bab 4-

"Thara?"

Thara menarik sudut bibirnya. Rupanya sejak kedatangan Ayaz, wanita itu sudah bangun. Hanya saja dia memilih berpura-pura tidur. Namun saat Ayaz membenahi tubuhnya, Thara merasa Ayaz sedang menginginkannya.

"Kamu mau minta jatah?"

Alis Ayaz berkerut. Matanya menatap dingin wanita yang kini berjarak sangat dekat dengannya.

"Sebaiknya kamu mandi. Kita akan sholat berjamaah."

Thara melepaskan cengkramannya. Membuang wajahnya sembari mendengus kesal. "Nggak ah. Kamu aja. Aku capek."

"Bersihkan badan kamu sekarang dan bersiaplah untuk sholat. Ini perintah!"

"Cih, arogan banget sih jadi laki! baru juga sehari udah main perintah aja."

"Cepat mandi, Thara." Ayaz masih berucap pelan. Namun Thara tau bahwa suaminya sedang berusaha menahan amarahnya.

"Ck, iya-iya cerewet ih!"

Ayaz mengusap kasar wajahnya. Menghembuskan nafas berat memikirkan kejadian yang diluar dugaannya. Dalam waktu singkat ini dia sudah mengemban tanggung jawab yang begitu besar. Entah bagaimana cara dia menjalani ini, namun Ayaz mencoba menerimanya terlebih dahulu dan meminta petunjuk dari Tuhannya agar diberikan jalan terbaik.

****

THARA POV

"Ayaz, bajuku mana?"

"Untuk sementara pakai baju Mama dulu. Besok semua perlengkapan kamu akan dikirim."

Aku beneran kaget sama baju yang dikasih Ayaz. Kirain baju haram atau baju dinas malam. Eh... ini baju apa karung?

Nggak tau apa kalo akutuh kalo tidur paling risih pakek baju tebel gini. Astaga....

"Nggak mau ah, ini nggak muat. Badan aku kecil gini pakek baju Mama kamu berasa pakek sarung...!"

Aku melempar asal baju yang tadi sempet aku pegang.

"Kecil dari mana, Thara? baju Mama pas buat badan kamu yang berisi."

Baru sadar lo kalo badan aku berisi. Tapi kan tetep aja kalo pakek baju itu gak keliatan cantiknya akutuh...

"Pokoknya nggak mau. Aku pakek baju kamu dulu aja lah buat sementara."

Aku ngeliat Ayaz mengusap wajahnya. Kaca matanya yang tebal sedikit diangkat. Satu lagi yang bikin aku kesel. Kenapa Ayaz masih aja pakek kaca matanya saat mau tidur. Takut gak keliatan apa, pas lagi ngeraba badan aku!

Alamak otakku kok jadi gini sih?!

"Terserah. Kamu pilih aja sendiri dilemari. Setelah itu kita siap-siap sholat bareng."

Ayaz masuk kedalam kamar mandinya. Mungkin mau ambil wudhu atau apalah nggak tau ah. Aku lebih memilih buka lemarinya dan nyari baju yang pas.

Dan pilihanku jatuh pada kemeja garis-garis yang ukuran besar. Nah kalo ini bagus dibikin dress. Jadi tambah sexy kan akunya...

Biasanya abis mandi, aku langsung skincare an. Tapi aku lupa kalo aku dateng kesini nggak bawa apapun. Alias tangan kosong. Jadi terpaksa aku harus libur dulu merawat diri. Besok aku mau minta duit sama Ayaz buat beli semua kebutuhan aku. Dia kan udah jadi suami, ya jelas dia harus nafkahin aku dong.

Mataku langsung tertuju pada sosok yang baru aja keluar dari kamar mandi. Ayaz cuma pake handuk setengah badan dan tetesan air masih ngalir dibadanya. Rambutnya yang biasa tertata rapi, kini acakan, Waw.

Aku terperangah. Arrrr..... Oh My, sexy banget sumpah! bener kan kata aku, kalo kaca matanya dicopot gantengnya keliatan. Astaga... kalo inimah Viky kalah jauh.

Roti sobeknya ya ampun, gak kuat...

Ayaz berjalan kearahku. Alamak... jantungku berdegup kencang. Bakal jadi malam panas nih. Aduh, kok jadi deg-deg an ya. Kayak anak perawan aja.

Aku pikir dia mau meluk atau langsung aja nerkam kayak hewan buas. Tapi ternyata aku salah. Ayaz malah ngelewatin aku gitu aja. Bahkan nggak noleh sedikitpun, gila nih orang. Gak liat apa ada bidadari cantik gini yang udah siap di apa-apain.

Ayaz memakai bajunya. Dan aku cuma ngeliatin dia dari belakang. Sambil gigitin kuku, Sampai akhirnya dia selesai dan barulah matanya tertuju padaku.

"Kan aku bilang siap-siap mau sholat. Kenapa masih belum dipake mukenanya?"

Aku tersentak kaget. Oh iya, ya? kok aku lupa. Akibat kepala dipenuhi oleh pikiran kotor ya gini. Tapi disisi lain, akutuh males banget buat ngerjainnya. Aku juga lupa kapan terakhir kali sholat.

"Kamu aja kenapa sih. Aku belum siap," cicitku menatapnya dengan keluguan. Tapi sayangnya malah dibalas dengan tatapan tajam.

"Kapan siapnya? tunggu mati? emang kamu punya orang dalem buat masuk surga, iya?!"

Astaga... nggak nyangka aku Ayaz bisa ngomong kayak gitu. Tapi dia lucu juga, aku pikir kaku kayak orang tolol.

"Bukannya belum siap sih, tapi aku lupa sama bacaannya... "

"Ikutin aja apa yang saya baca. Setelah itu saya akan ajarkan kamu."

Skak mat! nggak ada alasan lagi buat aku nolak. Dengan sangat terpaksa aku meraih mukena yang udah dia siapin. Memasangnya dan berdiri dibelakangnya sebagai makmum.

Terserahlah, dia tadi bilang ngikutin aja.

"ALLAHHU AKBAR."

Ayaz sudah memulai sholatnya. Aku langsung ngikutin dari belakang. Tadinya aku pengen duduk aja sampai sholat kami selesai. Lagian juga Ayaz nggak bakal tahu karena aku dibelakang.

Tapi hal itu aku urungkan. Saat mendengar lantunan ayat suci Al-Quran keluar dari mulutnya.

Jantungku berdebar. Aku menatapnya...

Nggak. Lebih tepatnya aku terkesima.

Merdu.

Indah.

Dan menenangkan...

Astaga, aku terhanyut dalam keindahan suaranya. Air mataku menetes dengan sendirinya. Entah karena suaranya yang indah atau bacaannya yang mengingatkanku pada sang pencipta.

Demi apapun aku ngerasa waktu seakan terhenti. Duniaku seakan dikelilingi oleh ayat suci itu. Seakan mereka kini sedang membisikkan sesuatu padaku. Entahlah... rasanya begitu syahdu.

Hatiku bergetar. Aku mengikuti setiap gerakkannya. Sampai akhirnya...

"Assalamu'alaikum Warahmatullah.... "

Sholat telah selesai. Menyisahkan buliran bening yang mulai mengering dari pipiku. Aku mengusapnya.

Dan kini...

Ayaz mendekatiku, memegang kepalaku. Tepatnya dibagian ubun-ubun. Aku hanya pasrah menerimanya. Meski berbagai pertanyaan berlintasan dibenakku tapi aku lebih memilih bungkam.

"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih.”

(Ya Allah, sesungguhnya aku mohon-Mu memperbaiki diri dan kepada yang Engkau tentukan sendiri. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang engkau tetapkan atas dirinya.)

Ayaz membacakan doa. Entah apa maksudnya, aku sendiri nggak ngerti. Hal yang membuatku yakin, nggak mungkin Ayaz hanya sekedar komat kamit nggak jelas. Karena aku nggak sedang kerasukan jin

Aku sedikit menunduk. Saat dia selesai dengan bacaannya, aku kembali mengangkat wajahku. Menatap kedalam matanya yang begitu indah.

Sekilas, aku benar-benar mengagumi orang ini. Dia tampan, dia sholeh dia baik. Tapi sayang punya bini kayak aku, hahah...

Entah sampai kapan pernikahan ini akan tetap berlanjut. Aku juga nggak maksa Ayaz untuk mempertahankan pernikahan ini. Karena aku sadar aku nggak pantes buat dia. Tapi untuk saat ini, aku lagi butuh orang sebagai bahu untuk bersandar. Setelah kepergian Papi. Aku nggak punya siapapun lagi.

Dan Viky...

Aku nggak yakin tuh cowok bakal ada buat aku di saat aku terpuruk. Aku bahkan masih ingat saat ibuku meninggal. Bukannya dateng ke pemakaman, dia malah asik klabing sama temen-temennya.

Dan bodohnya aku malah masih aja mempertahankan dia sampai saat ini.

Ternyata benar, cinta adalah pembodohan. Dan pembodohan itu nyata...

Terpopuler

Comments

Surati

Surati

semoga thara cpt sadarnya

2022-11-07

0

Irmayanti Reci

Irmayanti Reci

boom like n vote jg udh

2021-08-29

0

FarAh kHan

FarAh kHan

amit2 lah punya istri n mantu kyak Thara udh jal... ga punya etika n g ad akhlak udh pket komplit

2021-08-18

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!