Bab 1 Awal pertemuan

AYAZ POV

Saat berbincang dengan Pak Surya. Rasanya aneh sekali tiba-tiba seorang wanita nyelonong masuk begitu saja tanpa mengucapkan salam. Aku tidak pernah tahu dengan anak Pak Surya. Karena ini adalah kali pertamanya aku menemui Pak Surya langsung dirumahnya. Selama ini kami hanya ketemuan diluar.

Memang selama ini Pak Surya sering membujukku untuk datang ke rumahnya. Sekedar bersilaturahmi dan berkenalan dengan anaknya. Aku sendiri bingung, kenapa dia begitu gencar memperkenalkan aku pada anaknya. Karena kesibukanku dalam karir yang baru saja aku jalani, aku tidak bisa memenuhi keinginannya. Dan pada saat aku mendengar kabar dia sakit, aku langsung merasa tidak enak dan segera menjenguknya.

Dan disinilah aku sekarang. Duduk diruang tamu berbincang dengannya dan tiba-tiba saja wanita dengan pakaian yang....

Ah entahlah. Bahkan menurutku itu tidak pantas disebut sebagai pakaian. Terlalu terbuka, dan aku segera menundukkan pandanganku. Astagfirullah...

Meski aku tidak sedang menatapnya. Tapi aku tahu, wanita ini sedang memperhatikanku dengan seksama. Entah apa yang dia pikirkan. Itu cukup mengganggu.

"Thara, Papi bicara sama kamu!" suara Pak Surya terdengar keras. Dan wanita ini langsung terkejut kemudian berdecak kesal. Ya Allah, bisa-bisanya dia bersikap seperti itu dengan orang tuanya.

"Ck, Papi nggak bosen apa marah-marah terus. Kesehatan Papi tu harus dijaga. Siapa yang bakal jaga Thara kalo Papi gak ada!"

"Papi seperti ini juga karena kamu, Thara. Papi capek sama kelakuan kamu yang kayak begini. Lihat jam berapa sekarang?! Kemana aja kamu semaleman, hah!!"

"Thara kan ulang tahun Pi... Ya Thara ngadain pesta lah diluar."

Aku mencoba tidak begitu peduli dengan perdebatan antara ayah dan anak ini. Biarlah mereka menyelesaikan urusan mereka. Saat aku hendak pamit untuk pulang. Tiba-tiba Pak Surya memanggilku.

"Ayaz, maaf pertemuan kita jadi seperti ini. Saya hanya ingin memperkenalkan pada kamu. Inilah anak saya yang bernama Thara. Dan Thara, ini Ayaz Mahendra."

Aku mengangguk kaku. Dan tiba-tiba saja wanita yang bernama Thara ini syok mendengarnya. Aku sendiri bingung, kenapa memang?

"Anjir... Jadi kamu yang namanya, Ayaz? Ayaz Mahendra? Oh My God! Kamu tahu nggak sih. Gara-gara kamu, akutuh jadi sering banget dibanding-bandingin sama papi dari dulu sampe sekarang. Papi bilang, aku harus rajin seperti Ayaz, aku harus baik seperti Ayaz, aku harus sopan seperti Ayaz. Dan kamu mau tahu apa yang bikin aku kesel dan rasanya kepala ini mau pecah?!"

Aku hanya mengernyit heran. Thara bicara dengan sarkasnya. Namun aku tahu bahwa dia tidak bermaksud menyinggungku. Dia bahkan memegang kepalanya untuk menunjukan ekspresinya.

Dan disisi lain, aku melihat Pak Surya malah mengusap wajahnya. Dia begitu gusar.

"Aku di suruh nyari suami macam kamu, Ayaz... Oh no! Sampe-sampe Papi pernah bilang mau jodohin kita. Konyol, kan?!"

Aku tidak bersuara sedikitpun. Hanya menatapnya sekilas lalu membuang wajahku. Yah, dia benar. Konyol memang kalau Pak Surya ingin menjodohkan kami. Tapi aku juga berpikir mungkin Pak Surya hanya bercanda. Dia tidak serius dalam ucapannya.

"Tapi kamu tenang aja. Aku udah punya pacar, kok. Dan aku yakin, cowok kayak kamu mana mau lah sama aku. Papi bilang kamu alim dan kental banget mendalami agama. Sedangkan aku... kamu udah bisa nilai sendiri. Kita berdua nggak akan pernah cocok."

Aku hanya mengangguk seolah setuju dengan yang dia katakan. Dan hal itu malah membuatnya tertawa keras.

"Hahah. Aku suka sama gaya kamu yang kalem. Aku harap kita bisa ketemu lagi biarpun cuma sekedar teman."

Thara segera pergi setelah mengatakan hal itu. Dan aku juga langsung berpamitan untuk pulang. Aku bisa melihat dari tatapannya, Pak Surya seakan tidak rela dengan kepergianku. Entah apa maksud lain dari tatapan itu. Aku hanya berharap semoga hubungan antara dirinya dan juga anaknya akan baik-baik saja.

****

THARA POV

Demi apa coba, tadi aku lihat ekspresi si Ayaz. Gemesin banget!

Dia cuma ngangguk kaku. Diem, tapi tetep cool abis. Setelah sekian lama, akhirnya aku tahu siapa cowok yang bernama Ayaz Mahendra itu. Cowok kebanggaan Papi yang katanya layak jadi suami aku. Cih! Gak sudi aku nikah sama dia. Culun. Kuno. Tapi kalo dia lepas kaca matanya, mungkin aku bakal pikir-pikir lagi.

Bye the way... Viky mana yah? Kok tumben gak langsung nelpon, pas ditinggal sendirian. Mati, apa tuh orang?!

Dah lah, mending aku siap-siap kerja. Cari duit buat seneng-seneng ntar malem.

Baru aja keluar kamar. Eh, Papi udah berdiri didepan pintu. Hem... Mau kotbah lagi pasti nih orang!

"Papi mau ngomong sama kamu!"

"Ngomong apa, sih Pi. Thara udah hampir telat. Apa kata para karyawan lain coba, kalo aku dateng telat terus."

Hilih. Sok banget akutuh. Padahal emang setiap harinya aku dateng telat. Ya bodo lah. Mau dateng jam berapa juga terserah aku.

"Papi ingin kamu menikah dengan Ayaz. Papi takut saat Papi pergi nanti. Nggak ada yang bisa jaga kamu."

"Aduh Pi. Kan ada Viky. Thara bentar lagi nikahnya sama Viky loh Pi. Emang Papi mau kemana?"

"Laki-laki macam itu tidak akan bisa menjaga kamu dengan baik, Nak. Percayalah dia tidak akan mampu mendidik kamu dengan benar. Papi ingin melakukan yang terbaik untuk kamu dengan menikahi Ayaz. Supaya Papi bisa pergi dengan tenang."

Kok aku jadi sedih sih. Emang sih Viky gak pernah ada kepastian kapan mau nikahin aku. Tapi kenapa Papi ngomong seolah mau ninggalin aku selamanya gitu...

Serem banget.

"Emangnya Ayaz mau nikah sama Thara? Kalo dia tahu siapa Thara sebenarnya. Thara yakin dia bakal kabur, Pi. Gak ada yang mau nerima Thara selain Viky. Dan tolong Papi hargain dong pilihan Thara. Thara bahagianya cuma sama Viky."

"Itu hanya kebahagiaan sesaat. Kamu nggak tahu sifat laki-laki itu secara keseluruhan. Sedangkan Ayaz. Papi mengenal betul anak itu sejak dia masih sekolah di Al-Azhar. Dia-"

"Aduh Pi. Thara udah telat!"

Sebagai pelarian. Aku melangkah kaki seribu biar bisa lolos dari kotbah Papi. Dengan alesan telat, ya karena emang udah beneran telat.

Saat sampai di kantor. Pemandangan pertama yang aku liat, adalah. Si Viky dengan ganjennya godain cewek lain. Astaga... Nih orang emang ya! Mau minta di sleding kepalanya.

Kami emang satu kantor. Dan Viky sebagai asisten CEO. Sementara aku... cuma sekertaris biasa.

"Dasar cowok ganjen! semua cewek digodain. Gak sekalian anak kambing sana, lo cemek-cemek!"

Aku langsung masuk keruanganku. Membanting tas diatas meja. Tanpa memperdulikan Viky yang mengejarku dari belakang. Aku emang gak pernah paham sama sifat tuh orang. Bisa-bisanya dia kayak gitu tanpa mikirin perasaan aku. Dia pikir aku gak bisa apa ngelakuin hal yang sama.

"Baru dateng udah marah-marah. Nanti cantiknya ilang, loh." Aku mendengus mendengarnya. Dan dengan santainya nih orang malah meluk-meluk. Karena kesel, ya aku jauhin dengan kasar tangannya.

"Kamu tuh jadi cowok gak pernah berubah, ya? Didepan aku aja kamu kayak begitu, apalagi dibelakang aku! pernah gak sih kamu mikir sekali aja, gimana perasaan aku?!"

"Ck, Aku cuma main-main aja kok sayang. Kamu kok nanggepinnya serius gitu."

"Main, main aja terus sana! Seharian ini kepalaku udah mau pecah karena Papi. Dan sekarang kamu juga...?"

"Emangnya Papi kamu kenapa? kan biasanya kamu gak pernah nanggepin omongannya. Kenapa sekarang kamu jadi pusing?"

"Asal kamu tahu, ya... Papi mau jodohin aku sama cowok lain."

Terpopuler

Comments

Nursiah Nursi

Nursiah Nursi

thara udah g virjin ya...

2021-08-19

0

FarAh kHan

FarAh kHan

mudh2 cuma di dunia Halu yg punya anak kyak Thara

2021-08-18

2

Rini Nu Amoorea

Rini Nu Amoorea

Berarti tara udh gak prawan

2021-08-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!