pindah ke apartemen milik Nino yang tidak terlalu jauh letaknya agar mereka bisa tinggal berdua dan tidak membutuhkan asisten rumah tangga, tapi Nino menolak. Nino ingin ada orang yang menemani Franda saat Ia tidak dirumah, meskipun mereka pindah ke apartemen, tetap akan ada asisten rumah tangga disana. Akhirnya Franda mengalah dan memilih tinggal dirumah, sementara apartemen disewakan kepada orang lain.
"Sayang, hari ini ke kantor jam berapa? Mau makan siang bersama?" tanya Franda saat akan keluar dari rumah dan menuju mobil mereka masing-masing.
"Aku belum tahu. Aku kabari nanti setelah selesai dengan Mama." jawab Nino.
"Baiklah. Hari ini aku hanya meeting jam 10, setelahnya hanya di butik. Ingat jangan memarahi Mama" kata Franda dengan menggoyangkan telunjuknya didepan Nino, dengan tatapan sedikit mengancam.
"Iya, Sayang!" jawab Nino, lalu membuka pintu mobil istrinya.
"Hati-hati, jangan mengebut." Franda membalas dengan anggukan. Nino mencium bibir Franda sekilas lalu menutup pintu.
Nino dan Franda berangkat menggunakan mobil masing-masing. Franda menuju butik, sementara Nino menuju kerumah orangtuanya.
Sepanjang perjalanan Nino terus mengumpulkan keberanian untuk mengatakan kebenaran tenta hasil tes dirinya dan Franda kepada Mama Rossa. Dia berharap Mamanya bisa menerima dan berhenti menyalahkan Franda, istrinya.
45 menit berikutnya Nino sudah sampai didepan rumah orangtuanya langsung masuk setelah memarkirkan mobilnya. Disambut oleh asisten rumah tangga yang bernama mbak Marni.
"Mas Nino, tumben pagi-pagi kesini?" Mbak Marni yang merasa heran, sebab jarang sekali Nino datang, apalagi sejak Mama Rossa tidak senang dengan keadaan Franda yang menurutnya mandul.
"Iya, Mbak. Mama dimana?" tanya Nino.
"Ada dikamar sepertinya, Mas. Tadi setelah sarapan masuk kamar dan belum turun lagi." sahut Mbak Marni.
"Oke, saya ke kamar dulu." Nino langsung melangkah menuju kamar Mama Rossa yang ada di lantai 2, dan langsung mengetuk pintu. Setelah dijawab dari dalam, Nino lamgsung masuk dan melihat Mamanya sedang santai membaca buku duduk di kursi malas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Chandra Dollores
seloww Nino..biar aja mandul yg penting tetap ngaceng dan kuat sundul haha
2021-09-09
1