"Kau....” tunjuk Darren seketika rahangnya mengeras melihat Calista di sana.
Calista bangkit dari tempatnya, menatap Darren dengan takut. Tatapannya tajam seolah hendak mengulitinya hidup-hidup.
"Untuk apa kau kesini?!” sergah Darren marah.
"A–aku... Aku ingin berkunjung minta maaf pada Breana,” tutur Calista dengan gemetar. Hidup yang terbilang bak putri kerajaan tak pernah ia diperlakukan kejam atau di bentak siapapun. Dan kini ia berhadapan dengan seorang pria dingin bermata elang.
Darren tersenyum sinis, ia sebisa mungkin mengendalikan emosinya.
"Memang apa kesalahanmu?" tanya Darren dengan datar namun penuh tekanan. Bahkan dengusan rasa kesal dan marah pun terdengar.
"Namaku Calista... Aku orang yang....” Lidahnya kelu tak mampu meneruskan ucapannya, jantung berdetak lebih cepat melihat tatapan tajam Darren.
"Kau pembunuh itu! Kau wanita yang menyebabkan calon istriku meninggal!" ucap Darren dengan lantang pun mengejutkan Calista.
Calista memberanikan diri menatap Darren, ia menggelengkan kepalanya, entah kenapa hatinya begitu sakit dikatakan pembunuh. Ia merasa tidak terima namun ia tidak mempunyai bukti apapun.
"Tuan saya ingin minta maaf." Hanya itu yang dapat ia katakan saat ini.
"Maaf?" Darren memalingkan mukanya sembari mengulang perkataan Calista, dengan senyum sinis dan mengejek.
"Kau pikir dengan kau minta maaf nyawa calon istriku dapat kembali, tidak bukan,” sambungnya.
Ya, benar minta maaf pun tak dapat mengembalikan nyawa Breana kembali. Namun, Calista berharap dengan minta maaf ia tidak akan diliputi perasaan bersalah. Kini Calista kembali menunduk, menatap pusaran Breana yang masih terlihat basah.
"Kau benar-benar hebat setelah apa yang kau perbuat, kau bahkan dapat keluar dari penjara dengan mudah. Uang dan kekuasaan memang segalanya bahkan dapat membeli kepercayaan,” cibir Darren.
Glek!!
Calista menelan ludahnya dengan susah, perkataan Darren terdengar begitu tajam dan menusuk.
"Kalau begitu kau mau apa? Haruskah aku juga mengikuti jejak calon istrimu?" tanya Calista dengan nafas yang naik turun, ia memberanikan diri menatap Darren.
Deg!
'Mata itu? Aku sangat membencinya,’ gumam Darren mana kala ia tersentak begitu menyadari bola mata Calista yang begitu mirip dengan Breana.
"Mati adalah hukuman termudah untuk wanita seperti dirimu!” kata Darren lantang.
Calista memalingkan mukanya, tersenyum masam. ”Lalu?”
"Apa kau akan melakukan apapun untuk kesalahanmu?” tanya Darren mengintimidasi.
Calista mengangguk. "Iya,” jawabnya lirih pasrah.
"Kalau begitu berjanji dan bersumpah lah di atas makam Breana,” perintah Darren.
"Untuk apa?” sahut Calista bingung.
"Agar kau tak mengingkari janjimu," sambung Darren
"Baiklah, aku berjanji akan melakukan apapun. Agar kesalahanku dapat termaafkan," ucapnya Calista meletakkan tangannya di atas makam Breana.
Darren tersenyum sinis, "Dendamku akan dimulai.”
🌹🌹🌹
"Tuan ini rumah siapa?” tanya Calista saat Darren membawanya masuk ke rumah miliknya.
"Rumahku," jawab Darren datar.
"Lalu untuk apa kau membawaku kemari?” tanya Calista bingung.
Darren menatap tajam Calista membuat membuat wanita itu terdiam.
"Kau mau menebus kesalahanmu bukan?" tanya Darren dengan tajam saat keduanya sudah duduk di ruang tamu. Entah kenapa setiap kata yang keluar dari bibir pria itu membuat bulu-bulu halus Calista merinding.
"Iya Tuan.. Memangnya saya harus apa?" sahut Calista gugup.
Darren mengangguk, "Apa sebelumnya kau mendengar tentang berita pernikahanku, "
Calista menggeleng dia memang tipe wanita yang tidak suka mendengar hal-hal seperti itu.
"Sebenarnya satu minggu lagi hari pernikahan kami. Namun, karena Breana sudah tiada pernikahan itu batal," tutur Darren, mengingat nyawa Breana yang sudah tiada membuat emosi Darren memuncak, ia mengepalkan kedua tangannya menunggu reaksi wanita di depannya.
"Maaf Tuan... Saya benar-benar minta maaf,” cicit Calista menyesal.
Darren memalingkan mukanya, rasanya ia terlalu enggan untuk melihat wajah Calista di depannya kini.
"Saya akan melakukan apapun, asal Tuan mau memaafkan saya," sambungnya.
"Kalau begitu menikahlah denganku," ucapnya dengan cepat.
Calista menggeleng, "Tapi Tuan... Bagaimana mungkin. Kita bahkan tidak saling mengenal dan..."
"Mungkin, tidak ada yang mungkin. Ingat Nona kau bahkan sudah berjanji di atas makam calon istriku untuk melakukan apapun. Dan ku rasa kau tidak mungkin ingkar janji kan," seru Darren mendesak Calista.
Glek! Calista merasa seperti terjebak dengan ucapan dan janjinya sendiri. Andai waktu bisa di putar mundur Calista akan berfikir ulang tentang ucapannya tadi.
"Tuan.” Calista menatap Darren dengan tatapan mengiba.
'Hatiku sudah mati, dan tidak akan semudah itu tersentuh dengan tatapan melas wajahmu. Saat ini, hanya ada dendam yang membara dalam hatiku' gumam Darren.
🌹🌹🌹
Jangan lupa di tekan
Like
Komen
Hadiahnya
vote bagi yang punya
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
♥️💕 MomSha 🌹🌹💕❤️
lanjut
2021-10-04
0
Yunita Poetra Daus Pratama
Kasian Calista Terjebak Janjinya Sendiri😭😭😭😭
2021-09-11
1
yanti ryanti
lanjut kan thooorrr
2021-07-19
1