S2 - Coba Peduli

Luna baru saja sampai di rumah tepat pukul 6 malam.

Sepulang sekolah tadi ia harus pergi bekerja di minimarket yang tidak begitu jauh dari rumahnya.

Luna tidak menemukan siapapun di dalam rumah, hanya ada dolgi kucing peliharaannya.

Di mana Vino, apa dia sudah tidur.

Luna langsung memeriksa kamar adik laki- lakinya itu.

Dan hasilnya nihil.

Luna lalu mencari ke semua sudut rumah dan tidak menemukan Vino di manapun.

Luna lalu masuk ke dalam kamarnya untuk berganti baju dan pergi mencari adiknya.

Inilah kamar Luna, kecil dan begitu sempit.

Karena mereka hanya bisa menyewa kontrakan kecil dengan harga yang sangat murah perbulannya.

Luna tidak bisa membayar semua hutang keluarganya, karena itu bank menyita rumah mereka.

Selesai berganti Luna langsung bergegas untuk mencari adik laki- lakinya meski tubuhnya terasa begitu lelah.

Bermodal jalan kaki, Luna menyelusuri jalanan untuk bisa menemukan adiknya.

Sekitar 20 menitan Luna berjalan dan belum menemukan Vino juga.

Hingga ia melihat gerombolan anak motor yang berkerumun di tepi jalan.

Itu Vino.

"Vino," teriak Luna lalu berlari menghampiri kerumunan itu.

"Kakak," kata Vino yang terkejut saat Luna mencarinya malam- malam begini.

"Eros?" kata Luna saat mengetahui teman sekelasnya.

"Oh jadi ini adik lo?" tanya Eros sembari merangkul bahu Vino.

Dengan cepat Luna menarik Vino ke belakang punggungnya untuk melindungi dari Eros.

"Ngapain kalian di sini?" tanya Luna pada geng Eros yang merupakan geng motor yang selalu bikin ulah di sekitar lingkungannya ini.

"Luna cantik, gue enggak nyangka kalau dia adikmu. Tahu begitu aku akan memperlakukannya dengan sangat baik," kata Eros sembari mendekati Luna.

"Jangan mendekat," teriak Luna memperingati Eros dengan sangat keras.

"Ohh gue takutt," kata Eros berlagak takut dan membuat semua temannya tertawa.

"Ratu taekwondo, ketua PMR, ketua dance dan sekretaris osis, wahh skill lo emang enggak bisa diragukan lagi. Sayang sekali, lo enggak bisa gue miliki," kata Eros sembari mencolek dagu lancip Luna.

Bugh

Luna spontan menendang Eros hingga terhuyung ke belakang.

"Sialan," umpat Eros tak terima saat Luna menendangnya.

"Vino ayo kita pulang," kata Luna sembari menarik Vino untuk pergi dari kerumunan itu.

Eros yang sudah merasa emosi langsung mengejar Luna dan menariknya dengan kasar.

"Tunggu," kata Eros sembari menarik Luna hingga ia hampir saja jatuh.

"Kakak," kata Vino yang terkejut.

"Gue paling benci sama cewek kayak lo yang selalu bersikap sok jual mahal dan paling jago," kata Eros mencoba untuk memancing emosi Luna.

"Kenapa lo enggak terima kalah sama cewek?" tanya Luna dengan santai tanpa takut dengan ekspresi Eros yang menunjukkan jika dirinya begitu marah.

Plak

"Kakak,"

"Eros," seru mereka terkejut saat melihat Eros tanpa ragu menampar Luna.

Luna hanya tersenyum miring dan menyingkap rambut panjangnya ke belakang.

"Anak kayak lo emang enggak akan bisa hargai seorang laki- laki, karena apa karena lo enggak punya orang tua yang bisa didik lo dengan baik,"

Bugh

Luna memukul rahang Eros hingga ia terjerembab di jalanan.

"Lo hina dan pukul gue sepuasnya, tapi jangan hina orang tua gue," kata Luna yang tidak akan bisa menahan diri saat mereka menyangkutpautkan kedua orangtuanya.

"Kak ayo kita pulang," kata Vino sembari menarik tangan Luna. Dengan kasar Luna menghempaskan tangan Vino dan kembali maju untuk memberikan pelajaran pada Eros.

Bugh

Luna kembali memukul Eros dengan sangat keras.

"Kenapa, lo enggak terima sama ucapan gue, berarti bener kan sama apa yang gue katakan?" kata Eros membuat Luna menghembuskan napasnya pelan.

"Sekali ini gue peringati sama lo, jangan pernah ungkit kedua orang tua gue atau ganggu adik gue," kata Luna memperingati Eros.

Luna lalu menarik Vino untuk pulang dan menjauhi kerumunan Eros.

"Luna tunggu pembalasan gue," teriak Eros saat Luna menaiki bus untuk pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah Luna dan Vino saling diam.

Luna langsung menuju dapur untuk memasak buat Vino.

Sedangkan Vino merasa bersalah dan hanya diam saja.

Vino masuk ke dalam kamar untuk membersihkan dirinya.

Selesai mandi ia keluar kamar dan melihat kakaknya sedang menyiapkan makan malam untuknya.

"Duduklah dan makan," kata Luna yang terdengar sangat dingin.

Vino berjalan menuju meja makan dan duduk di hadapan kakaknya.

Ia melihat tangan kakaknya yang terluka dan juga pipinya yang sedikit lebam.

"Kak," panggil Vino pada Luna yang serius makan.

"Makanlah setelah itu tidur," seru Luna sambil makan dengan lahap dan terus menunduk tanpa berani menatap adiknya.

"Maafin Vino ya," gumamnya pelan sembari makan.

Luna meletakkan sumpitnya dan mendongak untuk menahan air matanya.

"Bisakah kamu sehari saja sekolah dengan benar dan tidak membuat rusuh?" tanya Luna pada Vino.

"Bukan begitu dengerin Vino dulu," kata Vino membantah tebakan Luna.

"Kakak cuma mau kamu sekolah dengan benar tanpa harus membuat kerusuhan, apa itu sulit?" tanya Luna tegas pada Vino.

Vino hanya diam dan menunduk takut saat melihat Luna menjadi serius begini.

Luna menghembuskan napasnya pelan lalu beranjak berdiri untuk mencuci piringnya.

Selesai makan Luna meninggalkan Vino sendiri di meja makan dan menuju kamarnya.

Vino mendadak tidak nafsu untuk kembali makan.

Ia menyandarkan punggungnya di kursi dan menatap kosong ke depan.

"Andai kakak tahu penyebab aku selalu membuat rusuh begini," gumamnya pelan lalu masuk ke dalam kamar.

.

.

.

Jika Luna dan Vino bertengkar karena hal kecil yang dilakukan Vino.

Berbeda dengan rumah tangga orang tua Leyna.

Kini mereka sedang bertengkar hebat saat Leyna berada di dalam kamar.

"Sudah berapa kali kubilang, jangan keluar hanya dengan memakai pakaian seperti ini," teriak Adi dengan keras pada Desi.

"Memangnya kenapa hah? Apa pedulimu?" tanya balik Desi dengan suara yang tak kalah kerasnya.

Plak

"Sekarang berani kamu membantahku ya?" bentak Adi begitu emosi saat Desi kini mulai berani melawannya.

"Kenapa harus takut jika aku memang benar? Kamu memang arogan dan enggak punya hati," kata Desi dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

Plak

Plak

"Bunuh saja aku jika itu bisa membuatmu puas, cepet bunuh aku," teriak Desi dengan keras.

"Meski aku tahu kamu selingkuh dengan sekretarismu sendiri, aku tidak pernah menghakimimu dengan keji, lalu kenapa jika aku hanya bertemu dengan Putra dengan penampilanku seperti ini?" Adi yang sudah diliputi api cemburu semakin membabi buta.

"Kamu benar- benar harus diberi pelajaran," kata Adi yang melepaskan dasi hitamnya dan mengikat kedua tangan Desi.

Tanpa merasa kemanusiaan, Adi menarik rambut Desi dan menyeretnya ke lantai atas.

Jeritan Desi juga rintihannya membuat pilu hati siapapun yang mendengarnya.

Seperti Leyna yang sedang menahan tangisnya di dalam kamar mendengar pertengkaran kedua orang tuanya.

Ia tidak bisa melakukan apapun untuk menolong mamanya.

Karena Adi akan menyiksa mamanya lebih kejam saat Leyna berani ikut campur urusan mereka.

Mungkin karena hal ini Leyna menjadi pribadi yang sama arogan dan kejinya sama seperti Adi.

Terkadang bukan orang lain atau kawanmu yang membuat dirimu tersakiti.

Nyatanya orang sekitar bahkan kedua orang tuamu bisa membuatmu terluka lebih dalam dari siapapun.

Sedangkan di rumah lain ada Putra yang baru saja pulang pukul 9 malam.

Fara yang sejak tadi menunggu di sofa bergegas membukakan pintu saat mendengar suara mobil suaminya.

"Mas kamu dari mana aja baru pulang?" tanya Fara membuat Putra menatapnya tajam.

"Istri macam apa kamu ini, suami pulang bukannya disiapin makan malah ditanya yang enggak- enggak," bentak Putra dengan keras membuat Bianca yang berada di dalam kamar langsung keluar.

"Iya maaf mas. Makan malamnya udah siap, ayo kita makan," ajak Fara pada Putra.

"Aku capek mau tidur," kata Putra yang langsung naik ke lantai atas mengabaikan Fara begitu saja.

Bianca kembali masuk ke dalam kamar, ia terlalu malas untuk berurusan seperti ini.

♡♡♡

Aqila sedang menunggu Luna di depan rumahnya.

Ceklek

Vino keluar dengan wajah murungnya dan sudah rapi dengan seragam SMA nya.

"Kenapa dengan dirimu?" tanya Aqila saat Vino hanya diam saja, biasanya Vino selalu ceria saat bertemu Aqila.

"Tidak ada," jawabnya lalu berangkat ke sekolah dengan jalan kaki.

"Ais berandal itu benar- benar. Pasti bikin ulah lagi," gumam Aqila kesal sembari menatap kepergian Vino.

Ceklek

"Ayo berangkat sekarang," kata Luna yang menunduk sembari mengeratkan jaketnya.

"Tumben pakai jaket?" tanya Aqila karena Luna tidak biasanya pakai jaket.

"Enggak papa, lagi dingin aja," jawab Luna sembari memakai helmnya dan langsung naik.

"Ayo berangkat sekarang," kata Luna sembari berpegangan pada pinggang Aqila.

Aqila lalu melajukan motor vespanya untuk berangkat ke sekolah.

Ada sesuatu yang disembunyikan oleh Luna.

Aqila harus mencari tahunya.

Mereka tiba di sekolah sebelum pintu gerbang ditutup.

Aqila memarkirkan motornya lalu masuk ke dalam kelas sebelum pelajaran dimulai.

"La aku ke toilet bentar ya, kamu duluan aja," kata Luna dan langsung berbelok ke kamar mandi.

Aqila berhenti di depan toilet perempuan.

Ia merasa jika sesuatu telah terjadi pada Luna.

"Lun aku ke kelas dulu ya," teriak Aqila di depan toilet lalu pergi menuju kelas.

Sedangkan Luna yang mendengarnya hanya diam di dalam toilet.

Luna menyingkap jaketnya, terlihat lengannya lebam dan membiru.

"Jika Aqila tahu, pasti akan rumit urusannya," gumam Luna lalu kembali mengusap lengannya yang membiru dengan salep agar tidak terlihat lebam.

Luna menghembuskan napasnya pelan lalu keluar dari toilet agar tidak terlambat masuk kelas.

Ceklek

"Eh tuan putri Luna," kata Bianca yang ternyata sedang menunggu Luna di depan toilet.

"Ngapain kalian?" tanya Luna sembari berjalan menuju wastafel untuk cuci tangan.

"Enggak ada sih, cuma ada yang hilang aja kalau sehari enggak gangguin lo," kata Leyna sembari ikut bercermin bersama Luna.

"Percuma banget kalian hidup, enggak ada kerjaan banget," kata Luna sembari mengusap tangannya yang basah.

Luna beda sama siswi lain saat dibully.

Ia lebih cenderung berani dan melawan mereka dibandingka diam dan dijadikan kambing hitam.

Lagian, Luna juga memiliki bekal ilmu bela diri, setidaknya ia bisa menjaga dirinya sendiri dari gangguan mereka.

"Gue akui lo emang berani dibandingkan siswi lainnya. Tapi bukan berarti kita takut sama lo karena lo jago bela diri," kata Leyna yang kini mulai beraksi.

Luna membuang tisunya ke tempat sampah lalu menatap Leyna datar tanpa ekspresi.

Karena malas menanggapi mereka Luna langsung saja keluar dari toilet dengan santainya.

Leyna dan Bianca dibuat tercengang dengan kelakuan Luna.

"Sial, songong banget tuh cewek," umpat Leyna saat Luna tidak ada rasa takut padanya.

"Udah kita urus dia nanti saja, sekarang kita masuk sebentar lagi bel," kata Bianca sembari menarik tangan Leyna untuk keluar dari toilet dan masuk kelas.

Luna masuk ke dalam kelas, sudah banyak siswa yang datang.

Termasuk tiga pangeran tampan itu.

Luna langsung mendudukkan dirinya tepat di samping Aqila.

Aqila menatap Luna yang seperti tidak memiliki semangat hidup.

"Lun lo sakit?" tanya Calista yang menghampiri meja Luna.

Aqila langsung memeriksa dahi Luna.

Lumayan panas.

"Kayaknya lo demam," kata Aqila sok serius membuat Calista ingin tertawa melihatnya.

"Cih sok- sok an jadi dokter pakai acara bilang demam," ejek Calista pada Aqila membuat Luna tersenyum tipis.

"Gini- gini gue juga anggota PMR ya bukan cuma lo," kata Aqila tak terima saat dirinya diejek.

Luna menidurkan kepalanya di atas meja karena merasa sedikit pening.

Tadi pagi ia tidak sempat sarapan, entah kenapa tubuhnya akhir- akhir ini merasa drop dan lemah sekali.

Apalagi semalaman penyakit insomnianya kambuh lagi.

"Luna ayo ke uks gue temeni," kata Calista yang bersemangat sekali mengajak orang untuk pergi ke uks.

"Enggak usah Ta, aku di sini aja," kata Luna membuat kedua temannya semakin khawatir.

Aqila memberikan isyarat pada Calista untuk duduk di bangkunya dan jangan menganggu Luna.

Sedangkan dibangku belakang Luna yang berjarak tiga baris ada Al yang sedang memperhatikan Luna.

"Udah ko natapnya, entar enggak bisa balik itu mata mandangin Luna mulu," goda Dante yang duduk di belakang Al.

"Berisik," kata Al menanggapi ejekan Dante.

"Gapapa kok ko suka sama Luna, namanya juga manusia ya kan pasti punya perasaan," kata Dante memberitahu kokonya.

"Tapi koko enggak suka nih sama Luna, gimana?" tanya El membuat Dante menghembuskan napasnya kasar.

"Berarti koko bukan manusia," jawab Dante membuat El melebarkan kedua matanya.

"Enak aja kalau bilang, koko punya perasaan ya, kemarin siang aja waktu eskul siapa yang beliin anggota PMR minuman sama roti pas waktu di lapangan?" Dante melebarkan matanya pada El untuk berhenti berbicara.

Al menoleh dan menatap El datar.

"Oh jadi kemarin siang pura- pura ke kamar mandi niatnya buat beliin anggota PMR minuman sama makanan?" tanya Al santai pada El.

"Hehe bukan gitu ko, cuma...,"

"Lunaa," Al menoleh saat mendengar teriakan Aqila yang panik melihat Luna pingsan.

Semua langsung mengerumuni Luna untuk membawanya ke uks.

El Nino yang memiliki nyali entah dari mana tiba- tiba saja melompat ke atas meja hendak menolong Luna yang tergeletak di lantai.

"El selesaikan PR mu," kata Al membuat El berbalik dan menatap kokonya.

"Tapi ko..,"

Semua siswi perempuan dibuat meleleh saat Al berjalan menghampiri kerumunan.

Tanpa banyak bicara, Al langsung membopong Luna membuat siapapun terkejut melihatnya.

"Ko cepet cubit pipi Dante, ini bukan mimpi kan?" tanya Dante sembari menepuk bahu kokonya.

El langsung mencubit pipi Dante dengan sangat keras.

"Aduh ko sakit," rintih Dante saat El mencubit pipinya.

"Astaga Al tampan banger njirrr waktu bopong Luna," kata salah satu siswi sembari memotret Al yang membopong Luna.

"Ya tuhan kenapa bukan gue tadi yang pingsan,"

"Enak banget ya jadi Luna?"

"Mas Al aku juga pengen digendong kamu," teriak salah satu siswi yang melompat kegirangan membuat siapapun takut melihatnya.

"Itu cewek kesurupan atau gimana sih ko?" tanya Dante saat melihat perempuan yang bersuara toa itu.

"Kemasukan toa kali," jawab El sembarang membuat Dante tertawa.

Terpopuler

Comments

Kurmaniah Al Karim

Kurmaniah Al Karim

😂😂😂😂
kok dante mirip ma Rendy ya sedangkan el lebih ke Reno...
semangat author..
udah mulai ngakak ne

2021-09-15

0

siti homsatun

siti homsatun

😀😀😀😀senyum" sendiri deh bacanya ,enak ya jd Luna aku mau dong 😀😀😀

2021-08-30

0

Chyntia Cahyani

Chyntia Cahyani

lanjut terus thor hheee
bikin senyum" sendiri 🤭

2021-07-22

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!