Episode 05

Malam kini tiba, Gibran dan beberapa temannya sedang berkumpul di tempat balapan mobil. Malam ini mereka akan akan bersaing untuk memenangkan pertandingan.

"Siapapun yang menang malam ini, dia akan dapetin mobil ini dan dia bebas bersenang-senang sama siapapun," ucap Gibran dengan santainya.

"Gila Bro, hadiahnya nggak main-main emang. Itu mobil kan harganya 70 miliar," ucap salah satu teman Gibran.

"Gue punya banyak uang, jadi uang 70 miliar tuh nggak seberapa buat gue."

"Gokil! Keren-keren!"

Setelah itu datang beberapa mobil koenigsegg yang berhenti di depan mereka. Semua yang mengendarai mobil tersebut turun dan menghampiri Gibran.

"Lo yakin bisa ngalahin gue di balapan malam ini?" tanya Rayen.

Rayen adalah musuh bebuyutan Gibran. Mereka berdua sering mengikuti balapan mobil untuk menunjukkan siapa yang lebih hebat di antara keduanya.

"Lo nggak inget? Gue juara bertahan selama dua tahun dan gue selalu menang dari lo," ucap Gibran.

"Sombong banget, lo."

"Nggak usah banyak omong deh. Kalau lo emang jago, lo buktiin! Kalau lo bisa menang di pertandingan ini, lo bisa bawa mobil 70 miliar itu pulang."

"Oke. Gue bakal buktiin ke lo kalau gue bisa ngalahin lo malam ini."

_____***_____

Mona masih berada di dalam perpustakaan dan membaca buku. Tidak lama kemudian, seorang penjaga perpustakaan menghampiri Mona.

"Mbak Mona, kan?" tanya penjaga perpustakaan tersebut.

"Iya. Mas kok tau nama saya?" Mona bertanya balik.

"Iya Mbak, soalnya kan mbak Mona sering banget baca dan pinjam buku di sini."

"Mbaknya ke sini sendirian?"

"Iya, Mas."

"Kalau pulang nanti hati-hati ya, Mbak."

"Emangnya kenapa, Mas?"

"Nggak apa-apa sih, cuma malam ini ada balapan mobil di sekitar sini. Jadi saya cuma ngingetin Mbak supaya hati-hati di jalan."

"Makasih ya, Mas udah ngingetin saya."

"Sama-sama, Mbak. Kalau gitu saya mau bersih-bersih dulu."

"Iya."

Mona melihat ponselnya yang baterainya sudah hampir habis, dan di ponsel itu telah menunjukkan pukul 20.20.

"Aduh, aku lupa kalau aku harus udah ada di rumah sebelum jam delapan. Aku kan bilang ke Bibi cuma sebentar."

Mona segera merapikan buku-buku yang telah ia baca dan mengembalikan buku itu kembali ke dalam rak. Kemudian ia hanya membawa dua buku untuk ia pinjam.

Setelah keluar dari perpustakaan, Mona menunggu taksi yang lewat.

"Dari tadi kok nggak ada taksi yang lewat sih?"

"Apa aku telpon Bibi aja ya? Suruh keponakannya buat jemput aku."

Saat Mona mengambil ponselnya dari dalam tas, ponselnya tiba-tiba sudah mati karena kehabisan baterai.

"Yaahh, baterainya udah habis duluan lagi. Gimana dong?"

"Kalau jalan kaki sampai rumah sendirian aku nggak berani. Mana rumah aku masih jauh lagi."

Mona menyebrangi jalan dan berharap ia akan menemukan taksi yang lewat. Tetapi bukannya bertemu taksi, ia malah hampir tertabrak oleh mobil yang sedang balapan. Karena Mona tidak tau jika jalan yang ia lewati adalah area tempat balapan.

Orang yang mengendarai mobil itu langsung turun dan memarahi Mona. Alangkah terkejutnya Mona ketika mengetahui orang yang hampir menabraknya adalah Gibran.

"Jadi lo yang hampir nabrak gue?" tanya Mona dengan kesal.

"Ini semua salah lo! Lo nyebrang di area tempat balapan gue," balas Gibran dengan ketus.

"Kok jadi lo yang nyalahin gue sih? Bukannya ini jalan raya umum? Seharusnya lo nggak balapan mobil di sini, lagian kemarin kan lo udah di marahin sama dosen lo gara-gara lo balapan mobil. Tapi kenapa lo masih balapan mobil sih?"

"Eh! Yang balapan mobil itu gue bukan lo, jadi lo nggak usah ikut campur! Gue kalah gara-gara lo, dan sekarang mobil 70 miliar gue bakal di ambil sama Rayen."

"70 miliar? Lo udah gila ya? Lo itu masih belum kerja dan lo buang-buang mobil seharga 70 miliar cuma buat balapan yang nggak penting ini?"

"Lo bilang apa tadi? Lo bilang kalau balapan ini nggak penting?"

"Balapan mobil ini kan emang nggak penting. Lo nggak terima gue bilang kayak gitu ke lo?"

"Lo itu nggak tau apa-apa, jadi lo jangan seenaknya bilang kalau balapan ini nggak penting buat gue!"

Rayen melihat percekcokan di antara mereka berdua, lalu Rayen segera menghampiri mereka.

"Siapa nih, Bro? Cantik banget. Cewek lo ya?" tanya Rayen sambil menatap Mona.

"Dia bukan cewek gue! Tapi dia yang udah bikin gue kalah di balapan ini!" seru Gibran.

"Udahlah, kalau lo kalah tuh kalah aja. Lo kayaknya nggak suka banget liat gue menang," balas Rayen sambil tersenyum licik.

"Ini kunci mobil 70 miliar itu. Dan kalau lo mau cewek ini, lo bisa bawa dia pergi dan terserah lo mau apain dia."

Mona sangat terkejut dan merasa takut mendengar ucapan Gibran, sedangkan Rayen sangat senang karena bisa mendapatkan Mona.

"Lo udah gila ya? Lo bukan siapa-siapa gue dan lo jadiin gue bahan taruhan gitu aja?" tanya Mona kepada Gibran.

"Ini semua gara-gara lo! Kalau lo nggak ada di sini, gue pasti bisa menang." Gibran masuk ke mobilnya dan meninggalkan Mona bersama Rayen.

Rayen langsung menarik tangan Mona dengan paksa.

"Apa-apaan sih, lo? Lepasin gue!"

"Gibran udah nyerahin lo ke gue, jadi gue nggak akan lepasin lo. Kita bakal senang-senang malam ini."

Rayen kembali menarik tangan Mona dan memaksanya untuk masuk ke mobil. Tetapi Mona menginjak kaki Rayen dan melarikan diri darinya.

"Mona! Jangan lari lo!"

Mona berlari sekuat tenaganya, tetapi ia malah tersandung batu dan terjatuh.

"Lo nggak akan bisa lari dari gue, Mon."

Mona kembali berdiri dan melarikan diri dari Rayen.

"Kemanapun lo pergi, gue bakal tetep nemuin lo, Mona!"

Mona sampai di depan pabrik kayu, tetapi ia tidak berani masuk ke dalamnya karena sudah terlihat sepi dan gelap.

Rayen pun sampai di sana dan langsung menarik tangan Mona.

"Lo nggak bisa kemana-mana lagi, Mona. Kenapa sih lo lari dari gue? Kita bakal senang-senang malam ini."

"Gue mohon, lo lepasin gue! Gue mau pulang."

"Lo bakal pulang setelah lo layanin gue malam ini."

"Gue nggak mau! Lepasin gue!"

"Tolong!! Tolong!!"

"Percuma lo teriak, karena di sini nggak ada orang."

Rayen mulai menyentuh lengan Mona dan merobek lengan bajunya. Mona mulai menangis dan terus meronta-ronta.

Saat Rayen hendak mencium Mona, tiba-tiba Gibran memukul Rayen menggunakan balok kayu dari belakang hingga Rayen pingsan.

Gibran langsung menarik tangan Mona dan mengajaknya pergi dari tempat itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!