Di dalam hutan itu aku dan Rolia mulai menyusuri hutan di bawah cahaya rembulan malam, kami telah seharian pergi namun sayangnya aku akan mengatakan bahwa kami tersesat.
Aku mulai menumpuk dedaunan untuk bisa kami pakai tidur, tak lupa aku juga membuat api unggun demi menghangatkan diri.
Aku menggunakan dua buah batu yang ditubrukkan secara bersamaan, paling tidak kami aman dari udara dingin. Aku memanggang beberapa jamur serta ikan yang aku dapatkan siang tadi dan memberikannya setelah matang kepada Rolia.
"Terima kasih."
Aku tersenyum kecil ke arahnya.
"Tapi orang-orang itu sangat kejam menuduhmu sebagai penyihir, aku pikir Rolia hanya gadis biasa yang tampak manis."
Wajah Rolia tersipu malu, aku mungkin terlalu blak-blakan soal barusan, masih banyak hal yang belum aku mengerti tentang tempat ini namun aku menyadari satu hal bahwa Rolia bukanlah sosok penyihir yang harus kuselamatkan.
Lalu di mana penyihir itu? Aku harus mencari tahu nanti, samar-samar suara dari lolongan serigala menggema di udara yang sepi membuat Rolia mendekatkan tubuhnya ke arahku.
Dia sudah mengalami banyak hal karena itu aku membiarkannya saja sampai ia tertidur pulas, aku menggendongnya kemudian menidurkannya di alas yang telah kubuat sebelumnya.
Ada orang yang berusaha memfitnah Rolia sebagai penyihir dan ada juga orang yang mengincarnya untuk mati, aku ingin bertanya lebih jauh tentang itu akan tetapi Rolia mungkin belum siap untuk mengatakannya pada orang lain termasuk orang asing sepertiku.
Aku hanya bisa menunggunya.
Pagi harinya aku terbangun dengan burung-burung kecil mengerumuniku, aku menyibak mereka hingga berterbangan menjauh. Aku berusaha menggerakan tubuhku namun aku tidak bisa melakukannya bahkan kakiku juga.
Aku baru menyadari bahwa aku telah diikat di sebatang kayu besar.
"Rolia?" aku berteriak memanggilnya dan ia ternyata berada di batang pohon yang lain.
"Jason."
"Apa yang kalian inginkan dari kami?" aku segera berteriak ke arah orang-orang yang mengerumuniku mereka dengan takut mengarahkan ujung pedang mereka padaku.
"Kalian berdua berani memasuki tanah elf, kami akan membunuh kalian sebagai hukuman," orang yang mengatakan itu adalah seorang wanita dengan rambut berwarna perak, ia memiliki tubuh tinggi dengan postur terbilang ideal.
Matanya berwarna hijau lapis menatapku penuh permusuhan, telinganya yang runcing menjadi ciri khas dari ras mereka.
"Tunggu sebentar.. kalian salah paham, kami hanya kebetulan datang kemari, tolong lepaskan gadis itu dia tidak bersalah."
"Diam, aku yang berhak memutuskan seseorang bersalah atau tidak."
Aku diam membeku sampai seorang pria muncul.
"Ada apa ini Mia?"
"Ayah, mereka masuk ke kawasan kita.. mungkin saja mereka mata-mata dari kerajaan manusia."
Pria itu ternyata ayahnya, dia lebih muda untuk seorang yang memiliki anak perempuan dewasa. Di dalam buku yang kubaca elf bisa hidup ratusan tahun atau ribuan tahun mungkin inilah yang dimaksud.
Pria itu menatapku dengan pandangan seolah bisa menembus sampai ke dalam hatimu, kami saling bertukar pandang sebelum akhirnya dia tertawa.
"Lepaskan mereka berdua, mereka hanyalah orang biasa yang terkena sial."
"Tapi ayah, mereka manusia. Kita tahu apa yang dilakukan mereka pada hutan."
"Walau begitu mereka berdua tidak bersalah."
Orang bernama Mia tampak menghela nafas panjang lalu berjalan ke arahku selagi mengayunkan pedangnya. Itu memotong tali pengikatku dengan baik, ia juga melepaskan ikatan Rolia.
"Kalian berdua tolong ikut aku, mari bicara di tempat yang nyaman," atas pernyataan pria itu aku mengangguk mengiyakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Rens_Nimesean
lanjuttt
2021-09-16
0