episode 2

Saat sedang asyik tiba - tiba Eka bertanya padaku tentang aplikasi yang akan digunakan untuk mengerjakan tugas.

"Mba, ini cara pakainya gimana ya?ko aku masih bingung ya"

"Oya mas, jadi caranya itu gini....bla...bla"

Aku menjelaskan panjang lebar ke Eka, tapi kening Eka masih saja berkerut. Saat aku akan mengarahkan tanpa sengaja tanganku bersentuhan dengan tangan Eka. Tiba-tiba jantungku berdegup kencang, aku secara refleks menarik tanganku. Begitu pun Eka, kami sama-sama kaget.

Sempat terasa canggung beberapa saat antara aku dan Eka, tapi Mba Ipeh si biang heboh bisa mencairkan suasana sehingga kami tertawa bersama.

Malamnya aku mengirim WA ke mba Ipeh bertanya tentang Eka. Jujur saja aku mulai penasaran dengan Eka. Nomer Eka yang awalnya tidak kusimpan, siang tadi langsung aku simpan. Aku bertanya macam-macam ke Mba Ipeh, mulai dari usia Eka, apa Eka punya pacar dan lain sebagainya.

Dari situ aku tahu kalau Eka jauh lebih tua. Selisih sekitar 7 tahun dengan ku tapi muka dan penampilannya terlihat lebih muda. Aku sempat menghitung umur Eka sekarang dan tambah bertanya tanya kenapa Eka belum menikah. Dia termasuk sudah cukup matang atau malah bisa dibilang lebih dari matang.

Rambut hitam, kulit kuning langsat, wajah ganteng dan bersih serta penampilan yang rapi membuat Eka begitu menarik. Tapi sayangnya dia terlalu cuek ke perempuan. Terlalu dingin untuk di dekati. Meski begitu Eka terlihat cukup akrab dengan Mba Ipeh. Mungkin karena mereka bertetangga dan rentang umur yang tidak terlalu jauh.

Entah mengapa sejak kejadian siang tadi, aku terbayang Eka. Mulai penasaran tentang kehidupannya. Padahal selama ini aku tidak pernah seperti itu. Banyak laki-laki disekeliling ku yang sering bekerja sama atau sekedar ikut dalam kegiatan desa yang sama.

Akhir minggu kedua pun datang, kami berkumpul lagi di balai desa untuk mengevaluasi sudah sejauh mana kemajuan tugas kami. Di sela sela waktu mengerjakan, Mba Tari dan Mba Ipeh berkaraoke ria untuk menghibur diri.

Mba Tari bercerita bahwa waktu dia masih muda atau masih gadis suka bermain alat musik (ngband). Aku pun ikut menimpali kalau saat aku bersekolah SMP juga suka ngband dengan teman-temanku. Beberapa kali mengikuti lomba dan menang. Aku dipercaya memegang gitar dalam band tersebut, walau sebenarnya aku bisa main drum, bass atau bahkan melodi. Tapi untuk masalah vokal aku menyerah, walau suara ku kata teman-teman sangat cocok untuk jadi penyanyi karena serak basah.

Eka yang terlihat bermain HP tiba-tiba menjawab perkataanku.

"Aku dulu juga suka ngband lho, kamu dulu ngband dimana?", Eka bertanya sambil melihatku

"Oh, aku dulu kalau ngband suka ngrental ditempat Pak Rohadi Mas, kalau ngga ditempat Pak Soni"

"Aku juga suka ngrental disitu, ko kita ngga pernah ketemu ya?"

"Mas kalo kita dulu ketemu mungkin sekarang aku jadi istrinya Mas"

Eka yang dari awal menatap ke arahku terlihat tersipu malu. Entah kenapa ingin sekali aku menggoda Eka. Ingin melihat bagaimana reaksinya. Ternyata lucu seperti anak kucing malu-malu. Walau baru kenal sebentar tapi aku dan Eka sudah cukup akrab.

Sejak aku menggoda Eka, beberapa kali aku lihat, dia curi-curi pandang kepadaku. Mba Ipeh yang menyadari hal tersebut juga bisik-bisik padaku. Aku yang sudah punya status sebagai istri orang pun berusaha menanggapi biasa. Tidak mau mengganggap berlebihan karena takut bisa menjadi bumerang suatu saat nanti.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!