Aku tidak memiliki waktu untuk memikirkannya dan langsung memegang tangan Rolia untuk berlari bersamanya.
Saat pertama kali, aku memilih jalan ke kiri yang mengakibatkan kematian kami berdua karenanya sekarang aku memutuskan untuk memilih jalan ke kanan.
Beberapa pengejar masih bisa menemukan kami yang mana membuatku menarik tangan Rolia menyusuri gang-gang sempit, ia tertahan di tempat selagi mengatur nafasnya yang terengah-engah.
"Aku sudah lelah."
Itu wajar karena kami sudah berlari sekitar 20 menit.
Ada hal yang aneh, pengejar yang sebelumnya mengejar kami tampak tak terdengar lagi, aku memfokuskan pandanganku ke ujung gang dimana di sana terlihat sebuah kepala tergeletak begitu saja.
Tidak, itu terpotong dari tubuhnya, aku segera mendorong Rolia saat sebuah pisau terbang ke arahnya.
"Meleset, gerakanmu lumayan bagus."
"Siapa kau?"
Aku bertanya ke arah si pelaku dan ia melompat jatuh ke bawah dengan ekpresi senang, dia terlihat seperti seorang wanita dewasa pada umumnya, mengenakan pakaian yang menunjukkan seluruh bagian dadanya sementara untuk bawahannya ia mengenakan celana ketat.
"Namaku Cherry, bisakah kau memberikan wanita itu padaku?"
Dari suaranya jelas dia wanita yang sebelumnya membunuhku.
"Bagaimana jika aku menolak?" aku balik bertanya.
"Aku akan membunuh kalian berdua," balasnya selagi memainkan pisau, dengan kata lain dia menginginkan Rolia mati.
"Jangan khawatir aku selalu membunuh dengan cepat, aku tidak suka melihat seseorang mati secara perlahan-lahan."
Diam-diam aku meraih sebuah papan di dekat kakiku, sesuai dugaan saat ia melemparnya aku dengan baik menahannya dengan kayu lalu memegangi pinggang Cherry saat ia hendak berlari ke arah Rolia.
"Cepat lari! Aku akan menahannya."
"Tapi."
"Larilah."
"Apa benar kau ini pria? Lemah sekali," dengan mudah Cherry melepaskan kuncianku lalu berusaha menusukku dengan gerakan sederhana yang terlihat asal-asalan, aku berhasil menghindarinya selagi berusaha menjaga jarak.
Tanpa sengaja aku menginjak sesuatu hingga terjatuh ke bawah yang mana membuat Cherry melompat ke atasku selagi berusaha mendorong pisau yang kutahan dengan kedua tanganku.
Perlahan tenagaku semakin melemah.
"Nah, biarkan aku membunuhmu...rasanya tidak sakit kok."
Tahu apa kau tentang rasa sakit? Sejujurnya aku telah mengalami apa itu kematian terlebih orang yang membunuhku adalah orang ini.
Pisau semakin mendekat ke arahku dimana ujungnya yang tajam sedikit demi sedikit mengincar mata kananku.
Aku pasti akan kehilangan mataku, ketika aku berpikir demikian sebuah tongkat besi menghantam leher Cherry hingga ia pingsan dan jatuh begitu saja di atasku.
Aku mendorongnya ke samping dan melihat sosok Rolia mengulurkan tangannya.
"Ayo pergi."
Aku menerima tangan putihnya kemudian berlari menuju gerbang utama, adapun untuk orang-orang yang mengejar kami mereka semua sudah mati mengenaskan.
Tubuh mereka di tebas dengan cukup mengerikannya, hanya dengan sebuah pisau ia mampu melakukan hal kejam seperti ini, leher mereka ditusuk beberapa kali setelah mati.
Betapa mengerikannya.
Aku membuang wajahku lalu bersama Rolia melompat ke dalam sebuah kereta yang telah selesai diperiksa oleh penjaga gerbang, kami berdua bersembunyi dibalik jerami sebelum akhirnya ditengah perjalanan kami memutuskan turun secara diam-diam.
Lambat-laun akan ada seseorang yang menyadari bahwa kami berhasil melarikan diri dengan menyusup ke dalam kereta, sebelum itu terjadi kami berdua lebih dulu melangkah maju.
Aku mengambil kerikil, melemparkannya ke arah kuda hingga ia berlari menjauh sementara kusir yang sedang buang air kecil di depan pohon segera berlari mengejarnya tanpa membetulkan celananya terlebih dahulu.
"Tunggu aku... kau mau pergi kemana?"
"Pemandangan yang lucu," gumamku dalam hati.
Adapun untuk Rolia dia hanya diam selagi menutupi wajahnya dengan malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Rens_Nimesean
lajuttt
2021-09-16
0