***
Sore harinya, Miya terbangun dari tidurnya. Miya kaget mendapati tubuhnya yang masih terbungkus seragam sekolah. Bukannya tadi ia diperkosa. Apakah itu hanya mimpi buruknya. Miya begitu senang, ia langsung akan berdiri untuk merayakan hal itu.
"Aaaakh ...." Miya kembali terduduk kala merasakan nyeri di daerah intinya.
"Kau mau kemana, Miya?" Tanya Anan santai sambil memainkan gawainya, seraya duduk diatas bangku disana.
"Kau," ucap Miya menekan kalimatnya murka.
"Aku, aku apa?" Tanya Anan meledek Miya.
"Kau, Dasar bajiangn! Kenapa kau melakukan ini padaku!?" Bentak Miya sambil menggenggam roknya erat.
"Kenapa? Tentu saja karena tubuhmu menggodaku, Ahahaha ...." Jawab Anan lalu terkekeh santai. Seakan ia tidak melakukan kesalahan apapun.
"Aku akan melaporkan perbuatan kejimu kepada sekolah, pengadilan, dan juga ke orangtuamu!" Ancam Miya tak terima dirinya diperlakukan seenaknya. Miya mencoba berdiri walau kesusahan. Terseok-seok Miya berjalan perlahan. Ini tindakkan kriminal, ia tak bisa hanya berdiam saja. Bajunya, tubuhnya, wajahnya begitu berantakan. Biarkan saja, itu bisa menjadi bukti agar semua orang percaya kepadanya.
"Lakukanlah apapun yang ingin kau lakukan. Aku hanya akan melihat bagaimana kau hancur saat tidak ada satu orang yang percaya kepadamu. Jika kau melaporkan ke pihak sekolah. Maka, kau sendiri yang akan malu, dibuli bahkan ditendang dari sekolah. Jika kau melapor ke orangtuaku, aku yakin tidak akan ada yang percaya padamu. Karena kau adalah gadis yang kesekian kalinya melakukan hal yang sama. Aku pastikan kau sendiri yang akan menyesal," Ancam Anan namun tak sedikitpun digubris Miya. Miya terus saja berjalan keluar dari gudang walau terseok-seok. Ia sama sekali tak menghiraukan ancaman Anan, yang terpenting baginya saat ini, hanyalah melaporkan perbuatan Anan, lalu menuntut keadilan untuknya.
Dengan usaha keras, akhirnya Miya berhasil tiba di depan kantor dimana para guru berada. Beruntung sudah sore, jadi tidak ada siapun yang melihat penampilan berantakan Miya.
Penuh keyakinan, Miya mengetuk pintu perlahan. Lalu langsung masuk ke dalam ruangan itu.
Beberapa guru yang masih berada di kantor manatap Miya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Mereka menatap Miya dengan penuh tanda tanya.
"Miya apa yang terjadi padamu, nak?" Tanya Bu Novi sambil mendekati Miya. Bu Novi adalah guru Bahasa indonesia, beliau adalah wakil kesiswaan, beliau juga seorang guru yang Miya sayangi. Karena hanya beliaulah yang dekat dan juga menyayangi Miya, tidak seperti guru lain yang rata-rata acuh tak acuh kepadanya.
"Ibu, a-aku di-di ...." Miya tak sangup menyelesaikan perkataannya. Ia langsung menghamburkan tubuhnya memeluk ibu Novi erat. Lega, itulah kata yang mampu ia gambarkan saat ini. Ia bersyukur masih ada seseorang yang mau ia peluk setidaknya untuk menenangkan pikirannya yang benar-benar kalut.
"Siapa yang melakukannya, sayang?" Tanya ibu Novi to the point, karena begitu paham atas apa yang terjadi kepada Miya. Sekitar 4 orang guru yang mendengar, tampak hanya menunjukkan wajah iba, mengasihani nasib Miya yang begitu malang.
"Kak Anan, Bu. Dia yang telah melakukan hal ini padaku. Aku mohon bantu aku, Bu. Bantu aku untuk mencari keadilan untuk diriku. Aku mohon tolonglah aku," pinta Miya memohon seraya terus menangis.
"Astaga, apa benar Anan yang melakukan hal itu padamu. Dia memang playboy. Tapi, ibu yakin dia tidak mungkin melakukan hal diluar batas seperti itu." Salah, Miya mambuat kesalahan dengan memohon kepada Ibu Novi. Jelas saja Ibu Novi membela sepupunya. Sekarang apa yang bisa Miya lakukan, kepada siapa dia harus meminta tolong.
"Iya Miya, Anan tidak mungkin melakukan hal itu. Kamu tidak boleh sembarang menuduh. Atau jangan-jangan gosip miring tentang kamu benar adanya. Apa kamu benar-benar biasa menjual tubuhmu demi biaya hidupmu." Cetus salah satu guru yang sepertinya tidak menyukai Miya.
"Saya berani bersumpah, Kak Anan adalah pelakunya. Kalau ibu-ibu tidak percaya. Saya mohon lakukan test DNA terhadap cairan yang ada di tubuh saya. Saya belum membersihkan diri. Dokter bisa mengambil sample dan mencocokkan DNAnya." Jelas Miya memberikan solusi untuk mendapatkan bukti.
"Baiklah Miya. Ibu akan keluar untuk menemui Anan. Kamu tunggu disini, kita akan ke rumah sakit untuk membuktikan kebenarannya." Jawab Bu Novi lalu keluar untuk menemui Anan sepupunya sendiri.
"Maafkan Miya Bu Novi. Miya tau ibu meragukan Miya. Tapi, itulah kenyataannya." Batin Miya menatap kepergian ibu Novi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Shakila Rassya Azahra
ya ampun guru nya ko pada gitu kasian banget miya..
2021-11-10
0
Suharnik
Apakah benar Anan yg melakukannya, masih jdi misteri
2021-10-04
0
Tunsahdiah
😐😐😐😐😐
2021-09-30
0