Hampir tiap minggu kami bertemu, lama-lama perasaan itu tumbuh tanpa aku sadari. Aku dan Eka pun sering mengirim WA satu sama lain, entah itu sekedar bertanya masalah kerjaan atau iseng saja. Eka tipe orang yang kalau membalas pesan cukup singkat, padat dan jelas. Tidak ada basa basi atau pertanyaan balik.
Hari itu saatnya kami harus ke kecamatan untuk menyerahkan tugas kami. Kebetulan hari itu yang mendapat giliran aku dan Eka. Karena cuma berdua jadi aku memutuskan untuk membonceng Eka saja. Menurutku sangat repot jika harus menggunakan motor sendiri-sendiri padahal tujuan kita sama.
Jadilah aku membonceng Eka, saat membonceng tanganku tanpa sadar langsung memegang pinggang Eka. Eka pun sepertinya tidak masalah dan malah mengajakku bercerita.
Mungkin karena kita cuma berdua, beberapa kali Eka memanggilku dengan sebutan kamu. Biasanya saat dengan yang lain, Eka selalu memanggilku Mba. Saat urusan sudah selesai dan akan pulang, Eka memberikan helm kepadaku seperti laki-laki pada pacarnya. Aku agak tersipu saat itu, tidak menyangka bahwa Eka bisa selembut itu.
Baru menapakkan kaki di balai desa, hujan mulai turun dengan deras. Aku dan Eka menunggu hujan reda dengan diam. Entah kenapa saat itu aku kebingungan mau mulai darimana. Eka pun sama-sama diam sambil menatap derasnya hujan.
Setelah menunggu beberapa saat dan belum reda, aku memutuskan pulang dengan hujan-hujanan. Aku melihat layar HPku sudah jam setengah 4 sore tapi hujan masih saja deras. Saat aku berpamitan dengan Eka, dia malah menawariku jas hujannya. Katanya takut aku sakit, tapi aku menolak. Saat aku pulang dia pun ikut pulang juga. Tapi karena jalur yang berbeda kami berpamitan satu sama lain.
Pagi berikutnya aku mendengar kabar kalau Mba Ipeh jatuh dan tangannya retak. Saat ini Mba Ipeh sudah dirumah sakit dan sedang melakukan persiapan untuk operasi. Aku berdoa semoga semua baik-baik saja. Aku memberikan semangat kepada Mba Ipeh agar tetap optimis dan cepat sembuh.
Setelah beberapa hari, Mba Ipeh pulang kerumah. Kami berempat mengunjungi rumahnya untuk melihat bagaimana keadaannya sekarang.
Eka yang hari itu menggunakan kaos hitam dan celana pendek terlihat begitu santai tapi menarik. Baru kali ini aku melihat Eka mengenakan kaos. Biasanya saat bertemu di balai desa, dia selalu menggunakan kemeja. Eka yang duduk disebelahku membuatku curi-curi pandang kepadanya.
Kami berlima mengobrol seru sampai tidak terasa waktu sudah sore. Kami berempat berpamitan dan berharap agar Mba Ipeh cepat sembuh. Walaupun Mba Ipeh baru selesai operasi tapi dia tetap melaksanakan tugasnya dengan baik. Mba Ipeh adalah tipe orang yang pantang menyerah sehingga membuatku salut terhadapnya. Sejak kegiatan ini, aku dan Mba Ipeh menjadi dekat. Kami sering bertukar cerita dan curhat satu sama lain.
Pagi itu aku bangun dengan kepala pusing dan badan demam. Sudah beberapa hari ini aku merasakan tidak enak badan. Mungkin terlalu cape karena banyak kegiatan desa yang aku ikuti. Suamiku menyuruhku beristirahat dan tidak bekerja dulu. Dia menemaniku untuk periksa ke dokter.
Aku ijin dengan Mas Tri dan teman-teman bahwa aku harus beristirahat. Dokter menyarankan untuk bedrest 3 hari.
Setelah 3 hari keadaan ku semakin parah karena dehidrasi. Suamiku langsung membawaku ke IGD. Setelah diperiksa dokter dan dilakukan serangkaian pemeriksaan, aku dibawa ke rawat inap. Dokter mengatakan aku harus rawat inap dan masih ada pemeriksaan lebih lanjut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments