Hati Yang Menetap

Sania terkejut saat bangun ia lihat jam beker menunjuk pada angka 07.03.Mamanya baru saja mengetuk pintu membangunkannya.

"Ya Tuhan aku kesiangan!!"teriaknya dan langsung berlari masuk kamar mandi.

Tak lama kemudian ia kembali dan mengganti baju seterusnya berdandan,ia keluar dengan muka masih panik.

Bu Nelis memanggilnya keruang makan,tampak Papanya asyik sarapan nasi goreng.

"Ayo sarapan dulu!"ajak Pak Rudi

Sania hanya mengambil roti yang telah diolesi selai stroberi kesukaannya,lalu ia menghabiskan segelas susu.

Bu Nelis menghampiri.

"Sepertinya kamu mau pergi,ini kan minggu!".

"Pelantikan ma,Sania kemarin bagian materi tari sekarang jaga pos ketiga!".

Sania mengelap bibirnya dengan tissue.

Bu Nelis merapikan rambut Sania.Anak bungsu yang paling dimanja,sekalipun sudah remaja Ia menganggap Sania masih perlu diurus dan diteliti gaya berpakaian dan dandannya,saking suka cuek terhadap diri sendiri.

"Hati-hati jaga diri baik-baik!"nasehat Papanya.

Sania kemudian mencium tangan Mama dan Papanya lalu tergesa keluar.

Terlihat motornya sudah dihidupkan,Sania tersenyum melihat kakaknya rajin itu dan begitu perhatian terhadapnya.

"Baik banget kak,makasih ya!!"Ia mencium kedua belah pipi kakaknya,lalu mengambil helm yang dipegang Kania.

"Hati-hati dijalan".Kania berseru saat adiknya mulai melaju kearah jalan.

Sania membalas dengan melambaikan tangannya.

***

Dengan kecepatan standar ia akhirnya nyampe juga.

Sania menyimpan motornya dihalaman parkir,masih teringat tadi malam yang pake motor ini adalah Riki,sedang ia menumpang naik mobil Adi bersama-sama Tami dan Lili,mereka baik banget.

Sania tersadar setelah sampai,Adi Nampak duduk dipinggiran taman depan gedung sambil asyik didepan layar handphonenya.

"Belum ada peserta yang datang?"tanya Sania setelah duduk disampingnya.

"Belum,mungkin masih di pos 2".

Nampak ia masih asyik ke layar handphonenya tanpa menoleh sedikitpun,sekilas Sania mengintip,ternyata Adi sedang bermain game Online yang lagi viral sekarang ini.

Sania terdiam ia pun asyik memperhatikan banyak orang yang berlalu lalang dijalan,ada yang berlalu lalang kemungkinan menuju kerkop,ada juga hanya jalan-jalan belanja dan pesan makanan di tiap gerobak dorong pinggir gedung.

"Kuliah dimana?"tiba-tiba Adi bertanya,rasa senang menyelinap di hati Sania,setidaknya ia diajak ngobrol lagi .

"Ikif,semester 6 ".Sania menoleh.

Adi pun ikut menoleh akhirnya dua mata beradu,ada yang berpasir di dada sania,entah rasa apa itu yang membuatnya tak karuan

"Kamu kuliah dimana?"Sania cepat berontak dari desiran hatinya.

"UNPAD komunikasi semester akhir".Nampak Adi masih menatapnya tapi hanya pandangan biasa,Sania merasa dirinya kegegeran dengan tatapan Adi.

"Enak dong".

"Sulit juga,sedang menyusun skripsi,kamu jurusan apa?"Tanyanya lagi

kemudian ia meluruskan kakinya di taman.

"Bahasa dan sastra Indonesia".

"Ingin jadi Guru?"Adi menatap tajam.

"E..mm tentu saja!"jawab Sania kikuk.

"Ibuku juga Guru,tapi aku tak berniat jadi Guru".Adi memasukkan handphone ke saku jaket yang semalam dipake Sania.

“Kenapa?ikut ayahmu ya?"Sania heran.

"Ayahku polisi,aku disuruh mereka mengikuti profesi diantara mereka,tapi aku pernah kabur untuk didaftarkan.mamaku marah aku dipaksakan masuk Unpad,melalui pamanku yang jadi rektor sana,sebenarnya aku tak menginginkan tapi pada akhirnya ya harus dinikmati juga.".

"Terus cita-citamu apa sebenarnya?".

"Aku ingin masuk kuliah jurusan seni,aku ingin menjadi seniman sejati seperti Riki,dia punya kemerdekaan berekspresi tanpa ada halangan siapapun,ia berani menopang hidupnya sendiri bahkan dibutuhkan banyak orang".

Adi terdiam sesaat,kemudian Ia mengambil sebatang rokok dari bungkusnya yang disimpan disampingnya sedari tadi,lalu menyulutnya perlahan sepertinya ia memang perokok berat,terlihat begitu slalu menikmatinya.

"Sulit untukku memperdalam seni,aku hanya bisa berekspresi bila libur dari kampus untuk sementara waktu.mamaku melarang keras aku masuk seni,katanya seniman itu adalah pengangguran,yang didalamnya adalah orang-orang malas.padahal tidak seperti itu.keluargamu bagaimana?".

Sania yang sedari tadi termangu mendengarkan cerita Adi,agak terkejut.

"Kedua orang tuaku guru,ayah Guru SMA.ibuku guru SD,tentunya bukan karena suruhan mereka aku harus jadi guru,ini murni kemauanku,sebelum masuk kuliah aku dan kakakku ditanya dulu kemana minat masing-masing,hanya kakakku yang berbeda ia lebih memilih kuliah farmasi,dan sekarang ia telah menjadi apoteker,sekaligus calon istri seorang tentara".ujar Sania.

"Keluarga yang demokratis!!"

Tiba-tiba obrolan mereka terhenti,setelah datang sekelompok remaja dengan pakaian yang agak norak,wajah yang dibikin lucu oleh para panitia membuat mereka seperti orang yang tidak sehat alias gila..

Adi berdiri dan menyuruh peserta untuk membuat barisan.

Sania hanya senyum-senyum melihat peserta yang dikerjain Adi,Ia hanya mengecek peserta yang hadir,setelah itu bergiliran mereka pergi kelompok lainpun datang.

Ia merasa obrolan tadi masih membekas,semakin terwujudlah rasa simpati pada dirinya,sosok yang selama ini tak pernah ia bayangkan,dan belum pernah ia alami rasa jatuh cinta yang pertama kalinya ia rasakan,Sania menyukai Adi.mulailah tumbuh benih-benih cinta yang membentuk sebongkah impian untuk memiliki.

Adi menjadi kemilau,seperti bongkahan indah yang ingin ia raih,tapi silaunya masih membuatnya tak percaya diri.

Ku rindukan awan putih dalam pelukan langit

Ku rindukan tak terhingga sinarnya yang sempurna mentari

Biar ku raih sampai mabuk rasa rinduku

Menopang sunyi dalam hangatnya hari

Adi ooo.

***

Matahari tepat berada di atas kepala.

Pelantikan teater telah selesai,anggota baru telah lulus dengan uji mental,para panitia melepas lelah dibawah naungan pohon beringin diluar lapangan kerkop,mereka tengah asik mengobrol segala hal yang enak dibahas,kemungkinan besar tentang peristiwa melantik anggota baru dari kemarin hingga tadi pagi.

Sedang Sania dan Tami duduk bersama tak jauh dari sosok Adi yang begitu serius mengobrol dengan ketua Pembina Katumbiri,yang biasa dipanggil Eyang,sedang Sania terus asyik mencuri pandang kearah Adi yang tak menyadari jika ia tengah diperhatikan perempuan cantik di seberangnya.

Begitu detailnya Sania memperhatikannya ,dari ujung rambut hingga ujung kaki rasanya begitu penuh magnet yang menariknya untuk selalu menatap,dia tetep tampan meski dari kemarin bajunya tidak diganti,siapa tau tidak mandi juga,ah tapi bagi Sania peduli amat memikirkan hal itu.

"Emm..em!!"Tami.dehem panjang,ia sedari tadi memperhatikan tingkah Sania.

"Aah,ngagetin tau!!!"Sania

cemberut ia merasa terusik dalam dunia yang tengah dinikmatinya.

"Aku punya nomernya teh,jangan pura-pura,Tami juga tau kok hehe".

Sania tetep cemberut,tapi ia cepat berbisik.

"Jangan bilang-bilang loh!!"

Tami mengangguk meyakinkan,Sania kembali berbisik.

"Termasuk Riki juga,jempol kakimu juga ya!!".

Tami tergelak,ucapan Sania terdengar lucu baginya.hingga semua menoleh kearah mereka termasuk Adi.

"Aku mengerti,apalagi yang pertama ngerasain jatuh cinta!!"bisik Tami.

"Ada apa nih!"teriak Riki.

Sania mencubit paha Tami.

"Teteh..kok aku dicubit lagi,sakit!!"jeritnya sambil meringis.

Giliran Sania yang tertawa terbahak-bahak,sambil berlari karena Tami mengejarnya.

Riky menggelengkan kepalanya seperti bingung.akhirnya semua beralih perhatian kepada dua orang yang tengah berkejaran,

"Anak tk sedang bermain!!"seru Tomok,hingga memancing tawa semua.

Malu juga akhirnya Tami menyerah mengejar Sania yang tak bisa ia kejar,ia kembali menghampiri Riki,sedang sania terengah-engah lalu duduk di samping Adi yang ikut menertawakannya.

"Masa kecil kurang bahagia ya!!"celetuknya dengan senyuman paling manis sedunia.

Tidak sakit hati,malah ia terpesona dengan senyum diakhir kata itu,tapi ia segera menguasai keadaan.

huh..bahagia banget malah,ampe diulang hari ini hehe!!jawabnya.

"Lucu juga kamu!!"Adi tersenyum kembali.

Plak!!! kena jantung hati,ucapan manis,tatapan manis em..

Sania Geyer juga.rasanya ia pengen dengar terus kata-kata manis dari laki-laki itu hingga ribuan kali apalagi diselipkan kata-kata penuh cinta untuknya,emm lagi dan lagi..

"Kaya serius aja???"Sania menutup Geyer nya dengan canda.

"Aku jarang bohong sekali kali!!".balas Adi.

Mereka tergelak berbarengan..

Oh Adi!! Sania memegang pipinya sendiri yang terasa mendadak dingin kalau seandainya ia berkaca memerah kali.

Hai Raider...

Jangan Lupa Like,komentari,Favoritkan ya..

Terimakasih♥♥

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!