"Tidak!!”
"Bukan aku.”
"Aku tidak melakukan apapun.”
Calista terus meracau dalam tidurnya, terkadang ia akan menghentak-hentakkan kakinya. Terlihat keringat dingin membanjiri dahinya. Wanita itu terus berbicara sambil memberontak.
"Tidakkkkkkk!!” teriaknya, hingga ia terbangun dalam kondisi duduk. Nafasnya terlihat naik turun wajahnya pucat.
"Calista?” panggil Mona dan Aeron, mereka masuk ke dalam kamar putrinya karena mendengar teriakan Calista.
Mereka mendekati Calista, Mona duduk di pinggir ranjang Calista.
"Ibu.”
"Ibu di sini nak, ada apa kenapa kau teriak-teriak?" tanya Mona dengan cemas.
"Ya katakan sayang ada apa?” timpal Aeron yang tak kalah khawatirnya.
"Ayah, Ibu aku baik-baik saja. Hanya bermimpi buruk,” tutur Calista setelah ia berhasil menenangkan dirinya. Ia sama sekali tidak ingin membuat kedua orang tuanya khawatir.
Mona mengelus rambut Calista.” Maka berdo'alah nak sebelum tidur."
"Iya Ibu... Mungkin karena aku lupa."
"Ya sudah Ayah dan Ibu kembali ke kamar ya,” pamit Mona
Calista mengangguk sambil tersenyum, berusaha menutupi kegelisahan dan ketakutan yang ia rasa.
Sepeninggal Ayah dan Ibunya, Calista kembali membaringkan dirinya. Ia berusaha memejamkan matanya bayangan mimpi buruk itu kembali terlintas di kepalanya.
🌹🌹🌹
Usai sarapan bersama Ayah dan Ibunya, Calista kembali masuk ke kamarnya. Ia mengganti pakaiannya lalu mengambil tas miliknya.
Bunyi ketukan sandal dari tangga membuat Mona mengalihkan pandangannya, keningnya mengkerut mendapati putri tunggalnya sudah berpakaian rapi.
"Ibu apakah Ayah sudah berangkat ke kantor?" tanya Calista menghampiri Ibunya.
Mona meletakkan kembali secangkir tehnya. "Sudah."
"Kau mau kemana sayang? Rapi sekali,” sambungnya.
Calista tersenyum tipis. “Hari ini temanku mengajak bertemu, kami rindu untuk berbelanja bersama. Ibu bolehkah aku pergi,” pinta Calista dengan wajah memelas.
Ada guratan rasa khawatir di hati Mona mengingat tentang riwayat yang menimpa putrinya. Namun melihat wajah sendu putrinya ia tidak tega jika ia harus mengurungnya terus di rumah.
"Berapa lama sayang?" tanya Mona.
"Hanya sebentar, jika urusannya sudah selesai aku akan pulang.."
Mona mengangguk. "Baiklah pergilah. Tapi ingat kau harus-harus berhati-hati berkendara."
Calista menggeleng, "No Ibu. Aku akan pergi menggunakan taksi. Aku sudah memesan taksi ku rasa sudah sampai di depan. Ibu jangan khawatir."
"Baiklah, hati-hati ya..."
🌹🌹
"Bagaimana mungkin aku bertemu dengan temanku. Aku bahkan tidak tau setelah kejadian hal itu apakah masih ada yang sudi menjadi temanku,” gumam Calista, menatap lalu lintas jalanan yang cukup padat dari dalam taksi miliknya.
Menghela nafasnya Calista menyandarkan badannya ke kursi, mengenyahkan segala pikiran buruknya. Hingga ia merasakan taksi yang ia tumpangi berhenti.
"Nona, kita sudah sampai di tujuan," seru sopir taksi.
Calista tersenyum tipis di balik masker yang ia kenakan di wajahnya, membuka tas miliknya lalu mengeluarkan beberapa lembar uang miliknya, lalu memberikannya pada sopir itu.
"Nona ini terlalu banyak,” ujar sopir taksi yang sudah berusia paruh baya, melihat wajahnya Calista jadi mengingat seorang tukang kebun di rumahnya.
Calista menggeleng, "Anggap saja ini rejeki untuk bapak, terimakasih sudah mengantar saya sampai tujuan."
Calista keluar dari taksi, setelah membujuk sopir untuk menerima uangnya.
'Kau wanita yang baik Nona, hatimu sangat mulia. Semoga hidupmu selalu di kelilingi kebaikan,' gumam sopir itu.
Calista menghentikan langkah di depan papan nama pemakaman. Ia membaca sekilas untuk memastikan jika ia tidak salah tempat.
Kemudian ia kembali melangkahkan kakinya masuk, mata dan kakinya bergerak mencari sesuatu. Hingga ekor matanya berhenti pada salah satu pemakaman baru.
Ia melangkahkan kakinya mendekati makam itu nissan itu tertuliskan nama BREANA. Tampak di sana masih banyak taburan bunga yang baru, sepertinya ada seseorang yang setiap hari mengunjungi makamnya. Membaca namanya, membuat Calista kembali merasakan perasaan bersalah. Ia tidak menduga jika wanita itu akan berakhir di sini.
Calista mendudukan dirinya di sebelah makam Breana, membuka maskernya, dengan tangan gemetar ia mengulurkan tangannya untuk membelai nissan Breana.
"Maaf.” Dengan bibir bergetar Calista mengucapkan nama itu.
"Aku harus apa Bre agar aku bisa menebus perasaan bersalahku. Kita tidak saling mengenal satu sama lain sebelumnya, tapi aku merasa sangat tersiksa dengan perasaan bersalahku ini. Haruskah aku mengikuti jejakmu meninggalkan dunia ini, agar kau mau memaafkanku," ucap Calista perlahan air matanya mulai mengalir dari sudut kedua matanya.
Calista menggeleng, "Tidak Bre, aku masih mempunyai kedua orang tua. Bagaimana aku bisa meninggalkan mereka. Aku harus apa Bre. Tolong beritahu aku?” Calista mengusap kedua matanya yang basah, wanita itu kembali menunduk memegang dadanya yang tampak sesak.
Terdengar suara sepasang kaki mendekat, "Siapa kamu?!" Suara bariton terdengar tajam dan menusuk menyusup masuk ke dalam indra pendengaran Calista.
Seketika Calista mendongakkan wajahnya, tatapan keduanya bertemu.
"Kau?” tunjuk Darren seketika rahangnya mengeras melihat Calista berada di sana.
🌹🌹🌹
Novel ini masih tahap revisi typo ya. Bagi yang baca karena statusnya udah tamat. Mohon tetap tinggalkan jejak likenya ya. Thank you.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
♥️💕 MomSha 🌹🌹💕❤️
kejadian kecelakaannya gimana yah?ko calista merasa bersalah gitu? apa mobil mereka bertabrakan?
2021-10-04
0
Yunita Poetra Daus Pratama
Calista Perempuan yg Baik Dia nggk mungkin Mencelakai Berani Ini Pasti Salah Paham,😫😫😫
2021-09-11
1
💐Komala Tuti Sari💐
ketemu.... 😨😨😨😨
2021-08-18
1