Tidak lama kemudian, Mona keluar dari toilet dan mengenakan baju yang telah diberikan oleh Zidan kepadanya.
"Kamu selalu keliatan cantik pakai baju apapun," ucap Zidan.
Pandangan Mona mencari-cari keberadaan Vanessa di sana, tetapi ia tidak menemukannya.
"Lo pasti nyari Vanessa, kan? Vanessa pergi ke toko alat musik sama cowoknya."
"Nggak usah sok tau!"
Zidan tersenyum tipis melihat Mona yang tidak mempercayai ucapannya. Kemudian Mona mendapatkan pesan dari Vanessa di ponselnya.
Vanessa : "Mon, sorry banget ya. Gue lupa kalau tadi malem gue udah janji mau nemenin Dion ke toko alat musik.
Mona : "Nggak apa-apa deh, kita bisa pergi lain kali."
Vanessa : "Jangan! Zidan tadi bilang mau nemenin lo jalan."
Vanessa : "Lo nggak boleh nolak ya. Kasian Zidan dari tadi nungguin lo."
Mona memasukkan ponselnya ke dalam tas dan meninggalkan Zidan di sana, tetapi Zidan dengan cepat menarik lengan Mona dan mereka berdua saling berhadapan.
"Apa lagi sih?" tanya Mona dengan ketus.
"Aku temenin kamu ke mall sekarang," balas Zidan dengan pelan.
"Nggak usah, aku pengen pulang." Mona mengalihkan pandangannya.
"Kalau gitu aku anterin kamu pulang."
"Aku bawa mobil sendiri kok. Kamu nggak usah repot-repot nganterin aku pulang."
"Kamu pulang sama aku! Aku bisa suruh orang buat anterin mobil kamu. Rumah kamu masih sama, kan?"
"Rumah aku cuma ada satu, dan aku nggak akan pindah dari sana."
"Aku cuma becanda. Kamu nggak mungkin pindah ke rumah lain, karena kita masih belum nikah."
"Maksud kamu apa sih ngomong kayak gitu?"
"Kalau kita nanti udah nikah, kamu akan pindah ke rumah aku. Kita akan hidup bahagia di sana."
"Kalau kamu emang mau menikah dan hidup bahagia sama aku, kenapa kamu tega ninggalin aku?"
Mereka berdua kini terdiam dan sama-sama mengingat masa-masa indah yang pernah mereka lalui bersama.
"Kamu kenapa sih harus kuliah di kampus yang sama sama aku?"
"Aku cuma mau memperjuangkan perempuan yang aku cintai."
"Tapi bukannya kamu sendiri yang mutusin hubungan kamu sama perempuan itu?"
"Aku punya alasan yang nggak bisa aku jelasin ke perempuan itu."
"Tapi perempuan itu butuh alasan kamu. Kamu nggak bisa mainin hati dia segampang itu."
Mona mulai meneteskan air matanya, kemudian ia melangkahkan kakinya dari sana.
"Mon!" Zidan menarik tangan Mona.
"Aku anterin kamu pulang sekarang!" tegasnya.
"Nggak usah!" balas Mona dengan ketus.
"Aku anterin kamu pulang!! Oke?" ucap Zidan dengan nada sedikit tinggi.
Zidan menarik tangan Mona dan memintanya untuk masuk ke mobil.
Saat dalam perjalanan, mereka berdua hanya diam dan membuat suasana terasa sunyi dan canggung.
Sesampainya di rumah, Mona langsung turun dari mobil dan pergi ke dalam.
"Monalisa Otka Isabella!" panggil Zidan.
Langkah kaki Mona terhenti setelah mendengar teriakkan itu.
"Sampai jumpa besok di kampus. Mulai saat ini kita bakal sering ketemu kayak dulu lagi."
Mona tidak menoleh sama sekali, kemudian ia langsung masuk dan menutup pintu.
Saat Zidan hendak pulang, ia bertemu dengan bi Lila yang kebetulan baru pulang belanja dari pasar.
"Lho, ini bukannya den Zidan ya?"
"Iya, Bi."
"Den Zidan, kok udah lama Bibi nggak pernah ngeliat den Zidan main ke sini atau pergi sama non Mona? Apa den Zidan sama non Mona ada masalah?"
"Tiga tahun yang lalu aku sama Mama pergi ke Inggris, Bi. Jadi aku nggak pernah main ke sini ataupun ketemu sama Mona."
"Tapi den Zidan sama non Mona nggak ada masalah, kan? Hubungan kalian masih baik-baik aja, kan?"
"Tiga tahun yang lalu kami putus, Bi."
"Den Zidan serius?"
"Ngapain aku bohongin Bibi?"
"Non Mona kok nggak pernah cerita sama Bibi ya, Den? Tapi kalau Bibi liat, beberapa tahun belakangan ini non Mona memang sering murung gitu."
"Aku sebenernya nggak ada niatan buat mutusin Mona, Bi. Tapi aku punya alasan yang nggak bisa aku jelasin ke siapapun kenapa waktu itu aku mutusin dia."
"Kenapa nggak balikan aja, Den? Bibi tuh seneng kalau liat den Zidan sama non Mona bareng. Non Mona keliatan bahagia banget sama den Zidan."
"Aku udah bikin Mona kecewa, Bi. Dan sampai saat ini, Mona sulit buat percaya lagi sama aku."
"Den Zidan yang sabar ya. Bibi doakan semoga non Mona bisa membuka hatinya lagi untuk den Zidan."
"Makasih ya, Bi."
"Sama-sama, Den."
"Kalau gitu Zidan pulang dulu ya, Bi."
"Hati-hati ya, Den. Bibi nitip salam buat Mamanya den Zidan."
"Zidan pasti sampein salam dari Bibi."
_____***_____
Sore harinya, Mona sedang menuruni tangga sambil membawa bukunya. Ia duduk di atas sofa dan mulai mempelajari kembali materi yang telah ia pelajari di kampus.
"Non Mona mau Bibi siapin makanannya sekarang?"
"Nggak usah, Bi. Aku makannya nanti aja."
"Ya sudah kalau begitu, Non."
Mona membaca halaman demi halaman buku tersebut. Kemudian ia mendapatkan chat dari seseorang di ponselnya.
Setelah membaca chat tersebut, Mona terlihat sangat terkejut. Lalu ia dengan buru-buru naik ke lantai atas dan mengambil tasnya.
"Non Mona kenapa buru-buru gitu, Non?"
"Aku lupa kalau hari ini perpustakaan umum buka, Bi."
"Non Mona mau pergi ke sana?"
"Iya Bi, soalnya perpustakaan itu cuma buka satu Minggu sekali. Jadi aku harus banyak pinjam buku."
"Non Mona emang kalau masalah buku nomor satu ya."
"Aku berangkat dulu ya, Bi."
"Nggak mau makan dulu, Non?"
"Nanti aja."
"Hati-hati kalau gitu, Non."
Mona segera masuk ke taksi yang telah ia pesan dan melaju menuju perpustakaan umum. Saat itu, jalanan sangat macet karena suasana yang sudah lumayan sore.
"Aduh, kalau macet gini perpustakaannya bisa tutup."
"Pak, emangnya nggak ada jalan lain ya selain jalan raya ini?"
"Nggak ada, Non. Kalau sore emang suasana jalanan macet kayak gini, soalnya banyak orang yang baru pulang kerja."
"Lampunya sudah berwarna hijau, Non."
"Kalau gitu cepet jalan, Pak. Saya takut perpustakaan umumnya tutup."
"Baik, Non."
Belum sempat taksi tersebut sampai di depan perpustakaan, Mona langsung meminta sang supir taksi untuk berhenti.
"Saya turun di sini aja, Pak."
"Tapi kan perpustakaannya ada di seberang jalan, Non."
"Nggak apa-apa kok. Saya berhenti di sini aja, biar Bapak nggak usah repot-repot buat putar balik."
"Makasih banyak ya, Non. Baru kali ini saya ketemu sama penumpang yang pengertian sekali sama supirnya."
"Saya juga makasih ya, Pak. Bapak udah anterin saya."
"Sama-sama, Non. Kalau begitu saya balik kerja dulu, Non. Non hati-hati ya."
"Iya, Pak."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments