S2 - Jadi Pahlawan

▪︎▪︎▪︎

Sela sedang berada di ruang keluarga menonton TV.

Sedangkan Bara belum pulang dari kantornya.

Padahal waktu sudah pukul 7 malam, tapi suaminya itu tak kunjung pulang juga.

"Ma," panggil Al yang dari dapur selesai minum.

"Apa ko?" tanya Sela sembari fokus pada acara TV nya.

"Papa belum pulang?" tanya Al sembari menempatkan dirinya di pangkuan Sela agar merasa nyaman.

"Belum sayang, mungkin sebentar lagi," kata Sela sembari membelai rambut putranya yang kini mulai lebat.

"Ma," kini giliran Dante yang memanggil Sela.

"Apa dek, sini," kata Sela sembari melihat Dante yang sepertinya baru bangun tidur dari pulang sekolah tadi.

Dengan seenaknya Dante ikut merebahkan kepalanya di pangkuan Sela.

"Tidur sanalah dek," kata Al kesal saat Dante ikut tidur di pangkuan mamanya.

"Ko Dante juga pengen tidur di pangkuan mama," kata Dante sembari memeluk perut Sela.

Sela tersenyum melihat tingkah kedua putranya yang sedang manja.

"Selamat malam semuanya," teriak El membuat mereka menoleh dan menatap heran El.

Ia terlihat sangat girang dan terus tersenyum lebar.

"Kamu kenapa ko?" tanya Sela saat El tersenyum lebar membuat semua orang merasa ngeri dan merinding.

"Malam semua," teriak Bara yang baru pulang dari kantor.

"Daddy," teriak El manja membuat Bara merasa geli dan tertawa pelan.

"Sayang, kok malem banget pulangnya?" tanya Sela saat Bara mencium kening juga pipinya.

"Iya sayang, biar besok bisa cuti," kata Bara sembari melepas dasi juga sepatunya.

"Pa El kasih tahu sesuatu tentang koko tadi waktu di sekolah," kata El seperti anak kecil yang ingin bercerita pada papanya.

"Apa son?" tanya Bara yang sangat antusias untuk mendengarkannya.

El melirik Dante untuk menjadi sukarelawannya.

Dante yang tahu kode kokonya langsung bangun dari baringnya.

"Tadi pagi kan kita duduk di kelas pa karena udah bel, nah kebetulan gurunya telat datengnya," cerita Dante yang bertele- tele membuat El geram banget.

"Terus pa, temen kita ada yang pingsan. Dan dia cewek pa," kata El yang bersemangat bercerita membuat Bara tertawa melihat kedua putranya ini.

Dante langsung berdrama pingsan di lantai menirukan Luna tadi saat pingsan di kelas.

Sedangkan Al hanya menatap datar kedua adik tengilnya ini.

"Tadinya sih pa, El yang mau nolongin tuh cewek, pas El udah mau bopong dia, eh si koko manggil sambil bilang El kerjain PRmu," kata El yang menirukan kokonya dengan sangat baik.

"Terus?" tanya Sela yang juga bersemangat mendengarkan El bercerita sembari melirik Al yang sibuk bermain ponsel.

"Tiba- tiba koko jalan dan bopong cewek itu ke uks," kata El sembari mengangkat tubuh Dante.

"Ya tuhan, lo berat banget sih Dan, makan apaan?" keluh El saat ia sempoyongan membopong Dante.

Bara dan Sela tertawa melihat tingkah kedua putranya ini.

Karena El tidak kuat lagi, ia menggulingkan Dante di lantai dan kembali bercerita.

"Terus pa ma, pelajaran kan udah dimulai, harusnya kan koko udah balik ke kelas, tapi oh tapi...,"

"Berhenti enggak El?" kata Al saat El terus bercerita.

"Bentar ko nanggung, kasian papa sama mama enggak tahu endingnya nanti," Bara terkekeh melihat tingkah gemas El.

Dante duduk di lantai melihat kokonya yang sedang melakukan reka adegan dengan sangat baik.

"Sampai pelajaran kedua, koko sama tuh cewek baru balik ma. Awalnya sicewek duluan yang balik ke kelas, terus koko nyusul dari belakang. Pas ditanya sama guru, koko bilang gini tadi saya nunggu dia di uks bu," kata El yang merasa geli mengatakan hal semanis itu.

"Emang siapa sih nama cewek itu?" tanya Sela pada El lalu beralih menatap Al.

"Luna ma," jawab Dante tanpa ragu dan sangat lantang.

"Ohh Luna," kata Bara dan Sela bersamaan.

"Dia cantik banget ya ko?" tanya Sela menggoda putranya ini.

Al langsung memeluk Sela manja sembari bermain gamenya.

"Enggak ada yang lebih cantik dari mama di dunia ini," Sela tersenyum mendengar ucapan Al.

"Hilih, sekarang sih belum punya hubungan sama Luna, coba nanti kalau udah bucin, pasti bakal bilang enggak ada wanita cantik selain kamu," Al langsung melemparkan bantal sofa ke arah El.

"Ko jangan gitu sama adiknya," kata Sela sembari mengusap lengan Al.

Bara tertawa melihat tingkah putranya, rasa lelah yang tadinya begitu berat di pundaknya kini seketika hilang hanya melihat Sela dan ketiga putranya.

"Ko ayo main," teriak Agam dari lantai 2 membuat El dan Dante langsung berlari.

"Ok tunggu bentar," teriak El yang sudah masuk ke dalam lift untuk ke lantai 2.

"Ko jangan lari- lari, entar jatuh," teriak Sela saat mereka berlarian di dalam rumah.

"Baik mama sayang," teriak Dante sebelum pintu lift tertutup.

"Ma koko ke atas dulu ya," kata Al yang menyusul mereka untuk begadang bermain game di rumah.

"Iya sayang, jangan begadang malem- malem," kata Sela mengingatkan pada Al.

"Iya ma," jawab Al yang masuk ke dalam lift untuk ke lantai 2.

Bara berdiri lalu menghampiri Sela yang menatap kepergian Al.

"Ahh Bara," kaget Sela saat Bara membopong dirinya.

"Sekarang mamanya harus tidur juga," kata Bara sembari membopong Sela ke kamar.

Bara menutup pintunya lalu mendudukkan Sela di king size dengan pelan.

Sela menatap Bara yang sangat lelah sekali terlihat wajahnya begitu lesu.

Sela mengalungkan kedua tangannya di leher Bara.

"Kamu jangan terlalu capek ya," kata Sela bermanja pada Bara.

Cup

"Iya istriku sayang," Bara menciumi seluruh wajah Sela.

Sela mencium sekilas bibir Bara, hanya sekilas dan membuat Bara berdecak karena hanya kecupan singkat.

"Sini aku isi daya dulu kamunya," kata Sela sembari memeluk suaminya itu.

Bara terkekeh melihat sikap manis Sela yang menurutnya tidak pernah berubah sejak dulu.

"Cium," kata Bara sembari menunjuk bibirnya manja membuat Sela mendorong dada bidang Bara.

"Udah ah, aku mau nyiapin air panas buat kamu mandi," kata Sela yang pipinya sudah merah merona karena ulah Bara.

Bara tertawa melihat sikap Sela yang selalu saja malu saat Bara menggodanya.

"Udah siap air panasnya, kamu mandi dulu gih," kata Sela yang selesai menyiapkan air panas untuk Bara dan juga mengambilkan jubah mandinya.

"Makasih sayang," kata Bara yang langsung mandi.

Sedangkan Sela turun ke lantai bawah untuk menyiapkan makan malam Bara dan juga membuatkan air madu untuknya.

Setelah selesai Sela membawanya ke kamar agar Bara tidak perlu turun ke lantai bawah.

Ceklek

Bersamaan dengan itu Bara sudah selesai mandi dengan hanya mengenakan jubah mandinya.

"Sayang, ini makan malammu dan juga air madunya," kata Sela meletakkan di atas meja.

Bara tersenyum manis lalu memeluk Sela dari belakang.

Cup

"Makasih ya," kata Bara sembari mencium daun telinga Sela.

"Iya," Bara lalu memakannya di sofa sembari ditemani Sela.

Setelah selesai makan, Bara tak lupa meminum air madu hangatnya.

"Udah selesai, sekarang sini aku pijitin," kata Sela sembari menepuk pahanya untuk digunakan sebagai bantalan Bara.

Bara tersipu malu hingga memalingkan wajahnya, tapi menurut saja yang diperintahkan oleh Sela.

Ia berbaring di paha Sela dengan nyaman lalu Sela memijit pelan kepala Bara agar lebih rileks.

"Pasti capek banget seharian kerja di kantor, apalagi natap komputer lama banget bikin mata panas," kata Sela sembari menempelkan mentimun di mata Bara.

Selesai mijit kepala Bara, Sela juga membersihkan wajah Bara untuk dimaskeri.

"Gimana enak enggak?" tanya Sela saat ia sudah memasang masker di wajah Bara dan tidak lupa mentimun yang menempel di kedua kelopak mata Bara.

"Enak banget sayang, pantesan kamu suka banget di salon," kata Bara membuat Sela tersenyum.

Mungkin karena kelelahan Bara tertidur di pangkuan Sela.

Sekitar jam 1 malam Bara terbangun karena merasa kedinginan.

"Astaga, bagaimana bisa ia tidur dengan posisi duduk begini," kaget Bara saat ia tertidur di pangkuan Sela sejak tadi.

Bara dengan pelan memindahkan Sela ke king size agar lebih nyaman, lalu mengatur suhu ruangan menjadi hangat.

Dengan pelan Bara menarik selimut untuk menyelimuti dirinya dan Sela, lalu ia memeluk Sela dari belakang dengan sangat erat.

"Terima kasih sayang," gumam Bara pelan tepatnya berbisik di telinga Sela lalu kembali tidur.

○○○

"Ko ayo buruan," teriak Agam saat El dan Dante lama sekali.

"Bentar napa sih, kaos kakinya hilang satu nih," kata Dante yang bingung mencari kaos kakinya.

"Pakai punya papa aja sana, keburu siang inihhh," kata El yany greget sama Dante yang bisa dibilang sangat lemot.

"Yah enggak mau ko, bentar aku tanya mama," kata Dante yang langsung berlari ke arah dapur.

Sedangkan yang lainnya masih manasin motor mereka setelah dicuci bersih oleh pak Asep.

Ya hari ini mereka akan melakukan sunmori.

Karena itu, mereka harus berangkat pagi- pagi sekali untuk bisa menikmati udara pagi yang sejuk ini.

"Dante ayo buruan," teriak Al yang sudah kesal hanya menunggu Dante aja.

"Iya- iya ko bentar, masih makai kaos kaki ini," teriak Dante yang terburu- buru memakai kaos kakinya.

"Ko kok warna biru kaos kakinya?" tanya Agam pada Dante.

"Iya minjem kaos kaki mama," kata Dante yang buru- buru naik di jok belakang Al.

"Ayo berangkat," teriak Dante dengan bersemangat membuat Al harus tahan selama membonceng Dante.

Pagi yang sangat sejuk ini memang pas untuk sunmori.

"Ko nanti berhenti bentar ya di minimarket beli minum," kata Dante yang berbicara sangat keras pada Al.

"Nanti aja kalau udah sampe," kata Al pelan sembari menikmati udara segar di pagi hari.

Setelah mereka menyusuri jalanan kota dengan damai tiba- tiba Dante melihat seorang ibu hamil di halte sedang sendirian.

"Ko ko berhenti ko," kata Dante sembari menepuk- nepuk bahu kokonya.

Al menepikan motornya membuat adik- adiknya ikut menepikan motornya.

"Kenapa ko?" tanya El saat Al dan Dante turun dan langsung menolong ibu hamil itu.

"Bu, apa anda akan melahirkan?" tanya Dante saat ibu meringis kesakitan sembari memegangi perutnya.

"Entahlah nak sepertinya perut ibu sedang kontraksi," kata ibu hamil itu sembari terus merintih kesakitan.

Mereka para lelaki bingung bagaimana caranya menolong ibu hamil ini, terlebih mereka tidak punya pengetahuan tentang hal ini.

Sedangkan di satu sisi Aqila dan Luna juga sedang menyusuri jalanan kota untuk pergi ke toko buku mencari beberapa buku untuk persiapan ujian bulan depan.

Aqila yang tadinya bersenandung ria berhenti saat melihat para prince SMA Alberta di halte bersama ibu hamil.

"Eh Lun liat deh, itu Al kan?" tanya Aqila pada Luna.

"Iya La, mereka ngapain berkerumun di halte?" gumam Luna saat melihat mereka di halte.

Tanpa pikir panjang Aqila langsung menepikan motornya dan menghampiri mereka.

"Kalian lagi ngapain?" tanya Aqila membuat mereka semua menoleh.

Luna membungkam mulutnya saat melihat ibu hamil yang merintih kesakitan.

"Astaga, apa ibu akan melahirkan?" tanya Luna yang langsung berjongkok untuk melihat ibu hamil itu.

"Kenapa kalian enggak cari bantuan?" kata Luna memarahi mereka semua saat hanya diam dan menatap ibu hamil itu.

"Kita bawa motor masak iya ibunya kita bonceng, entar kalau ibunya lahiran di atas motor gimana?" tanya Dante saat Luna memarahinya.

"Tunggu apalagi buruan cari bantuan, cari mobil kek atau bus gitu," kini giliran Aqila yang memarahi Dante.

"Kan lo petugas PMR, masak enggak bisa nolongin ibu hamil?" tanya Dante pada Aqila.

"Di sekolah enggak diajarin caranya bantu ibu persalinan bego, adanya cara pertolongan pertama buat korban kecelakaan," kata Aqila yang kini malah bertengkar dengan Dante.

"Kalian berdua daripada ribut mending cari bantuan," bentak Al membuat Dante dan Aqila langsung pergi mencari rentalan mobil karena jam segini bus masih belum lewat.

"Bu sabar ya, kita masih cari bantuan," kata Luna mencoba menenangkan ibu hamil itu sembari menggenggam erat tangan ibunya.

Al diam- diam memperhatikan Luna yang begitu paham pada seseorang yang membutuhkan perhatian.

Tapi secepat kilat ia langsung mengalihkan tatapannya sebelum Luna melihat.

"Ko ayo naik," teriak Dante saat mereka menemukan rentalan mobil.

"Tolong dong angkat ibunya ke mobil," kata Luna sembari melepaskan genggaman tangan ibunya.

Mereka langsung mengangkat ibu itu ke dalam mobil.

"Biar kita aja yang nganter ke rumah sakit, kalian bisa bawa motor kalau mau ikut," kata Al pada adik- adiknya.

"Ya ko," jawab mereka serempak.

Akhirnya Al Dante Luna dan Aqila yang mengantarkan ibu itu ke rumah sakit.

Al yang menyetir mobilnya dan Luna duduk di sampingnya.

Sedangkan Aqila dan Dante di belakang untuk mendampingi ibunya.

"Ayo ko buruan jalan," kata Dante membuat Al berdecak kesal dan langsung melajukan mobilnya.

"Bu tenang ya, kita akan ke rumah sakit," kata Aqila mencoba menenangkan ibu itu.

"Aduh nak ibu udah enggak tahan, sakit bangetttt ini," kata ibu itu sembari menarik rambut Dante.

"Masak iya sih lo tahunya cuma bilang tenang ya bu, tenang ya bu, enggak ada cara lain apa buat nenangin ibunya," kata Dante sembari menahan rasa sakit di kepalanya.

"Emang di sekolah enggak diajari caranya bantu persalinan bego, kenapa lo ribet amat sih," sewot Aqila saat Dante terus bertanya tentang cara persalinan padanya mentang- mentang Aqila anggota PMR.

"Aduh bu, kalau sepanjang jalan ibu narik rambut saya, yang ada botak saya sampai rumah sakit nanti," kata Dante yang meringis kesakitan saat ibu itu terus menjambak Dante.

.

.

Akhirnya mereka bisa mengantarkan ibu itu hingga ke rumah sakit.

Dan persalinan sedang berjalan sejak 15 menit yang lalu.

Kini mereka sedang menunggu suami ibu itu datang.

"Nak bagaimana keadaan istri saya?" tanya seorang bapak yang datang dengan tergopoh- gopoh dan bertanya pada Al.

"Istri bapak masih di dalam, kita tunggu aja di sini," kata Al pada bapak itu sembari mengajaknya duduk.

Al memberikan bapak itu sebotol air putih agar lebih tenang.

Luna yang melihat hal itu merasa begitu sejuk dalam hatinya.

Meski sikap ia dingin, namun hatinya bisa selembut itu.

Cenger

"Syukurlah bayiku lahir," sorak bapak itu senang dan langsung bersimpuh di lantai menangis karena bahagia.

"Selamat ya pak, anaknya udah lahir," kata Dante pada bapak itu.

"Makasih banyak ya nak sudah menolong istri saya hingga membawanya kemari, terima kasih banyak," kata bapak itu berterima kasih pada mereka semua.

"Iya pak sama- sama. Lain kali jaga baik- baik istri bapak, jangan biarkan dia sendiri disaat hamil," kata Luna yang terdengar sangat merdu sekali di telinga siapapun yang mendengarnya saat ia memberikan nasihat itu.

"Iya nak, tadi bapak masih kerja dan tidak tahu jika ia keluar," kata bapak itu.

Mereka lalu pamit untuk pulang karena telah selesai.

Sedangkan bapak itu sedang berbahagia sekali saat ini melihat bayinya lahir dengan selamat.

Terpopuler

Comments

siti homsatun

siti homsatun

😀😀😀jd ngakak sendiri bacanya thor masa Dante pake kaos kaki nya mama Sela ...

2021-08-30

0

Vivy wang

Vivy wang

Hadir thor.. Semangat ya

2021-08-24

0

Herlinda

Herlinda

kusyukaaa ceritanya thor...semangaaattt💙💙💙💙💙💙

2021-07-28

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!