Keesokan harinya, Rachel bangun pagi seperti biasanya dan melakukan aktivitasnya seperti biasa, setelah selesai dengan segala keperluannya ia berangkat ke sekolah melewati pintu belakang seperti hari-hari sebelumnya dan tujuannya agar bisa bersembunyi dari mamahnya.
Saat ia melewati dapur ternyata Dena juga sedang berada disana membuat Rachel buru-buru keluar tapi semua itu terlambat, Dena melihat gadis itu yang berjalan dengan terburu-buru. Ia berusaha menahan mulutnya agar tidak berbicara tapi refleks saja ia mengeluarkan suara seperti seseorang yang sedang ketakutan.
" kamu..." ucapnya dengan suara yang bergetar Rachel yang mendengarnya spontan berdiri tegang saat tau bahwa sang ibu melihatnya.
" ma-maaf..." ucap Rachel tanpa berbalik dengan suara yang bergetar hebat menandakan ia sedang ketakutan.
Dena berjalan dengan cepat ke arah gadis itu seperti orang yang kesetanan, Rachel juga tidak bisa bergerak seolah ia sedang diikat. Ia sudah pasrah menerima apa yang akan terjadi nanti.
" kenapa kamu disini!! seharusnya kamu sudah mati!!!" kata-kata itu sangat menohok hati gadis itu tapi ia berusaha kuat dengan tubuh yang bergetar ketakutan.
Bukan ia takut tanpa alasan, tapi setiap kali Dena melihatnya, ia selalu mendapatkan siksaan yang luar biasa dari wanita itu.
" ma-af kan s-saya" ucap Rachel dengan suara yang hampir tak terdengar.
Dena meraih rambut panjang gadis itu lalu menjambaknya dengan sekuat tenaga membuat Rachel terhuyung.
" a-ampun, sa-kitt" ucapnya dengan air mata yang bersarang Dimata bulatnya.
" tidak akan! kamu harus mati!!"
Plaakk plakkk plakkk
Dena menampar pipi Rachel berulang kali hingga membuat sudut bibirnya berdarah.
" sa-kitt" ucap Rachel dengan air mata yang mengalir deras.
Sungguh sangat sakit saat merasakan penyiksaan dari ibu kandungnya sendiri.
" sakit?! kamu bilang sakit?!! hati saya lebih sakit saat melihatmu sialan!!"
Dena menarik rambut Rachel dan membenturkan kepala gadis itu di sudut meja makan hingga membuatnya berdarah. " ssak-kit hikss" Rachel merasa dahinya tertikam sesuatu dan ia melihat lantai ternyata darah segar menetes membasahi lantai itu.
"da-rah.." Dena baru menyadari ternyata dirinya telah berbuat sesuatu pada gadis itu, hatinya sakit melihat perbuatannya sendiri pada gadis itu. Ia ingin berdamai dengan hatinya tapi semua itu tidak bisa, luka itu sudah sangat dalam dan ingatan itu tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya apalagi Rachel lah yang menjadi bekasnya.
Ia juga tidak mau berbuat seperti ini pada putrinya, bagaimanapun Rachel lahir dari rahimnya. Tapi seolah ada sesuatu yang mendorongnya untuk melukai Rachel setiap kali melihat gadis itu.
" Mamah!" teriak Alan yang melihat ibunya masih terkejut dan Rachel yang terbaring di lantai dengan darah yang terus mengalir di dahinya.
Pada saat yang bersamaan, Adrian datang dan begitu terkejut melihat pemandangan itu. Dena menghampiri anak dan suaminya yang masih terkejut dengan tubuhnya yang bergetar. "pah, Alan...mamah..mamah sudah...dia.." Dena tak tau harus bicara apa. Ia tau Anak dan suaminya membenci Rachel tapi ia merasa sakit melihat putrinya dalam keadaan seperti itu dan itu juga hasil perbuatannya.
" mama berdosa! mamah bodoh! mama jahat!! mamah jahat!! hikss hiksss"! ucap Dena yang sudah luruh dilantai sambil menangis dan terus menarik rambutnya seperti orang stress.
Adrian memeluk istrinya begitu erat. "mama tidak salah, sudah seharusnya dia menanggung itu.." ucap Adrian penuh dendam lalu membopong istrinya kekamar dan segera memanggil dokter psikiater yang menangani istrinya selama belasan tahun ini.
Alan yang masih terkejut, tidak tau harus berbuat apa. Ia memang sudah mengetahui semua tentang ibunya bahkan sudah pernah melihat ibunya berteriak-teriak tapi tidak separah ini juga. Dan ia juga berpikir bahwa ibunya sudah sedikit berubah dan mau menerima Rachel walau sedikit saja.
" Ya Tuhan!!" teriak bibik Sari yang baru memasuki dapur.
Alan yang masih terkejut dibuat makin terkejut, barulah dirinya tersadar jika Rachel sedang tidak baik-baik saja. Dengan cepat ia berlari ke arah Rachel yang sudah tidak sadarkan diri itu.
" kenapa bisa seperti ini.." ucap bibik terisak.
Ia menghampiri gadis yang sudah dianggap putrinya itu. "Nak bangunn"
Alan menggendong tubuh lemah Rachel lalu membawanya ke mobil diikuti oleh bibik Sari.
" bik tolong jaga Rachel dibelakang yah" bibik mengangguk dan masuk ke mobil mangku kepala Rachel yang berdarah.
Alan masuk kedalam mobilnya dan mengendarainya dengan kecepatan tinggi, tak lama kemudian mereka sudah tiba dirumah sakit. Dengan tergesa Alan mengeluarkan tubuh adiknya dari kursi penumpang dan menggendongnya kedalam rumah sakit. Tiba di loby ia meminta bantuan para suster dan dengan sigap datanglah beberapa orang suster dengan mendorong brankar.
Alan meletakkan tubuh lemah Rachel diatas brankar lalu beberapa orang suster mendorongnya dengan di ikuti olehnya dan bik Sari.
...----------------...
" bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya Adrian pada seorang dokter wanita yang merawat Dena.
" Ibu Dena harus menjalani Hipnoterapi maksimal dua sampai empat kali, kita harus mencoba cara ini pak dan memerlukan waktu sekitar dua sampai empat jam dan pikiran ibu harus rileks" jelas sang dokter.
" apapun silahkan lakukan dok, yang penting istri saya bisa sembuh" ucap Adrian penuh harap.
" itu sudah tugas kami pak" jawab dokter sambil tersenyum.
Dokter Rina, adalah nama dokter ini. Ia yang sudah merawat Dena sejak dua belas tahun yang lalu. Pada saat itu, kondisi Dena benar-benar seperti orang gila bahkan sempat dirawat dirumah sakit jiwa dua tahun lamanya sampai kondisinya sedikit membaik. Pada saat itu Rachel yang masih bayi, di urus oleh bik Sari yang merupakan pembantu pertama dirumah itu.
Saat Dena pulang dari rumah sakit, ia mulai di rawat oleh Dokter Rina hingga sekarang kondisinya yang sudah tujuh puluh lima persen sembuh.
" terimakasih dok, anda sudah banyak berjasa atas kesembuhan istri saya" ucap Adrian pada dokter Rina.
" sama-sama pak, itu sudah menjadi tugas saya" dokter Rina tersenyum.
" kalau begitu saya pamit dulu pak, kalau ada sesuatu silahkan hubungi saya" ucap dokter Rina lagi.
" pasti dok, sekali lagi terimakasih atas kerjasamanya"
Dokter Rina membungkukkan sedikit tubuhnya memberi hormat setelah itu ia pamit pulang.
Adrian menatap istrinya dengan iba, sama halnya dengan Dena, ia mencoba berdamai dengan pikirannya dan mencoba menerima Rachel sebagai putrinya tapi bagaimana bisa jika sumber kebenciannya adalah bekas yang ditinggalkan lewat Rachel.
" maafkan aku.." lirihnya entah untuk siapa tapi tercetak jelas kesedihan dimatanya.
" papah.." panggil Dena pelan membuat Adrian menoleh dengan wajah yang tersenyum sumringah.
Bahagian rasanya melihat sang istri yang sudah tenang seperti semula. " bagaimana keadaan kamu sayang? "
" gadis itu..bagaimana keadaannya? "lirih Dena dengan air mata yang meleleh di sudut matanya.
Sungguh berat rasanya jika mengakui gadis itu sebagai putrinya.
...TO BE CONTINUED...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Aneisha Adisty
😭
2022-07-19
0
nu nu
mamanya streess ya🙄
2022-06-24
1
Hj Silviana Astuti Sh
anak ga salah..ga minta dilahirkan jg...jngan kejam kasihannlah
2022-03-08
0