"Hai, Ma." Sapa Nino, mendekat dan mencium pipi Mama Rossa.
"Haii, tumben pagi-pagi udah kesini. Ada apa?" tanya Mama Rossa. Sama herannya dengan Mbak Marni dibawah tadi.
"Ada yang mau aku bicarakan dengan Mama." Nino menatap serius ke arah Mama Rossa.
"Sepertinya bukan hal biasa, ada apa?" Mama Rosa langsung meletakkan buku yang sebelumnya Ia baca ke atas meja. Memadang dengan lekat wajah putra kesayangannya.
"Ma, tolong jangan terus menyalahkan Franda. Dia tidak bersalah, Ma. Franda tidak pantas mendengar kata-kata buruk dari Mama." Nino menunduk, menggenggam tangan Mama Rossa dengan erat.
"Tidak ada yang salah dengan istriku, Ma. Franda baik-baik saja. Kami sedang berusaha. Kami tahu Mama menginginkan cucu, kami pun sama. Kami juga ingin memiliki anak, Ma. Hanya saja kami belum berhasil." Nino menatap lekat mata Mama Rossa, berharap wanita itu mengerti akan permintaannya.
"Elnino, jangan selalu membela istrimu. Sudah berapa tahun kalian menikah? Tujuh tahun? Sudah terlalu lama untuk Mama menunggu cucu. Mama dan Papa sudah tua, tidak banyak waktu untuk kami bermain dengan cucu, apalagi harus menunggu. Tinggalkan Franda!"
Nino terbelalak mendengar ucapan terakhir Mama Rossa. Tidak menyangka Mamanya akan mengatakan hal seperti itu. Bagai disambar petir di siang hari. Tadinya dia berharap akan berbicara baik-baik dengan Mamanya, kalau bisa jangan sampai Mama Rossa mengetahui soal hasil tes yang dipalsukannya. Tapi kini Ia tidak punya pilihan untuk menghentikan Mamanya selain memberitahu kebenaran.
"Apa maksudmu, Ma? Tidak mungkin aku meninggalkan istriku! Aku sangat mencintai Franda, kenapa Mama sangat egois?" Nino berdiri dan berbalik membelakangi Mama Rossa.
"Apa kamu tidak ingin mempunyai anak? Tidak ingin memiliki keturunan? Kamu anak kami satu-satunya. Siapa lagi yang kami harapkan untuk memberi kami cucu kalau bukan kamu? Franda tidak bisa hamil, Mama ingin memiliki cucu. Tinggalkan dia, dan cari perempuan lain." ucap Mama Rossa.
"Tidak! Sampai kapanpun aku tidak akan meninggalkannya. Ma..."
"Apa yang kamu harapkan dari perempuan yang tidak bisa memberikan anak untukmu? Banyak perempuan yang bisa memberimu anak. Jadi, tolong dengarkan Mama." Mama Rossa berjalan mendekati Nino yang sejak tadi sedang bingung, bagaimana cara mengatakan pada Mamanya tentang hasil tes itu.
"Ma, dengarkan aku..." Nino terdiam, menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan.
"Ma, Franda bukannya tidak bisa hamil, hanya saja... hanya saja..." belum menyelesaikan, Mama Rossa kembali berbicara.
"Hanya saja apa? Belum waktunya? Ini sudah terlalu lama. Kalau hanya satu atau dua tahun Mama masih bisa memaklumi, tapi ini sudah tujuh tahun! Mau selama apa kau menunggunya?" ucap mama Rossa berapi-api. Sangat ingin rasanya Ia membuka pikiran anaknya agar meninggalkan Franda. Karena menurutnya Franda-lah yang tidak bisa mengandung.
"Bukan aku yang menunggunya, Ma! Tapi sebaliknya!" Nino mengatakannya kali ini, dengan suara yang sedikit keras. Menyadari apa yang baru dikatakannya, Nino langsung terdiam. Kakinya lemas, tidak kuat menahan bobot tubuhnya lagi, Nino terduduk dilantai.
Mama Rossa belum mengerti apa yang dikatakan Nino. Wanita itu masih berusaha mencerna apa yang dikatakan anaknya.
"Bukan Franda yang bermasalah, tapi aku. Aku yang tidak bisa memberinya anak, Ma." ucap Nino dengan suara pelan. Tangisnya pecah seketika. Mama Rossa tidak percaya apa yang dikatakan anaknya. Dia berpikir Nino hanya berusaha melindungi Franda.
"Apa maksudmu, Nino? Jangan mengatakan hal tidak berguna seperti itu hanya untuk melindunginya. Mama tahu kamu mencintainya, tapi bukan begitu caranya!" Masih bertahan dengan pemikirannya, Mama Rossa terus membantah apa yang dikatakan Nino.
Nino mengeluarkan amplop putih dari sakunya. Menyerahkan kepada Mama Rossa.
"Mama bisa melihatnya, ini hasil tes pertama kali. Hasil yang asli dari rumah sakit. Hanya ini saja yang asli, setelahnya aku selalu memalsukan hasil tes itu. Aku takut Franda meninggalkanku, Ma!" Isak tangis Nino semakin terdengar.
Kini Mama Rossa membuka amplop tersebut dan membaca hasilnya, banyak istilah yang tidak diketahuinya, namun ketika melihat persentase kesuburan, Mama Rossa menutup mulutnya dengan tangan. Ia tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Ia salah selama ini. Bukan Franda yang tidak bisa mengandung, tapi putranya yang tidak bisa memberi anak untuk Franda.
"Jadi, selama ini kamu menutupinya? Kenapa kamu harus melakukan ini, Nino? Kenapa kamu tidak mengatakan pada Mama dan Papa? Kita bisa berobat, banyak dokter yang bisa membantu. Kenapa kamu menyimpannya sendiri dan menutupinya?" Mama Rossa kini memeluk Nino erat, mengusap punggung anaknya.
"Aku sudah memiliki dokter, Ma. Aku sudah berkali-kali berusaha, tapi memang sulit. Kemungkinan aku bisa memberi cucu untuk Mama hanya sekitar sepuluh persen." Nino kembali menangis dipelukan Mamanya.
"Aku takut Franda meninggalkanku, Ma. Aku tidak ingin kehilangannya, aku sangat mencintainya. Tidak tahu bagaimana kehidupanku jika dia pergi. Aku harus bagaimana, Ma?" Nino semakin merasa putus asa memikirkan Franda.
"Mama yakin Franda akan mengerti, Mama tahu dia perempuan yang baik. Jangan khawatir, dia pasti mengerti dan menerimamu." Mama Rossa berusaha menenangkan putra semata wayangnya. Sulit baginya mempercayai apa yang dikatakan anaknya, tapi lebih sakit lagi saat mengingat semua kata-kata buruk yang Ia ucapkan pada menantunya.
"Kalau dulu mungkin dia akan mengerti dan menerima keadaanku, Ma. Tapi sekarang aku tidak yakin. Aku membohonginya sudah terlalu lama, belum lagi perkataan Mama yang selalu membuatnya sakit hati."
"Mama akan meminta maaf pada Franda, kau berusahalah mengatakan padanya. Berbicara saat keadaan sedang baik, Mama yakin dia akan mengerti. Sekarang dimana Franda? Mama ingin menemuinya.". Mama Rossa sudah tidak sabar ingin menemui Franda dan meminta maaf kepada menantunya itu.
"Sedang di butik, Ma. Dia akan kosong saat makan siang sampai sore. Kalau Mama mau, kita bisa makan siang bersama." Nino menawarkan. Ia merasa akan lebih baik jika mereka pergi bersama, karena Franda pasti bingung jika melihat Mamanya tiba-tiba berubah. Istrinya tidak akan nyaman.
"Baiklah, kita makan siang bersama. Mama kebawah sebentar." Mama Rossa meninggalkan Nino yang masih duduk dilantai. Memberi waktu untuk putranya menenangkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Asa Benita
hahaha.. ketika istri yg tdk subur, suaminya disuruh cr istri lagi.. tp begitu ketahuan suaminya yg tdk subur, sang istri disuruh sabar. Pantas utk ditertawakan ini...
2021-11-08
2
Bundanya Robby
semoga ada jalan yg baex ya Nino
2021-10-04
1
Chandra Dollores
syukurlah mama rosa gentle!!
2021-09-09
1