Elnino masih duduk diam dilantai. Sangat berat baginya menghadapi kenyataan ini meskipun Ia sudah bersiap sejak 4 tahun lalu. Setelah memberitahu Mama Rossa yang sesungguhnya, kini Ia harus segera memberitahu Franda. Ia bangkit dari duduk, mengeluarkan ponsel dari saku dan menghubungi Franda.
"Halo, Sayang! Sudah selesai dengan Mama?" Franda berbicara diujung telpon.
"Iya, Sayang. Baru saja selesai. Kamu di butik?" tanya Nino.
"Iya, meeting hari ini dicancel. Huh! Padahal aku sudah buru-buru tadi." Franda mengeluh manja suaminya.
"Mungkin ada hal mendesak untuk klienmu, Sayang. Lupakan dia untuk sekarang. Aku mau mampir ke butikmu, ayo makan siang bersama."
"Ya sudah, aku tunggu di butik. Jangan terlalu lama, aku bosan disini." Franda berbicara dengan nada manja. Nino tersenyum membayangkan seperti apa wajah istrinya saat itu.
"Iya, bersabarlah sedikit. Aku berangkat sekarang, Love you."
"Love you, too!" jawab Franda.
Nino bergegas ke bawah dan mengajak Mamanya untuk jalan sekarang, lalu keduanya menuju ke butik Franda menggunakan mobil Nino. Hari ini Ia ingin memberi kejutan untuk istrinya dengan membawa Mama Rossa makan siang bersama.
Sesampainya di butik, Nino langsung mengajak Mama Rossa masuk dan langsung menuju ruangan Franda. Keduanya melangkah sambil tersenyum kepada beberapa karyawan Franda. Mereka sedikit kaget melihat kehadiran Mama Rossa, pasalnya sudah beberapa tahun belakangan wanita tersebut tidak pernah mengunjungi Franda di butiknya.
Mama Rossa mengamati butik Franda, melihat bahwa usaha menantunya itu sangat jauh berbeda sejak terakhir kali Ia datang dan berkunjung ke tempat itu. Ia semakin merasa bersalah mengingat betapa buruk perkataannya dimasa lalu pada menantunya.
Nino melihat Mamanya yang masih sibuk mengamati butik istrinya hanya tersenyum, meninggalkan Mama Rossa dan langsung masuk kedalam ruangan Franda dan melihat istrinya sedang duduk dimeja kerjanya sambil fokus mencoret-coret kertas. Tidak menyadari suaminya sudah masuk dan memperhatikannya.
"Apa aku mengganggumu, Nyonya?" Nino membuka suara dan Franda langsung menoleh lalu meletakkan pensil diatas meja. Menyandarkan kepalanya ke kursi tanpa berniat berdiri.
"Sejak kapan kau disitu, Sayang?" Franda bersiap menyambut suaminya yang kini mendekat, langsung mengangkat kedua tangannya seperti meminta agar Nino menunduk, lalu langsung mencium bibir suaminya dengan mesra.
"Tidak lama. Aku suka melihatmu fokus seperti tadi. Kecantikanmu bertambah berkali-kali lipat." ucap Nino sambil mengelus pipi mulus istrinya. Mencium bibir seperti yang dilakukan Franda barusan.
"Bagaimana dengan Mama? Kau tidak memarahinya, kan?" tanya Franda penasaran. Tangan sebelah kiri Ia gunakan memeluk suaminya, sementara yang kanan kini memainkan kancing kemeja Nino.
"Tidak, Sayang. Aku sudah berjanji padamu. Kami hanya bicara tadi. Mengorol biasa. Dan aku senang Mama mengerti maksudku." Nino sedang memainkan rambut Franda, mengusap kepala istrinya. Bahasa tubuh yang mengatakan bahwa Ia sangat mencinta wanita dihadapannya itu.
"Oh, ya? Mama bilang apa?" tanya Franda. Kini kedua tangannya memeluk pinggang Nino. Menari lebih dekat seolah takut kehilangan. Franda menoleh keatas untuk melihat wajah suaminya.
"Iya, Mama bilang ingin meminta maaf padamu." Nino memunduk, menempelkan bibir ya dan milik istrinya, me***** sedikit keras, yang tentu dibalas dengan senang hati oleh Franda.
Saat sedang asik berciuman, tiba-tiba Mama Rossa masuk dan menggeleng melihat kelakuan anak dan menantunya itu.
"Tidak bisakah kalian menutup pintu?" katanya dengan nada kesal, memandang tajam keduanya.
Franda yang terkejut langsung melepaskan diri dari suaminya, dia tidak tahu bahwa mertuanya ada disitu. Tersenyum malu sambil menatap sinis ke arah Nino.
"Maaf, Ma. Aku tidak tahu Mama ada disini, hehe." Franda bangkit dari kursi dan mendekat lalu memeluk Mama Rossa.
"Sayang, kenapa tidak bilang kalau Mama ikut?" mengalihkan pandangan pada suaminya, protes dengan tatapan sedikit mengintimidasi.
"Aku mau memberimu kejutan. Kita akan makan siang dengan Mama hari ini." Nino menarik pinggang istrinya, cuek dengan tatapan tajam dari wanita yang dicintainya tersebut.
"Ya sudah, kalau begitu ayo, Ma. Mama mau makan apa hari ini?" Franda segera menarik tangannya dari punggung Mama Rossa, bermaksud ingin mengambil tas. Namu Mama Rossa menahannya, dan meraih tangan Franda.
"Franda... Mama ingin meminta maaf padamu. Mama sadar sudah keterlaluan menyudutkanmu untuk masalah anak. Maafkan kata-kata Mama yang menyakiti hatimu. Mama yang terlalu ingin memiliki cucu tidak menyadari bahwa kamu juga begitu menginginkan anak. Mama benar-benar minta maaf." Mama Rossa berbicara dengan wajah sendu, mengusap tangan menantunya dengan lembut seakan ingin menunjukkan bahwa Ia sangat merasa bersalah.
Franda sedikit terkejut dengan permintaan maaf Mama Rossa. Ia merasa ada sesuatu yang salah. Franda sangat mengenal mertuanya. Tidak mungkin Mama Rossa akan meminta maaf seperti itu jika tidak ada sesuatu. Namun kemudian Ia tersenyum.
"Sudahlah, Ma. Aku tidak pernah memasukkannya ke hati. Aku tahu keinginan Mama untuk memiliki cucu, aku hanya mau kita bersabar, Ma." dengan tulus Franda menjawab permintaan maaf mertuanya.
"Mama lupakan semuanya, kita pergi makan sekarang." tambah Franda lalu berjalan mengambil tas. Sedikit menunjukkan tatapan heran pada suaminya. Nino hanya mengangkat bahu.
.
Setelah makan siang, mereka berpisah. Nino menuju ke kantor setelah mengantar Franda kembali ke butik dan Mama Rossa ke rumah.
Nino tidak bisa fokus dengan pekerjaannya saat ini. Ia memikirkan cara memberitahu Franda tentang hasil tes itu, karena bagaimanapun Franda akan mengetahuinya. Biar bagaimanapun, Franda berhak mengetahuinya. Ia tidak ingin Franda mengetahuinya dari orang lain, harus Ia yang memberitahu sendiri. Setidaknya, Franda akan melihat kejujuran yang akan dikatakannya.
Pikiran mengenai Franda yang akan mengamuk terus berlarian di kepalanya. Rasa takut ditinggalkan juga tidak mampu Ia lupakan. Ingin rasanya Ia menenggelamkan diri agar melupakan masalah yang dihadapinya saat ini.
Nino sadar Franda akan sangat kecewa jika memberitahui kebohongannya. Bukan tidak mungkin Franda akan meninggalkannya, mengingat kesalahannya sangat besar kali ini.
Selama tujuh tahun pernikahan mereka, Nino sangat mengenal istrinya. Memang belum pernah sekalipun Franda pergi meninggalkannya ketika mereka ribut, tapi Nino khawatir kali ini akan berbeda. Kesalahannya kali ini sangat tidak bisa dimaafkan. Ia yang bersalah, namun selama ini Franda yang menanggungnya. Istrinya yang menerima semua ucapan tidak baik dari Mamanya, belum lagi tatapan mengejek dari orang-orang.
Nino menghembuskan nafas kasar. Melirik jam dinding kantornya yang sudah menunjukkan pukul 7 malam. Dengan pikiran yang melayang kemana-mana, Nino keluar melangkah dari kantor dan pulang kerumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments