《♡♡》
Al membopong Luna dari kelas menuju uks.
Selama melewati lorong, banyak para siswi yang berteriak dan memotret dirinya.
Bahkan tak sedikit dari mereka sampai melompat kegirangan karena merasa iri dengan Luna.
Al hanya berekspresi datar saja mereka udah mleyot lihat dia bopong Luna.
Apalagi bopong Luna nya sambil senyum.
Pasti pingsan semua yang ada.
"Tolong periksa dia," kata Al saat masuk ke dalam uks dan membaringkan Luna di brankar.
Anggota PMR langsung memeriksa Luna sembari melepaskan ikat pinggangnya agar merasa lebih nyaman.
Al duduk di kursi sembari menunggu mereka selesai memeriksa Luna.
"Apa kak Luna habis jatuh?" tanya salah satu anggota PMR itu pada Al.
"Tidak," jawab singkat Al.
"Tapi kenapa lengan dan pipinya lebam?" gumam adik kelas itu heran.
Al berpikir sejenak, jika hanya jatuh saat pingsan tadi, mana mungkin akan lebam begitu jika ia tidak jatuh terlalu keras.
Bel masuk berbunyi membuat para anggota PMR itu harus masuk ke dalam kelas.
"Kak Al tolong jaga kak Luna sebentar ya, kita mau masuk kelas dulu. Setelah absen kita akan balik lagi ke sini," pamit siswi itu sembari malu- malu kucing saat ditatap datar oleh Al.
"Hmm," jawab Al tanpa ekspresi dan menatap Luna datar.
Kini hanya mereka berdua di dalam uks.
Al hanya diam sembari melihat Luna yang belum sadarkan diri juga.
Sudah hampir 20 menit Luna baru sadar dari pingsannya.
Luna melihat sekitarnya, ia berada di uks sekarang.
Ia terkejut saat melihat Al duduk di kursi sembari menatapnya datar.
"Al," gumamnya kaget dan melihat sekitar uks.
Hanya ada mereka berdua.
"Apa kamu yang membawaku kemari?" tanya Luna dan Al hanya diam dan menatap datar Luna.
"Emang lo bisa jalan sendiri ke uks sambil tidur?" kata Al yang terdengar sangat menjengkelkan.
Luna memutar kedua bola matanya malas.
"Dasar kulkas," gumam Luna pelan sembari turun dari brankar.
"Mau kemana lo?" tanya Al sengit saat Luna turun dari brankar.
"Ke kelas lah, kamu enggak liat sekarang udah masuk?" kata Luna yang terlihat kesal pada Al.
Al berjalan menuju brankar dan mendekati Luna.
Astaga, ini anak bisa enggak sih jangan sedeket ini, batin Luna sembari menatap mata Al.
Al sedikit merunduk hingga ia setara dengan wajah Luna.
Mata mereka saling menatap dengan jarak yang begitu dekat.
Bugh
Luna mendorong Al hingga terdorong ke belakang.
"Jangan macem- macem ya lo mentang- mentang cuma kita berdua di sini," ketus Luna membuat Al kembali mendekat.
Tak
"Aduh sakit," rintih Luna saat Al menyentil keningnya meski tidak terlalu keras.
"Jangan kepedean, gue cuma mau lihat lebam lo, geer banget jadi cewek," kata Al membuat Luna ingin sekali kabur dari hadapan Al sekarang juga.
Al menatap intens Luna hingga membuatnya salah tingkah dan terus menghindari kontak mata dengan Al.
"Kenapa pipi lo bisa lebam?" tanya Al membuat Luna memalingkan wajahnya.
Al mendekat dan tiba- tiba memegang dagu Luna untuk menghadap wajahnya.
"Napas," kata Al saat ia tahu Luna menahan napasnya saat berhadapan dengan Al.
"Udah ah minggir, aku mau ke kelas," kata Luna yang sudah berlari ngibrit ke kelas karena malu.
Percaya atau tidak, tanpa Al sadari ia tersenyum sangat tipis, tipis sekali.
Dan sayangnya, tidak ada yang tahu saat Al tersenyum.
Jika ada satu siswi yang tahu, percaya deh mereka bakal pingsan di tempat.
Sedangkan Luna yang berjalan menuju kelas, mencoba menghilangkan rona merah di pipinya.
"Astaga Lun, jangan sampe pipi lo kelihatan merah, jangan sampe," gumam Luna sembari menepuk- nepuk pipinya agar tidak terasa panas.
Luna berhenti tidak jauh dari kelasnya. Ia menghembuskan napasnya pelan.
Tok tok tok
Semua seisi kelas langsung menoleh ke arah ambang pintu melihat Luna yang baru datang.
"Maaf bu saya telat," kata Luna sembari salam pada bu Sari.
"Kamu dari mana Lun?" tanya bu Sari saat melihat wajah Luna yang sedikit pucat.
"Saya dari uks bu, tadi pagi saya pingsan," jelas Luna membuat bu Sari menatap iba Luna.
Tok tok tok
Semua para siswi langsung berbisik saat Al datang.
"Maaf bu saya telat," kata Al yang juga salam pada bu Sari.
"Loh Al kamu dari mana? Pingsan juga?" tanya bu Sari membuat semua tergelak.
"Tadi nunggu Luna di uks bu," jawab Al jujur yang seketika membuat para siswi berteriak histeris.
"Hey- hey diem semua," teriak bu Sari saat semua siswi berteriak kegirangan mendengar jawaban Al.
"Yaudah sekarang kalian duduk," perintah bu Sari pada mereka berdua.
Al berjalan lebih dulu lalu diikuti Luna menuju bangkunya.
"Hekm, pantesan di uksnya lama, ternyata dijaga pak Al," sindir Aqila membuat Luna menyenggol lengan Aqila.
Aqila tertawa pelan sembari memeluk Luna.
"Udah makanya jangan banyak pikiran biar enggak pingsan," kata Aqila memperingati sahabatnya itu.
Sedangkan di bangku belakang, kedua adik Al sedang mengintrogasi kokonya.
"Tumben banget ko di uks betah banget," goda Dante yang berbisik dari belakang Al.
"Perasaan tadi yang pingsan Luna, kok lama banget baliknya dari uks?" kini giliran El yang menggoda Al.
"Ko kayaknya Dante mau pingsan deh," kata Dante mulai berdrama.
"Oh sorry Dante, koko harus bopong Luna dulu baru kamu," seketika keduanya tertawa membuat bu Sari berhenti menjelaskan.
"El Dante, kenapa kalian tertawa? Apa penjelasan saya lucu?" tanya bu Sari yang marah pada mereka berdua.
Sedangkan Al sedang mati- matian menahan tawanya di dalam hati.
"Bukan bu," jawab El sembari menunduk mencoba untuk merasa bersalah meski ia ingin sekali tertawa saat ini.
"Hadap ke depan, sekali lagi ibu denger kalian ketawa, ibu akan hukum kalian lari keliling lapangan," kata bu Sari mengancam akan memberikan hukuman pada mereka berdua jika kembali membuat kegaduhan.
"Iya bu," jawab keduanya serempak.
Pelajaran pun dimulai kembali dengan tertib dan teratur.
.
.
.
Eros dan kedua temannya sedang berada di kantin sejak pelajaran kedua tadi hingga bel istirahat berbunyi.
Mereka diam- diam merokok di kantin sejak tadi.
Sudah beberapa kali mereka diperingatkan namun masih saja merokok dan parahnya lagi di sekolah.
"Ros gimana sama gengnya Alex, kapan balapannya?" tanya Damar pada Eros yang sibuk memainkan gamenya.
"Entar malem kata dia, kalian dateng kan nanti?" tanya Eros pada Damar dan Edo.
"Datenglah, nantikan malam minggu," kata Damar yang bersemangat sekali membuat Eros tersenyum lebar.
Perlahan para siswa mulai memenuhi kantin untuk mengisi perut mereka.
Banyak dari mereka yang ingin sekali menegur geng Eros untuk tidak merokok terlebih di area kantin ini.
Namun, apalah daya mereka sangat takut pada geng Eros.
Eros yang dikenal sangat brutal di sekolah membuat siapapun seakan takut untuk memperingatinya.
Ia juga dikenal sebagai ketua geng balap liar yang dilarang oleh polisi.
Bahkan Eros sudah beberapa kali masuk kantor polisi karena balap liar itu.
Sudah beberapa kali pihak sekolah memanggil orang tua Eros namun tidak ada respon sama sekali.
Mau dihukum? Eros akan lebih bersemangat untuk membuat keonaran di luaran sana dengan sekolah lain.
Jadi, pihak sekolah seakan bingung untuk mengontrol Eros yang begitu brutal ini.
Di satu sisi Luna dan Calista memasuki kantin untuk mengisi perut mereka yang keroncongan.
Namun, salah siapa mata Luna begitu tajam dan jeli.
Saat awal masuk Luna melihat pada sisi pojok kantin, geng Eros dengan santainya merokok.
"Ayo Lun," teriak Calista yang sudah mengantri di stand bakso pak mamad.
"Ta pesenin aja kayak biasa, aku ada urusan bentar," kata Luna lalu berjalan menghampiri Eros dan kedua temannya.
Sebagai anggota osis jelas Luna harus menegur temannya melanggar aturan sekolah.
Di samping itu, Luna juga ketua PMR yang mengetahui bagaimana berbahayanya rokok bagi kesehatan.
Karena itu, Luna peduli sama Eros dan ia harus memperingatinya.
Eros mendongak saat Luna dengan berani mencabut rokok yang masih menyala dari mulut Eros.
"Apa- apaan sih lo?" teriak Eros dengan nada tinggi hingga membuat seisi kantin melihat mereka dan terdiam.
"Udah berapa kali sekolah peringati kalian, jangan merokok di sekolah, kenapa kalian bandel sekali. Apa kalian tahu merokok tidak baik buat tubuh kalian," kata Luna yang tidak kalah kerasnya dari suara Eros.
"Apa urusan lo sama gue? Ngerokok pakai duit gue bukan duit lo, kenapa lo yang ribet?" tanya Eros yang kini sudah duduk di atas meja sembari menatap benci ke arah Luna.
"Kita peringati kalian, karena kita peduli, kenapa kalian tidak ngerti juga?" kesal Luna pada pemikiran Eros yang terlalu belibet.
Eros tersenyum miring mendengar ucapan Luna.
Byur
Semua terkejut dan menganga saat Eros menyiram Luna dengan jus jeruk di dekatnya.
Luna hanya diam sembari mengelap wajahnya yang basah.
Bajunya menjadi kotor dan sedikit tembus pandang karena ulah Eros.
"Lo tahu, gue paling benci sama orang yang suka ikut campur sama urusan gue," kata Eros menekankan pada Luna.
Luna menatap datar Eros, terlihat kilatan kebencian dalam diri Luna pada Eros.
Kenapa ada laki- laki kasar seperti Eros.
Pluk
Luna menoleh saat ada jaket hitam yang menyampir di tubuhnya, itu Al.
"Ayo pergi," gumam Al pelan sembari membawa Luna keluar dari kantin.
Perlakuan Al membuat semua siswi memekik keras dan melompat kegirangan karena melting melihat aksi manis pangeran mereka.
Sedangkan Eros membanting gelas itu hingga membuat seisi kantin mendadak kembali sunyi karena takut.
"Lo bisa diem enggak?" teriak Eros dengan sangat keras sembari menatap mereka bengis.
"Udah Ros kita keluar aja," kata Damar yang mengajak Eros untuk keluar dari kantin.
Sedangkan di sisi lain, Al membawa Luna entah kemana.
Luna hanya diam dan mengikuti kemana Al membawanya.
Ceklek
Al membawa Luna ke ruang osis yang begitu sepi.
"Kita mau ngapain di sini?" tanya Luna yang sudah parno sendiri dengan pikirannya.
Al tidak menjawab, ia mengambil sesuatu di lokernya.
"Pakai ini," kata Al memberikan seragam cadangan yang Al simpan di lokernya.
Luna hanya menatap seragam di tangan Al.
"Mau gue gantiin seragamnya?" tanya Al yang sontak membuat Luna langsung mengambil seragamnya.
"Tunggu apalagi, cepet ganti," kata Al yang membuat Luna melotot tak percaya.
"Masak iya ganti di sini?" pekik Luna kesal saat Al memintanya ganti.
Tak
"Aduh sakit," rintih Luna saat Al menyentil keningnya.
"Emang siapa yang suruh lo ganti di sini, kayak enggak ada kamar mandi aja," kata Al membuat Luna kembali menahan malunya.
Astaga Luna kenapa kamu selalu mempermalukan dirimu di depan Al.
"Minggir," kata Al saat Luna yang berdiri menyandar di pintu.
Al lalu keluar dari ruang osis meninggalkan Luna di dalam.
"Ko," teriak Dante saat melihat Al keluar dari ruang osis.
Al menoleh dan mendapati Dante yang berlari ke arahnya.
"Kenapa?" tanya Al sebelum Dante bertanya padanya.
"Ko disuruh ngambilin proposal persami sama bu Sari buat direvisi sekarang," kata Dante yang hendak masuk ke dalam ruang osis.
"Ehh tunggu," pekik Al keras membuat Dante terkejut dan enggan membuka pintu ruangan osis.
"Kenapa ko?" tanya Dante yang takut mendengar suara keras kokonya.
"Anu itu proposalnya udah dibawa Luna tadi ke bu Sari, jadi ayo kembali ke kelas," kata Al sembari menarik Dante untuk menjauhi ruang osis.
Kalau tidak bisa- bisa Dante akan membuat geger satu sekolah saat melihat Luna di dalam ruang osis bersama dirinya tadi.
"Emang kapan Luna nganternya? Kok bu Sari masih nyuruh Dante?" tanya Dante saat Al terus menariknya untuk turun ke lantai bawah.
"Udah tadi," jawab Al santai agar tidak terlihat sedang menyembunyikan sesuatu.
Sedangkan Luna yang berada di dalam ruang osis bernapas lega saat Al membawa pergi Dante.
"Ya tuhan untung enggak ketahuan," gumam Luna sembari memeluk seragam yang diberikan Al.
Luna menatap jaket hitam itu di tubuhnya.
"Sikulkas baik juga ternyata," gumam Luna lalu keluar dari ruang osis untuk mengganti seragamnya.
Tidak lupa ia juga membawa proposal persami untuk diberikan pada bu Sari.
Setelah selesai berganti dan mengantarkan proposal ke ruang guru, kini Luna kembali ke kelas dengan jaket hitam yang ia lipat di tangannya.
Luna tidak suka menjadi sorotan banyak orang, karena itu ia melepas jaket Al agar tidak menjadi obrolan para fansnya.
Lagian Luna juga udah pakai seragam yang Al berikan tadi.
Jadi, ia tidak perlu lagi memakai jaket Al.
Luna masuk ke dalam kelas, terlihat Al sedang duduk di bangkunya sembari memainkan ponselnya.
Mumpung kelas tidak banyak siswi, Luna memberanikan diri untuk mengembalikan jaket Al.
"Nih jaketnya, makasih," kata Luna sembari meletakkan jaket Al di atas meja yang sudah ia lipat rapi.
Al menatap jaketnya lalu menatap Luna yang hendak kembali ke bangkunya.
"Tunggu," Luna berbalik dan kembali menghampiri bangku Al.
"Kenapa?" tanya Luna saat Al memanggilnya.
"Enggak sopan banget udah dipinjemin, cuci dulu baru dibalikin," kata Al ketus membuat Luna mengernyitkan keningnya.
"Kan cuma sebentar tadi makainya, lagian juga enggak kotor kok," protes Luna saat Al meminta agar mencucinya dulu.
"Enggak mau tahu, cuci dulu baru balikin," kata Al membuat Luna mendengus sebal.
Lalu dengan kesal Luna kembali mengambil jaketnya dan membawanya pulang untuk dicuci.
"Dasar beruang kutub," gerutu Luna yang keras membuat Al mendengarnya dengan jelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
siti homsatun
😀😀😀😀jadi tertawa sendiri thor bacanya ,ntar jatuh cinta beneran sm Al baru tau rasa kamu Luna
2021-08-30
1
uhuuuyyy
wkekekekeke...Lunaaa..ntar jatuh cinta lhoo sama beruang kutub
2021-07-27
2