Menikah Yang Ke-dua
Chapter 5 Surat perceraian
Suasana pagi itu dirumah Abi Thalib dan Umi Fatimah tampak berbeda, sudah seminggu ini Aisyah suka duduk merenung di teras depan rumah. Ketika ada tetangga yang menyapa, ia terlihat melamun bahkan tak merespon lawan bicaranya. Entah sampai kapan Ia akan larut dalam kesedihannya.
"Selamat pagi, ada surat atas nama Aisyah Fitria Lhasa" lelaki paruh baya itu mendekati Aisyah sambil menyodorkan selembar amplop berwarna putih di tangannya.
"Mbak... Ada surat atas nama Aisyah, mohon diterima" ucapnya lagi sambil memegang pundak Aisyah.
"Mas... Mas Anwar sudah pulang?" Nadanya penuh semangat, terapi raut wajahnya kembali pucat saat menyadari wajah didepannya bukanlah wajah lelaki yang ia nantikan "Maaf pak, aku kira suamiku yang pulang" ucapnya kecewa.
Selama seminggu ini ia mengharapkan kedatangan suaminya, ia sangat berharap Anwar masih mau menerimanya.
"Nggak papa mbak, ini ada surat atas nama Aisyah Fitria Lhasa" tutur pak pos
"Iya itu atas nama saya pak" jawab Aisyah gembira. Ia yakin surat itu dari suaminya, mungkin suaminya meminta dirinya untuk kembali ke Jakarta. Ia yakin kalau Anwar masih mencintai dirinya.
"Ais, siapa yang datang? Oh... Pak pos, surat untuk Abi ya pak?" Tanya umi Fatimah yang baru saja keluar.
Aisyah langsung mengambil surat itu dari tangan pak pos "Maaf umi ini surat untuk Ais"
"Tolong tanda tangan disini" ujar pak pos
Aisyah segera mengambil pena dari tangan pak pos, lalu ia menandatangani bukti penerimaan surat tadi.
"Kalau begitu saya permisi mbak, buk... Assalamualaikum" pak pos pamit dari rumah Bu Fatimah.
"Waalaikumsalam" jawab umi dan Aisyah
"Masya Allah... Kasihan sekali gadis tadi sepertinya mengharapkan kedatangan suaminya, wajahnya terlihat riang saat mengetahui surat tadi untuknya, Tapi... Bukannya tadi surat dari pengadilan ya" gumam pak pos menerka sambil melajukan motor maticnya, sekilas ia sempat melihat stempel pengadilan agama di surat yang ia berikan tadi.
Mata Aisyah kembali berkaca-kaca, wajah yang memerah kembali memucat, surat yang ada di tangannya bukanlah surat ungkapan hati dari suaminya, surat itu adalah surat cerai dari pengadilan agama Jakarta.
"Surat dari siapa itu Ais, kenapa wajahmu tampak pucat begitu" kata umi khawatir
Ia mendekati tubuh putrinya yang terlihat gemetar saat membaca surat ditangannya, seketika tubuh Aisyah rubuh ke lantai, ia jatuh pingsan tak sadarkan diri. Untung saja umi segera menopang kepala Aisyah sehingga tak sampai membentur lantai " Abi...Abi....! Akhmad... Akhmad... Tolongin Aisyah" teriak umi ketakutan, ia takut dengan kondisi putri sulungnya yang jatuh pingsan.
Ketika mendengar teriakkan Umi Fatimah, Abi dan Akhmad langsung bergegas lari ke luar.
"Ya Allah kenapa dengan Putri kita Umi?" Tutur Abi sambil mengangkat kepala putrinya dari pangkuan Umi.
"Mbak... mbak Ais kenapa umi?" Tanya Akhmad juga ikut khawatir melihat kondisi kakaknya.
Akhmad dan Abi pun membopong tubuh lemas Aisyah masuk ke dalam rumah, di ruang tengah mereka membaringkan tubuh Aisyah di atas kasur tipis tempat keluarga menonton televisi.
Umi Fatimah berlari masuk ke kamar, ia mengambil minyak angin di dalam laci kamarnya. Lalu ia kembali ke ruang tengah, dengan hati-hati ia mengoleskan minyak angin di kedua pelipis putrinya, kemudian hidungnya.
Perlahan Aisyah mulai sadar, kedua mata merahnya perlahan mulai terbuka. "Umi.... Mas Anwar benar-benar menceraikan ku, Ais mau mati aja Umi" tangisan Aisyah kembali pecah, ia memeluk ibundanya dengan sangat erat, ia tampak tak kuat menopang kesedihannya.
"Sabar nak.... Ini adalah ujian dari Allah, kamu tidak boleh berbicara seperti itu, lebih baik ikhlas kan saja Anwar. Mungkin ada hikmah dibalik ujian ini" ucap Abi menenangkan putrinya sembari memeluk putrinya. Umi tak kuat melihat kesedihan putrinya, matanya yang berair seketika menitih keluar.
Kedua orang tua itu kembali menguatkan putrinya, mereka yakin dengan support yang mereka berikan bisa meringankan beban pikiran putrinya.
"Iya nak, Ais harus sabar dan ikhlas ya? Umi yakin Ais bisa melewati ujian ini, ingat nak kami semua menyayangi mu, lihatlah Abi Umi dan Akhmad sangat khawatir dengan keadaan mu, Umi yakin pelan-pelan kamu pasti bisa melupakan Anwar" imbuh umi Fatimah
"Iya mbak, mbak Ais kan masih muda, cantik lagi... Akhmad yakin mbak Ais bisa mendapatkan cowok yang lebih dari mas Anwar" celetuk Akhmad berusaha memotivasi kakaknya
"Hust... Kamu masih kecil jangan bicara seperti itu Mad." Elak umi.
"Kamu jangan terlalu banyak pikiran ya nak, ayo Abi bantu ke kamar mu" ajak Abi. Ia memapah Aisyah masuk ke dalam kamarnya. Lalu Aisyah berbaring ke atas ranjang singlenya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Sukliang
jgn sedih aisyah, bangkit dan semangat
2021-11-24
0
Kim Tae V ➢
aihhh waria jadi mewek 😭😭😭😭😭
2021-08-08
0
Yati Parmin
lebih baik cerai aisah drpda makan hati biar anwar dpt karmanya nanti
2021-08-07
0