Chapter 2 : Start Line

Di sepanjang lorong sebuah gedung besar berdesain klasik yang khas dengan dinding coklat dan jendela besar di sepanjang koridor, serta karpet merah yang menjalar di sepanjang koridor bergema dentingan permainan piano klasik dari sebuah ruangan bertulis ‘ruang musik’ di ujung koridor dengan warna pintu yang selaras dengan dinding sedikit terbuka.

Jari-jarinya yang putih pucat itu nampak lugas ketika menekan tuts piano dan menghasilkan melodi yang sangat indah ketika melewati telinga.

Surai keemasannya sangat berkilau ketika disirami oleh cahaya matahari sore yang masih bersinar terang. Bola mata sebiru laut itu menatap tenang jemarinya yang sibuk bermain piano.

“Mau sampai kapan kamu disini? Apa kamu tidak ingin pulang?”

Seketika permainannya berhenti dan membuat ruang dan lorong kembali sunyi tanpa suara.

Seorang pria bersandar di daun pintu ruang musik dengan melipat lengannya di depan dada.

Intonasi suara datar dan sorot mata kosong seperti tak bergairah dalam menjalani hidup, namun masih bisa dikatakan tampan oleh murid perempuan akademi luar.

Apa yang tampan dari seorang pria seperti vampir itu?

“Aku menunggumu.” pemilik surai keemasaan itu terkekeh dan mengatakan maksudnya memainkan piano ketika seluruh kelas pada hari ini selesai.

“Haah…Kembalilah ke asrama sebelum makan malam.” tanpa menatap mata orang yang diajak bicara, laki-laki pemilik surai hitam itu langsung berbalik dan pergi dari ruang musik.

Wajahnya nampak lelah, namun malu mengakui dengan sifat dinginnya itu. Bola mata coklat itu menatap langit sore yang berwarna jingga dan keunguan dari koridor gedung akademi tempat ia menempuh pendidikan selama kurang lebih 4 tahun itu.

“Frigid!”

Namanya terpanggil oleh manusia yang ia tegur di ruang musik tadi membuatnya menghentikan langkah kaki dan menatap hampa laki-laki seumurannya yang berjalan menyusulnya dari arah belakang.

“Wajahmu nampak lelah sekali. Apa kamu bekerja keras akhir-akhir ini?” tanya laki-laki yang nampak seperti vitamin itu, karena selalu ceria dan tidak ada kata lelah dari wajahnya.

“Banyak yang harus di urus tentang percobaan akademi khusus menjadi akademi umum. Yohan, kamu bisa kembali ke asrama sendirian.”

Laki-laki yang dipanggil Yohan itu terdiam.

“Apa kamu tidak terganggu?” tanya Yohan sedikit khawatir.

Frigid melirik teman bicaranya yang nampak sedang menunggu jawaban yang akan diberikan.

“Semuanya tidak ada yang berubah.”

“Entah itu akademi.”

“Maupun apa yang di dalamnya.” ucap Frigid singkat.

*

*

*

“Ree, kamu seperti kentang rebus saat ini.”

Perempuan muda yang di tegur itu tiba-tiba ingin menyembur tawanya. Ia tidak tahu atas dasar apa temannya memanggilnya kentang rebus.

“Maksudmu Henny?” tanya Ree heran.

Henny terkekeh sembari membantu Ree sahabat sekamar asramanya itu duduk di kasur milik Ree.

Besok perempuan muda bernama Ree Iunae Lumen itu akan pergi meninggalkan Litore untuk pertama kali dalam hidupnya. Ree yang sudah terbiasa dengan kota Litore dengan bisingnya pelabuhan dan burung camar akan pergi jauh ke ibukota kerajaan yang berada jauh ke pegunungan sana bernama Crystallo.

“Aku tidak bisa membayangkan kamu akan pergi dalam waktu lama Ree.” timpal Henny.

Jangankan teman sekamarnya itu, Ree sendiri juga tidak menyangka akan pergi dalam satu tahun dan kembali dalam keadaan lulus.

“Terlebih kamu akan dikelilingi laki-laki!!”

“Ucapanmu mengarah pada dua arti, antara kamu mengkhawatirkanku atau iri.” timpal Ree sembari menampakkan dua jari kanannya dalam bentuk v.

“Bagaimana aku iri dengan hal yang mustahil ku capai. Justru aku mengkhawatirkan bagaimana jika kau tidak mendapat teman sementara 95% penghuni La Priens nantinya laki-laki.” ucap Henny.

“Ya… meskipun di satu sisi aku iri denganmu yang akan bertemu dengan salah satu pangeran muda di sana.” lanjut Henny kesal.

“Aku sudah memikirkannya.” ucap Ree percaya diri.

Henny terlihat penasaran.

“Apa itu?” tanyanya.

Ree tersenyum manis.

“Untuk apa repot-repot memikirkan hal yang tidak penting. Aku hanya perlu mengabaikan mereka dan bergabung dengan murid perempuan dari akademi lain.” ucap Ree riang.

Henny memang tidak heran dengan pola pikir sederhana Ree dalam menghadapi sesuatu.

“Apa kamu sudah berpamitan dengan keluargamu?” tanya Henny.

Ree tiba-tiba berhenti mengemas barang-barangnya.

“Tentu saja! Meskipun mereka sibuk dengan pekerjaannya, setidaknya mereka tetap memberiku uang untuk pergi.”

Henny tahu keadaan Ree yang tidak terlalu akrab jika harus membahas rumah maupun keluarga.

Keluarga Lumen dikenal sebagai pelaut yang selalu mengarungi lautan dalam waktu yang lama. Membuat Ree harus jarang bertemu kedua orang tua dan saudaranya yang selalu berlayar.

Ree yang terbiasa hidup sendiri sejak usia belia karena hanya dititipkan pada saudari ibunya membuatnya harus masuk asrama lebih awal di usia 12 tahun dan belajar di akademi sampai detik ini.

*

*

*

“Jangan lupa kirimkan surat padaku ketika sampai.” ucap Henny ketika Ree sudah bersiap untuk menaiki kereta uap yang akan membawanya menuju Crsytallo.

“Iya.” ucap Ree seadanya.

“Hanya itu? Hanya itu kata-katamu pada temanmu ini? kamu benar-benar berhati dingin.” timpal Henny sedikit kesal.

Ree tersenyum sembari menggenggam kopernya erat lalu berjalan memeluk Henny dan tentu saja pelukan itu dibalas dengan hangat seakan tidak ada hari esok.

“Aku akan merindukanmu, sungguh.” suara Ree sudah berubah menjadi sedikit berat karena menahan air matanya.

Banyak kekhawatiran yang kini harus ia rasakan tentang keputusannya untuk pergi. Ia akan banyak belajar hal baru, bertemu dengan orang-orang asing, suasana baru, bahkan masalah yang mungkin tidak pernah ia bayangkan.

Deru roda yang bergerak di atas rel serta suara mesin uap bersuara bersama dengan lambaian pengantar Henny dan orang-orang lain pada mereka yang menaiki kereta itu. Entah dengan senyuman atau malah wajah yang penuh dengan air mata.

Ree yang baru naik harus mencari kursinya dengan tiket yang ia pegang saat ini sembari menyeret koper besarnya melewati deretan kursi yang sudah terisi oleh beberapa penumpang. Cukup padat namun tidak menyulitkan Ree untuk menemukan kursinya yang ada di ujung gerbong.

Perjalanan Litore menuju Crystallo akan memakan waktu kurang lebih lima jam dengan kereta uap. Dengan waktu sebanyak itu untuk duduk, apa lagi yang harus Ree lakukan jika bukan untuk membaca buku lalu tidur.

*

*

*

“Semua yang hadir adalah murid-murid akademi putri dari seluruh negeri. Selama satu tahun ke depan sampai kelulusan, akademi kita akan benar-benar diuji kualitasnya untuk menjadi akademi campuran.”

Frigid yang mendengar arahan dari kepala akademinya tuan Jeremy hanya mengangguk mengerti lalu langsung pergi keluar dari ruangan itu dan terlihat Yohan sudah berdiri di depan pintu.

“Bagaimana?” tanya Yohan.

“Para pelajar akan hadir sore nanti. Kementerian pendidikan akan mengurus sisanya.” ucap Frigid.

Yohan mengangguk paham lalu menatap koridor yang cukup ramai dengan laki-laki akan berakhir hari ini juga.

“Mungkin besok akan menjadi hari yang aneh.” ucap Yohan.

“Kenapa begitu?” tanya Frigid.

“Kita tidak akan melihat semua orang memakai celana.”

Itu terdengar kocak dan menggelikan, namun Frigid hanya tersenyum tipis.

“Karena ini semua adalah tujuan dari kerajaan, mereka ingin membuat jenjang sosial yang ada di masyarakat sedikit menghilang.”

“Namun, bukankah itu malah merusak citra La priens?” timpal Yohan.

“Selama puluhan tahun dan selama banyak pergantian kekuasaan, sekolah ini tetap kukuh menjadi akademi putra dan tiba-tiba saja…”

Frigid berhenti melangkah hingga membuat Yohan juga berbuat hal yang sama.

“Aku tidak punya hak untuk melawan dan seharusnya kamu bisa tanyakan itu pada dirimu sendiri jika ‘kenapa’.” ucap Frigid tanpa menatap Yohan dan langsung masuk ke dalam ruangan bertuliskan ‘Ruang Senat’.

*

*

*

Ternyata perjalanan Ree tidak sesederhana itu, setelah berhasil mencapai stasiun di kota yang ia tidak mau tahu namanya, ia langsung transit ke kereta yang khusus untuk murid utusan ke La Priens. Memang tidak mengherankan jika akademi tempat para putra bangsawan bahkan pangeran negerinya itu memiliki kereta pribadi. Dari sinilah Ree bisa melihat calon ‘kelinci percobaan’ yang akan bersamanya setahun ke depan di La Priens. Ree bisa melihat dari bermacam-macam seragam yang mereka kenakan, mulai dari akademi putri yang paling terkenal hingga akademi yang rasanya Ree baru ketahui ternyata ada.

“Permisi… permisi…” ucap Ree sembari mencari kursi tempat ia akan duduk.

Tanpa menunggu lama, Ree langsung bergabung dengan beberapa murid akademi lain yang dalam perjalanan.

“Halo…” sapa Ree canggung pada perempuan muda yang duduk di sampingnya.

“Halo…” ucap perempuan yang memiliki gaya rambut panjang bergelombang itu padanya lalu kembali sibuk dengan buku yang ia baca.

Wajar saja, mereka tidak mungkin langsung seramah itu. Ree mengerti dan merogoh tasnya serta mengambil buku yang ia bawa untuk membunuh waktu perjalanan.

*

*

*

Memang bukan pemandangan yang biasa bagi para penghuni lama La Priens ketika melihat barisan kedatangan perempuan-perempuan muda dengan menyeret koper mereka masing-masing masuk ke dalam gerbang akademi dan menuju gedung asrama yang telah dipersiapkan bagi Ree dan peserta ‘kelinci percobaan’ yang lain.

Ree sendiri benar-benar merasa sangat lelah dan hampir saja mabuk karena terlalu jenuh berada di kereta. Ia berangkat pagi-pagi dari Litore dan tiba di Crystallo ketika matahari sudah mau menghilang dari muka bumi. Jujur saja itu melelahkan baginya. Terlebih kedatangan mereka malah disambut dengan tatapan yang Ree sulit artikan dari tuan rumah.

“Bahkan akademi Princessa juga mengirim seseorang.” ujar Yohan pada Frigid ketika melihat seorang wanita yang masuk dengan beberapa pelayan di belakangnya untuk membawakan barang wanita itu.

Seragam beludru berwarna ungu ciri khas akademi yang mengajar anak perempuan kalangan bangsawan dan keluarga kerajaan membuat semua mata langsung terpusat pada satu orang.

“Putri Yohanna.”

“Kenapa bisa dia ada disini?”

Bisikkan itu jelas mengarah pada seorang perempuan cantik yang memiliki rambut pirang dan bola mata yang biru mirip dengan Yohan.

“Nampaknya kembaranmu tidak bisa berpisah denganmu, Yohan.”

Frigid dan Yohan kompak menatap kepada seorang pria yang baru saja datang.

“Profesor Millesimun.”

Profesor muda itu hanya tersenyum ringan lalu menatap objek yang menarik perhatian seluruh tuan rumah yang ada termasuk gadis muda yang bernama Yohanna itu.

“Mana mungkin ia mau kalah dari orang-orang di sekitarnya untuk menjadi pelajar di akademi ini. Terlebih ada Frigid.” Yohan mengatakan hal tersebut sembari menatap laki-laki yang dimaksud dengan sedikit bumbu menyindir disana.

“Katakan itu pada dirimu sendiri siscon.” Frigid pergi begitu saja setelah mengatakan kata-kata yang membuat Yohan kehilangan kata-kata.

“Siscon!? Aku tidak semenjijikan itu! Hey! Frigid!”

Rasanya menyenangkan ketika melihat gairah masa muda di sekitarnya menurut Millesimun. Melihat para penghuni lama dan penghuni baru yang baru datang membuat akademi yang selalu di isi dengan keributan siswa laki-laki akan menjadi lebih banyak variasi.

Entah itu dalam lingkaran pertemanan bahkan sampai perasaan.

Millesimun cukup menantikannya.

Sementara itu, disisi lain ada yang sedang sedikit tercengang dengan kenyataan di hadapannya.

Ree benar-benar tidak menyangka akan seramai ini yang menatap kedatangan ia dan para ‘kelinci percobaan’ lainnya. Padahal jika di Litore, jam segini mereka sudah kembali ke asrama dan bersiap untuk makan malam. Namun di La Priens masih saja ada yang sibuk dengan kegiatan di luar akademis.

Karena masih ada hari esok, Ree tidak terlalu ingin memperhatikan dan terus mengikuti arahan kepala asrama untuk mengantar mereka istirahat dan bersiap untuk hari pembukaan.

*

*

*

“Setiap kamar akan dihuni oleh dua orang. Kami di sini tidak memberi hak istimewa untuk siapapun itu. Karena kalian semua sama-sama murid akademi.” jelas seorang wanita paruh baya yang memperkenalkan dirinya sebagai madam Denise.

Ia yang akan mengurus asrama putri di La Priens selama masa percobaan.

“Maka dari itu, para murid yang membawa pelayan pribadi, mereka akan dipulangkan.” ucapnya mutlak.

Tentu saja, setiap ucapan akan memiliki timbal balik yang berbeda-beda. Ada yang setuju dan tidak, itu karena pandangan mereka beragam.

“Mohon diam.” seketika madam Denise menepuk sekali tangannya dan Ree cukup takjub karena situasi kembali hening.

Kekuatan macam apa itu, pikir Ree.

“Kalian harus mendengar kata sambutan dari professor yang bertanggung jawab selama program ini. Ia merupakan lulusan La Priens dengan predikat terbaik sejauh ini. Profesor Millesimun Aviao Viturdes.”

Refleks semua orang langsung menepuk tangannya ketika mendengar seseorang dengan pencapaian sehebat itu. Tidak lama, seorang pria tampak anggun dan beribawa maju ke podium kecil yang ada di aula asrama. Senyumnya sangat ringan hingga rasanya tahu jika suara pria itu akan lembut.

Ree hanya mengangguk saja, ketika setuju dengan pujian yang dilontarkan oleh teman-teman seperjuangannya itu. Memangnya kenyataan harus disangkal?

“Selamat datang para murid perempuan pertama di La Priens. Kalian merupakan murid-murid terbaik yang akademi kalian utus untuk berkesempatan belajar di La Priens.” ucap Millesimum membuka pidatonya.

“Seperti yang kalian ketahui, sistem pembelajaran di La Priens tidak berbeda jauh dari akademi kalian. Disini kalian tidak terpaku dengan jurusan ataupun itu. Di La Priens, kalian hanya akan mengikuti kelas yang memang kalian ingin ambil. Namun untuk mengantisipasi kemalasan murid, La Priens mewajibkan jumlah minimum kelas yang harus diambil.”

Ree tahu tidak akan mudah, meskipun Millesimun mengatakannya dengan wajah sumringah. Namun cukup untuk membuat rata-rata murid menelan ludah.

“Jika dilihat dari tingkat akademik kalian saat ini, ada lima puluh jenis kelas dan kalian wajib mengambil setidaknya sepuluh kelas yang berkaitan dengan jurusan akademi kalian lalu lima kelas pengembangan diri. Misalnya, jika kalian mengambil fokus bidang akademis seni musik, selain dari pelajaran pokok kalian harus mengambil lima kelas bebas diluar itu. La Priens memberi kalian kebebasan untuk memilih kelas, maka kalian pikirkan lagi apa saja yang ingin kalian lakukan di La Priens. Terima kasih.”

Millesimun menutup pembicaraannya dengan salam hangat dan senyuman yang teduh sementara meninggalkan jejak beban di atas pundak para calon murid La Priens.

Sudahlah dari perjalanan jauh, Ree harus memikirkan lima kelas yang harus ia ambil diluar fokus akademiknya.

“Bagaimana bisa aku di kirim ke neraka seperti ini?! lebih baik aku kembali ke akademi lama saja!”

“Ini benar-benar menyiksa, dari luar saja mereka bergensi, namun isinya adalah sumber penderitaan.”

“Aku ingin pulang…”

Ree mendengar beberapa sungutan murid lain. Dalam hati Ree hanya bisa tersenyum karena mereka baru menyadari jebakan dari ‘kelinci percobaan’ ini.

“Baiklah… kalian harus pergi ke kamar kalian untuk beristirahat karena besok adalah upacara pembukaan semester baru. Bagi kalian ‘murid pindahan’ harus mengisi energi ya.”

Ree setuju, daftar kelas dapat ia pikirkan besok. Karena yang terpenting adalah mengisi energinya untuk menerima kenyataan.

Ree tahu, bahwa esok bukan hari dimana ia bisa mendengar deru ombak pantai dan burung camar lagi. Besok adalah dimana ia akan berada di medan perang yang baru dengan hal-hal yang baru.

 

To Be Continued.

Episodes
1 Chapter 1 : Celotehan Ree
2 Chapter 2 : Start Line
3 Chapter 3 : Kelas Berburu
4 Bertemu dengan...
5 Chapter 4 : Buruan Pertama
6 Chapter 5 : Heittblood bersaudara
7 Chapter 6 : Kekurangan Ree
8 Chapter 7 : Perhatian Seorang Saudara
9 Chapter 8 : Apology
10 Chapter 9 : Alexander and Liliana
11 Chapter 10 : Keputusan Viovarand
12 Chapter 11 : Kelas Berburu Pertama Alexander
13 Chapter 12 : Ree's Rule
14 Chapter 13 : The Bad Day
15 Chapter 14 : Mysterious Person From B Building
16 Chapter 15 : Who Is Servio?
17 Chapter 16 : Masalah dimana-mana
18 Chapter 17 : Kehidupan Seseorang Yang Menyakitkan
19 Chapter 18 : Sisi Misterius Frigid
20 Chapter 19 : Pengorbanan Seorang Frigid
21 Chapter 20 : Bantuan Yang Tidak Terduga
22 Chapter 21 : The Reason
23 Chapter 22 : Tentang Cinta Pertama yang Misterius
24 Chapter 23 : Berburu Di Luar Akademi
25 Chapter 24 : Frigid and Ree
26 Chapter 25 : Hidup Yang Bukan Milik Diri Sendiri
27 Chapter 26 : Hidup yang Dibenci
28 Chapter 27 : Percakapan di Tengah Danau
29 Chapter 28 : Henny dari Litore
30 Chapter 29 : Hidup Normal Bagi Ree
31 Chapter 30 : Mangkuk Bunga Matahari
32 Chapter 31 : Pertemuan Kedua
33 Selingan
34 Chapter 32 Frigid and Smith
35 Chapter 33 : Rasa Sakit Frigid
36 Chapter 34 : Balasan Ree Untuk Servio
37 Chapter 35 : Kunjungan Henny
38 Chapter 36 : Kekasih Servio??
39 Chapter 37 : Sesuatu Dalam Obat Frigid
40 Chapter 38 : Suatu Alternatif
41 Chapter 39 : Tamu Kelas Berburu
42 Chapter 40 : Identitas Syricie
43 Chapter 41 : Hancurnya Pertunangan
44 PENGUMUMAN
45 Chapter 42 : The Past
46 Chapter 43 : The Past Part 2
47 Chapter 44 : The Reason
48 Chapter 45 : Keputusan Final Servio
49 Chapter 46 : Akar Masalah
50 Chapter 47 : Kebenaran Servio?
51 Chapter 48 : Luka Lama Ree
52 Chapter 49 : Perasaan Yang Sebenarnya
53 Chapter 50 : Seseorang dan Topengnya
54 Chapter 51 : Kabar baru
55 Chapter 52 : Peralihan
56 Chapter 53 : Seseorang Yang Tidak Terduga
57 Chapter 54 : Kebebasan
58 Chapter 55 : Magang
59 Chapter 56 : Pergerakan Semua Orang
60 Chapter 57 : Obrolan Berat
61 Chapter 58 : Menjadi Bantuan Untuk Orang Lain
62 Chapter 59 : Sebuah Janji
63 Chapter 60 : Servio Visits Litore
64 Chapter 61 : Obrolan Panjang Baru-Baru Ini
65 Chapter 62 : Meet Again at Litore
66 Chapter 63 : Yohan
67 Chapter 64 : Kesan
68 Chapter 65 : Rasa Geram Karena Tingkah Konyol
69 Chapter 66 : Kabur Dari Kenyataan Itu Sulit
70 Chapter 67 : Kebenaran Yang Sebenarnya
71 Chapter 68 : Jangan Sering Melamun Atau Akan Terjadi Sesuatu Yang Konyol
72 Chapter 69 : Rasa Damai Yang Bersamaan Dengan Patah Hati
73 Chapter 70 : Surat Dari Litore
74 Chapter 71 : Tekad Si Kembar
75 Chapter 72 : Tidak Sendirian Berjuang
76 Chapter 73 : Pembicaraan Kakak Adik
77 Chapter 74 : Interogasi
78 Chapter 75 : Hal Yang Sederhana Paling Mudah Dilupakan
79 Chapter 76 : Akar
80 Chapter 77 : Perusak Kencan Orang Lain
81 PEMBERITAHUAN HIATUS
82 Chapter 78 : Long Time No See
83 Chapter 79 : Lumen Family
84 Chapter 80 : Pergi Ke Leafa
85 Chapter 81 : Hukuman Untuk Keluarga Lumen
86 Chapter 82 : Langkah Berontak Frigid Yang Pertama
87 Chapter 83 : Makam Kosong
88 Chapter 84 : Pihak Netral
89 Chapter 85 : Dasar Suatu Hubungan
90 Chapter 86 : Kembali ke Litore
91 Chapter 87 : Menghilang Dalam Kabut
92 Chapter 88 : Reuni Tak Terduga
93 Chapter 89 : Akhirnya, Menyerah?
94 Chapter 90 : Langkah Naif dan Nekat
95 Chapter 91 : Impian Seorang Pangeran Kecil
96 Chapter 92 : Pergi Jalan-jalan
97 Chapter 93 : Menyelinap
98 Chapter 94 : Merinding
99 Chapter 99 : Kediaman Frigid
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Chapter 1 : Celotehan Ree
2
Chapter 2 : Start Line
3
Chapter 3 : Kelas Berburu
4
Bertemu dengan...
5
Chapter 4 : Buruan Pertama
6
Chapter 5 : Heittblood bersaudara
7
Chapter 6 : Kekurangan Ree
8
Chapter 7 : Perhatian Seorang Saudara
9
Chapter 8 : Apology
10
Chapter 9 : Alexander and Liliana
11
Chapter 10 : Keputusan Viovarand
12
Chapter 11 : Kelas Berburu Pertama Alexander
13
Chapter 12 : Ree's Rule
14
Chapter 13 : The Bad Day
15
Chapter 14 : Mysterious Person From B Building
16
Chapter 15 : Who Is Servio?
17
Chapter 16 : Masalah dimana-mana
18
Chapter 17 : Kehidupan Seseorang Yang Menyakitkan
19
Chapter 18 : Sisi Misterius Frigid
20
Chapter 19 : Pengorbanan Seorang Frigid
21
Chapter 20 : Bantuan Yang Tidak Terduga
22
Chapter 21 : The Reason
23
Chapter 22 : Tentang Cinta Pertama yang Misterius
24
Chapter 23 : Berburu Di Luar Akademi
25
Chapter 24 : Frigid and Ree
26
Chapter 25 : Hidup Yang Bukan Milik Diri Sendiri
27
Chapter 26 : Hidup yang Dibenci
28
Chapter 27 : Percakapan di Tengah Danau
29
Chapter 28 : Henny dari Litore
30
Chapter 29 : Hidup Normal Bagi Ree
31
Chapter 30 : Mangkuk Bunga Matahari
32
Chapter 31 : Pertemuan Kedua
33
Selingan
34
Chapter 32 Frigid and Smith
35
Chapter 33 : Rasa Sakit Frigid
36
Chapter 34 : Balasan Ree Untuk Servio
37
Chapter 35 : Kunjungan Henny
38
Chapter 36 : Kekasih Servio??
39
Chapter 37 : Sesuatu Dalam Obat Frigid
40
Chapter 38 : Suatu Alternatif
41
Chapter 39 : Tamu Kelas Berburu
42
Chapter 40 : Identitas Syricie
43
Chapter 41 : Hancurnya Pertunangan
44
PENGUMUMAN
45
Chapter 42 : The Past
46
Chapter 43 : The Past Part 2
47
Chapter 44 : The Reason
48
Chapter 45 : Keputusan Final Servio
49
Chapter 46 : Akar Masalah
50
Chapter 47 : Kebenaran Servio?
51
Chapter 48 : Luka Lama Ree
52
Chapter 49 : Perasaan Yang Sebenarnya
53
Chapter 50 : Seseorang dan Topengnya
54
Chapter 51 : Kabar baru
55
Chapter 52 : Peralihan
56
Chapter 53 : Seseorang Yang Tidak Terduga
57
Chapter 54 : Kebebasan
58
Chapter 55 : Magang
59
Chapter 56 : Pergerakan Semua Orang
60
Chapter 57 : Obrolan Berat
61
Chapter 58 : Menjadi Bantuan Untuk Orang Lain
62
Chapter 59 : Sebuah Janji
63
Chapter 60 : Servio Visits Litore
64
Chapter 61 : Obrolan Panjang Baru-Baru Ini
65
Chapter 62 : Meet Again at Litore
66
Chapter 63 : Yohan
67
Chapter 64 : Kesan
68
Chapter 65 : Rasa Geram Karena Tingkah Konyol
69
Chapter 66 : Kabur Dari Kenyataan Itu Sulit
70
Chapter 67 : Kebenaran Yang Sebenarnya
71
Chapter 68 : Jangan Sering Melamun Atau Akan Terjadi Sesuatu Yang Konyol
72
Chapter 69 : Rasa Damai Yang Bersamaan Dengan Patah Hati
73
Chapter 70 : Surat Dari Litore
74
Chapter 71 : Tekad Si Kembar
75
Chapter 72 : Tidak Sendirian Berjuang
76
Chapter 73 : Pembicaraan Kakak Adik
77
Chapter 74 : Interogasi
78
Chapter 75 : Hal Yang Sederhana Paling Mudah Dilupakan
79
Chapter 76 : Akar
80
Chapter 77 : Perusak Kencan Orang Lain
81
PEMBERITAHUAN HIATUS
82
Chapter 78 : Long Time No See
83
Chapter 79 : Lumen Family
84
Chapter 80 : Pergi Ke Leafa
85
Chapter 81 : Hukuman Untuk Keluarga Lumen
86
Chapter 82 : Langkah Berontak Frigid Yang Pertama
87
Chapter 83 : Makam Kosong
88
Chapter 84 : Pihak Netral
89
Chapter 85 : Dasar Suatu Hubungan
90
Chapter 86 : Kembali ke Litore
91
Chapter 87 : Menghilang Dalam Kabut
92
Chapter 88 : Reuni Tak Terduga
93
Chapter 89 : Akhirnya, Menyerah?
94
Chapter 90 : Langkah Naif dan Nekat
95
Chapter 91 : Impian Seorang Pangeran Kecil
96
Chapter 92 : Pergi Jalan-jalan
97
Chapter 93 : Menyelinap
98
Chapter 94 : Merinding
99
Chapter 99 : Kediaman Frigid

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!