2. Mengantarkan makan siang

Setelah dihukum berdiri di lapangan sampai jam istirahat belajar, Lian pun masuk ke dalam kelas untuk duduk. Lian memijat kakinya yang terasa pegal karena berdiri selama tiga jam di lapangan. Vira, teman Lian, membawakan es jeruk untuk Lian.

"Nih, minum!" Vira menaruh es cup rasa jeruk di meja Lian.

"Terima kasih, cayangku, muachh," ucap Lian sambil bergaya centil.

"Bagaimana pernyataan cinta yang ke sembilan juta sembilan ratus kali itu? Apa dia menerimanya kali ini?" tanya Vira.

"Lebay, gak sebanyak itu juga kali. Ini yang ketiga kalinya aku menyatakan perasaanku, dan hasilnya tetap sama," ucap Lian cemberut.

"Hei, kamu itu bodoh atau bagaimana sih? Raffi punya kembaran yang sikapnya jauh lebih baik daripada Raffi, kenapa tidak sama Raffa saja kamu pacarannya? Kan wajahnya sama," ucap Vira.

"Vi, jika cinta bisa dikendalikan, maka akan aku alihkan perasaan cinta ini pada orang lain. Namun, cinta tidak bisa dipaksa seperti itu Vi," ucap Lian sambil tersenyum getir.

Sejak ia kelas 10 SMA, ia mulai menyukai Raffi sebagai seorang pria, bukan sebagai kakak seperti saat ia masih kecil. Meskipun mereka adalah saudara sepupu, tetapi hanya sepupu angkat. Karena merasa tidak ada hubungan darah sama sekali, Lian akhirnya mengungkapkan perasaannya pada Raffi untuk yang pertama kali. Saat itu, Raffi menolak dengan alasan, Raffi tidak suka dengan anak kecil, padahal saat itu Lian sudah kelas 10 SMA.

Lian mengungkapkan perasaannya kembali pada Raffi saat ia naik ke kelas 11, tetapi lagi-lagi Lian ditolak oleh Raffi dan saat itu, Raffi tidak mengatakan alasan apapun. Tadi pagi, Lian menyatakan kembali untuk yang ketiga kalinya. Dan lagi, ia tetap ditolak. Lian sampai tidak tahu lagi harus berbuat apa, agar cintanya bisa diterima oleh Raffi.

Jam istirahat berakhir dan pelajaran kembali dilanjutkan. Lian murid yang punya otak standar, tidak terlalu pintar tetapi juga tidak bodoh. Pelajaran dimulai dan sibuk mengerjakan tugas yang guru berikan.

***

Proses belajar mengajar telah selesai, dan merekapun pulang. Vira mengajak Lian jalan-jalan di Mall sepulang sekolah, tapi Lian menolak.

"Ayolah, Li! Jangan lupa untuk bahagia. Semua waktumu hanya kau gunakan untuk mengejar Raffi, Raffi dan Raffi. Ayo kita jalan-jalan dan lupakan sejenak tentang Raffi," ucap Vira.

"Aku ingin membawakan makan siang kesukaan Kak Raffi, ke kantornya," jawab Lian.

"Ya, Tuhan! Raffi lagi?" tanya Vira. Lian hanya tersenyum malu.

"Ya, sudah. Sana pergi! Semoga berhasil," ucap Vira kembali, lalu ia masuk ke dalam mobilnya. Vira pergi setelah melambaikan tangan pada Lian.

Lian masuk ke mobilnya dan menyuruh sopir untuk membawanya ke resto ikan bakar madu. Lian tahu, Raffi sangat suka ikan gurame bakar madu di resto itu. Saat mereka kecil, jika mereka makan bersama keluarga di resto itu, pasti menu itulah yang Raffi pesan.

*Flashback*

"Kak Raffi kenapa sih, kalau kita makan disini, pasti Kak Raffi pesan ikan itu?" tanya Lian kecil.

"Ini enak, coba Lian cicipi! Aa ...." Raffi menyuapi Lian.

"Iya, enak, Lian mau juga," ucap Lian.

Raffi membagi ikannya dan memberikannya pada Lian sambil tersenyum.

*Flashback off*

"Kenapa kita tidak bisa seperti dulu, Kak," gumam Lian sambil menatap keluar jendela mobilnya. Sopirnya melirik dari kaca spion diatasnya. Sopirnya merasa iba melihat Lian.

Mereka sampai di depan resto, Lian segera memesan gurame bakar madu dan duduk menunggu pesanannya dibungkus. Lian melihat foto Raffi di layar ponselnya.Lian memakai foto Raffi menjadi wallpaper ponselnya. Lian tersenyum menatap lekat wajah Raffi di layar ponselnya. Hingga tidak terasa pesanannya sudah jadi, Lian segera membayarnya dan pergi ke kantor Raffi.

Lian langsung menuju ruangan Raffi di lantai lima. Di depan pintu kantor Raffi, Lian menyapa Leni, sekretaris Raffi.

"Kak Leni, Kak Raffi ada?" tanya Lian.

"Ada, Mba masuk saja!" jawab Leni.

Lian tersenyum lalu mengetuk pintu ruangan Raffi.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!" Raffi menjawab tanpa melihat orang yang mengetuk pintunya.

Lian masuk dan melangkah mendekati meja kerja Raffi. Lian memasang senyum paling manis, dan menyodorkan box makan siang untuk Raffi. Raffi menoleh ke arah Lian saat melihat box makanan yang Lian sodorkan di mejanya. Raffi berhenti mengerjakan proposal untuk meeting besok pagi. Raffi menatap tajam ke arah Lian.

"Ini makan siang untuk Kakak!" ucap Lian dengan gugup karena ditatap Raffi dengan pandangan seolah menguliti tubuh Lian. Lian gemetar ketakutan menatap wajah Raffi.

"Leni, masuk!" Raffi memanggil Leni dari pesawat telepon di mejanya. Leni segera masuk setelah Raffi menutup telepon.

"Ada apa, Presdir?" tanya Leni.

"Kamu sudah makan?" tanya Raffi.

"Em, sudah, Presdir. Apa Anda ingin saya memesankan makan siang untuk Anda?" tanya Leni.

"Tidak. Tadinya aku ingin memberikan makanan ini untukmu, tapi karena kau sudah makan. Kau buang saja makanan ini!" ucap Raffi.

Lian dan Leni tercengang mendengar ucapan Raffi. Dengan tatapan tidak peduli, Raffi menyuruh Leni membuang makanan dari Lian.

"Kak, itu adalah gurame bakar madu, kesukaan Kakak. Lian juga membelinya di resto favorit Kakak, kenapa dibuang?" tanya Lian menahan perasaan sedihnya. Mata Lian berkaca-kaca, tetapi Lian mencoba sekuat hati untuk tidak menangis di depan Raffi.

"Aku sudah tidak suka lagi makanan itu. Pergilah! Kau menggangguku, dasar anak kecil. Kau selalu membuang waktuku dengan cuma-cuma. Kau pikir aku pria pengangguran yang punya banyak waktu senggang untuk meladeni leluconmu. Leni, bawa makanan itu dan buang di tempat sampah diluar, bawa sekalian dia keluar!" ucap Raffi. Raffi kembali melanjutkan pekerjaan yang tadi ia tunda.

Lian masih berdiri di depan mejanya. Leni menarik halus tangan Lian. Lian menepisnya.

"Kakak terganggu dengan kehadiranku? Baik! Aku akan pergi menjauh, sesuai keinginan Kakak, tidak perlu mengusirku dengan begitu kejam," ucap Lian terisak.

Leni menatap kasihan ke arah Lian. Leni tahu, sudah bertahun-tahun, Lian mengejar Raffi. Namun, hari ini dia merasa sangat kasihan pada Lian, karena Raffi mengusirnya tanpa memikirkan perasaan sedihnya Lian. Lian mengambil box makanan yang ia bawa dan keluar dari ruangan Raffi. Lian menoleh ke ruangan Raffi yang hanya terhalang kaca tembus pandang. Dengan air mata berlinang, Lian menatap Raffi yang juga sedang menatapnya. Lian membuang makanan itu di tempat sampah di samping meja Leni. Lian kemudian pergi.

"Akh!" Raffi mengamuk dan membanting bolpoint di tangannya. Ia menjambak rambutnya dengan frustasi.

Leni yang masih berdiri di depan meja Raffi pun mengungkapkan komentarnya.

"Presdir, tidakkah Anda terlalu kejam pada Mba Lian? Dia hanya membawakan makanan untuk Anda. Itu artinya dia khawatir jika Anda mungkin tidak sempat makan, jadi dia membawa makanan untuk Anda," ucap Leni.

Raffi juga menyesali apa yang ia katakan pada Lian tadi. Namun Raffi tidak bisa meralat ucapan kasarnya. Raffi menyuruh Leni keluar dan meninggalkannya sendiri. Raffi memijat kepalanya. Ia sungguh tidak tahu harus bagaimana, agar bisa membuat Lian menyerah pada perasaannya. Raffi selalu berkata kasar karena ingin Lian menyerah untuk mencintainya, menyerah pada perasaannya dan melupakan dirinya. Tetapi, meski sudah ditolak berkali-kali, Lian masih tetap saja mengejarnya. Raffi frustasi sendiri, mencari cara untuk menjauhkan Lian darinya.

Terpopuler

Comments

Santi Santi

Santi Santi

buat aku aja makan siang yah,,mubajir d buang" tau🤦‍♀️

2021-03-15

1

Yuliana Lince

Yuliana Lince

entar baru nyesal😀😀😀

2020-05-23

1

dyah komala ningsih

dyah komala ningsih

seru ka 😉😉😉 lanjut yg banyak ya 😄😄😄😄

2020-03-22

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!