Kepala Polisi Metro Jaya yang sedang menyelidiki kasus penculikan Zara dan ibunya, ikut hadir di acara pernikahan itu karena Wijaya mengundangnya dan juga karena sudah direncanakan oleh Wijaya. Kepala Polisi itu mengenali Zara. Ia teringat dengan foto yang diberikan Emilia.
"Bukankah itu wanita yang dilaporkan diculik, ada apa ini kenapa wanita itu ada disini?"Ucap Kepala Polisi itu bertanya-tanya.
Wijaya berjalan menghampirinya sambil membawa minuman di tangannya.
"Hallo Pak Dermawan, apa kau datang sendiri?"
"Eh Pak Wijaya, iya. istri dan anak saya sedang liburan ke london jadi saya sendirian yang datang kesini,''
"Owh begitu, sepertinya kulihat dari sana tadi kamu sedang memperhatikan menantu baruku," kata Wijaya memancing Pak Dermawan.
"Aah bapak, mana mungkin saya berani melakukan itu."Ucap Pak Dermawan mencoba untuk tidak membuat masalah dengan Pak Wijaya.
"Baiklah kalau begitu, owh iyaa. Ada pepatah mengatakan, Diam lebih baik daripada berkoar tapi menyakiti orang lain,"Ucap Wijaya berbisik di telinga pak Dermawan.
Pak Dermawan ketakutan karena ia tau kalau isyarat itu ditunjukan untuknya,"ah, Diam memang lebih baik."balas pak Dermawan denga. senyum ketakutan.
"Ya sudah, saya tinggal dulu yaa."Ucap Wijaya dan meninggalkan Pak Dermawan.
Pak Dermawan menelan ludahnya dan langsung menelpon ke Kepolisian, meminta orang-orang yang ikut dalam penyelidikan Zara untuk menghentikan pencarian. Dengan alasan kalau itu hanya kesalahpahaman temanya yang salah menduga kalau Zara dibawa paksa padahal iya hanya naik mobil calon pengantinnya, dan anak buahnya mempercayai perkataan itu dan tidak melanjutkan penyelidikan.
Selesai acara. Darren langsung membawa Zara untuk tinggal dirumahnya, Bara yang hadir di acara itu mengejar Zara yang akan dibawa paman nya.
Grep..
Bara menangkap gaun Zara, membuat Zara menghentikan langkahnya begitu juga Darren, Zara dan Darren menoleh ke arah Bara.
"Kakak Zara, kita main dulu yuk! Bara mau main sama kakak Zara?"mohon Bara dengan wajah polos dan imutnya itu, membuat hati Zara langsung luluh, Zara berjongkok dan mengelus rambut Bara.
"Bara, kakak Zara lagi cape. ntar aja mainya,"kata Darren memutuskan harapan bocah lelaki menggemaskan itu. Zara hanya terdiam dan terus mengelus rambut Bara, ingin rasanya ia meminta tolong untuk menyelamatkannya tapi mana mungkin anak sekecil ini bisa menyelamatkan dia dan ibunya.
"Tidak mau, Bara mau main sama kakak Zara sekarang!!"teriak Bara.
Nadine langsung menghampiri Darren dan melepaskan tangan Bara dari genggaman di gaun Zara.
"Bara, mamah ga mau yaa Bara jadi anak nakal. kamu tidak dengar Om kamu bilang apa! Kakak Zara nya lagi cape jadi harus pulang untuk istirahat.''
Bara merengut dan langsung berbalik dan meninggalkan tempat itu.
"Maaf ya Zara, ga biasanya Bara kayak gitu,"Ucap Nadine merasa bersalah atas kelakuan Bara yang tidak seperti biasanya itu.
Zara hanya menjawab dengan senyuman "Apa kakak Darren tau tentang pernikahan paksa ini, kalau dilihat dari wajahnya ia tidak tau apa-apa."kata Zara dalam hatinya.
Benar, Nadine memang tidak tau apa-apa tentang pernikahan paksa Zara. Seminggu sebelumnya, Nadine diberitahu ayahnya kalau Darren akan menikah. Ayahnya menunjukkan foto Zara pada Nadine.
"ini adalah calon istri adikmu, dia adalah anak dari teman baik ayah,"Ucap ayahnya saat memberi kabar pernikahan Darren itu.
"Orangnya bagaimana yah?"
"Kamu tenang saja, perempuan ini sangat baik, dan adikmu juga menyukainya,"
"Baguslah, Nadine ikut senang dengernya."
Ayahnya lalu meminta Nadine untuk mendesain kartu undangan yang akan dibagikan kepada pengusaha-pengusaha dan orang-orang yang bekerja dibawah perusahaan ayahnya. Nadine hanya tau sebatas itu, sedang kejadian sebenarnya ia sama sekali tidak tau.
Zara dan Darren meninggalkan gedung acara. Didalam mobil, Zara hanya diam dan terus menatap keluar, ia melihat pemandangan malam Jakarta yang indah tapi tak seindah perasaanya saat ini. Zara menoleh ke Darren dan menatapnya tajam dan tatapan kemarahan. Darren yang sedang memainkan Hp-nya merasa terganggu dengan tatapan Zara dan ia menoleh, mata mereka saling bertemu.
"Dasar Bajingan, Brengsek., Psikopat. Kembalikan ibuku!!"Umpat Zara yang sudah tidak bisa membendung lagi perasaan marahnya pada Darren, dan umpatan itu membuat Darren merasa kesal.
"Apa? kamu berani berkata seperti itu padaku?"
"Iya, kamu Brengsek. apa yang kalian mau dari keluargaku?"kata Zara keras.
Darren mencengkram baju dibagian leher zara dan menarik nya, sehingga membuat jarak dekat diantara mereka, lalu tangan kanan Darren menekan Pipi Zara dengan kuat sehingga membuat Zara kesakitan dan berusaha melepaskan tangan Darren dari pipinya.
"Kau ingin memancing kemarahanku,apa kau tidak ingin melihat ibumu lagi, hah? jaga kata-katamu atau aku akan melakukan hal yang lebih buruk kepada ibumu!!"ancam Darren dan melepaskan tangannya lalu mendorong kuat tubuh Zara.
"Lebih baik jaga sikapmu itu, memancing kemarahanku. Sama artinya kau menyerahkan nyawa ibumu."ucap Darren lagi.
Zara memegangi pipinya yang terasa sakit, mendengar ancaman Darren yang begitu serius membuatnya takut jika Darren akan melakukan semua ancaman itu, Zara menoleh keluar jendela.
Tes.. Tes..
Air mata yang sudah tak tertahan itu langsung keluar. Menetes dengan deras, Zara menutup mulutnya, menahan suaranya agar tidak keluar dan terdengar oleh Darren.
Zara harus berhati-hati untuk tidak bertindak gegabah seperti tadi. Mereka sampai dirumah Darren yang besar, Darren keluar dari mobil diikuti oleh Zara yang kemudian menghadang Darren di depannya, karena ia masih penasaran dengan apa yang terjadi sebenernya. Ia butuh kejelasan, "kalau begitu katakan padaku, apa yang telah ayahku lakukan pada keluargamu?"pinta Zara sembari menahan tangisnya, ia ingin tahu semuanya.
Darren langsung menggenggam tangan Zara dan menariknya masuk kedalam rumah, membawanya masuk kedalam kamarnya. Darren mendorong tubuh Zara ke ranjang, sehingga membuatnya jatuh dengan keadaan terlentang, Darren berjalan keranjang lalu naik ke atas ranjang dan menindih tubuh Zara. Darren lalu membekap kedua tangan Zara keatas kepala Zara dengan tangan kirinya.
"Apa yang kamu lakukan? lepaskan aku!!"teriak Zara dengan rasa ketakutan kalau Darren akan melakukan hal itu padanya, ya walaupun ia tau Darren melakukanya pun tidak diharamkan karena Zara sudah menjadi istri sahnya, tapi siapa yang sudi melakukan hal itu dengan orang yang tidak dicintainya dan menikahinya tanpa persetujuan dirinya.
Jika Zara kabur dan melapor polisi atau bicara dengan orang luar untuk menolongnya pasti Zara yang akan dicemooh dan dicibir sebagai istri yang tidak taat pada suami.
Darren mendekatkan wajahnya pada wajah Zara "kenapa? bukankah kau telah menjadi istriku tentu saja aku halal melakukan itu padamu."ucap Darren dengan sinis dan senyuman yang menakutkan menggoda Zara.
"Tidak sudi aku disentuh oleh laki-laki kejam seperti kamu!!"ucap Zara dan matanya mulai berkaca-kaca.
"Bukankah aku sudah memperingatkan mu untuk menjaga kata-katamu itu, lagian aku juga tidak sudi menyentuh anak dari orang yang telah merebut ibuku dari ku,"kata Darren dingin sambil menatap Zara.
"cih, tidak sudi menyentuh? lalu sekarang ini, apa yang sedang dia lakukan padaku, bukankah ini sama dengan menyentuhku, Dasar psikopat". umpat Zara dalam hati.
"ayahku sangat menyayangi aku dan ibu, dia tidak mungkin menduakan ibu,"kata Zara meyakini bahwa perkataan Darren itu salah.
Darren tersenyum sinis, dan ia kemudian melepas cengkraman nya. Darren lalu menarik tangan Zara dan membawa Zara ke ruang kerjanya.
Darren menunjukan sebuah mading yang dimana terdapat koran berita mengenai kejadian di perusahaan ayahnya 14 tahun yang lalu, juga foto seorang wanita dan laki-laki yang sedang berpelukan.
Zara mengamati foto itu ia sangat familiar sekali wajah lelaki di foto itu adalah wajah ayahnya, ia sangat mengenal laki-laki difoto itu karena ibunya pernah menunjukan pada Zara. Benar, itu foto ayahnya. Ia tidak menyangka ayahnya melakukan itu dengan wanita lain selain ibunya dan berita di koran itu mengatakan bahwa ayahnya yang telah sengaja membakar salah satu perusahaan ayah Darren untuk melakukan bunuh diri bersama ibu Darren karena sudah tergila-gila padanya.
"Tidak!! berita itu bohong!! ayahku bukan orang seperti itu!!" kata Zara berusaha menyangkal, karena semua yang diceritakan ibunya tidak seperti itu.
Ibunya tidak akan menceritakan kebohongan padanya. Tapi didalam hatinya ada keraguan tentang cerita kebaikan ayahnya selama ini. Ia sedikit kecewa setelah melihat semua ini tapi, ia masih butuh kepastian. Hatinya terasa sakit dan tubuhnya bagai ditusuk pisau tumpul berkali-kali itu sangat menyakitkan untuk menerima kenyataan itu. Air mata Zara sudah tak bisa dibendung lagi.
Tes..tes..
air mata Zara mulai jatuh.
"Sekarang kau sudah tau semuanya, aku akan melakukan hal yang sama dengan apa yang ayahmu perbuat terhadap aku dan ayahku, penderitaan yang aku rasakan saat itu hidup tanpa kasih sayang seorang ibu, kamu akan merasakan nya mulai sekarang,"ucap Darren.
Darren membawa Zara ke gudang dirumahnya dan menguncinya didalam tanpa sinar lampu sedikitpun, diruangan yang sangat gelap dan juga menakutkan.
"Malam ini kau tidur disini sampai seterusnya, karena aku tidak sudi memberikan kamar di rumahku untuk wanita dari anak lelaki busuk itu,"
Darren lalu meninggalkan Zara di tempat itu sendirian, Zara menangis dibalik pintu gudang, ia masih tidak percaya dengan semua perbuatan ayahnya itu, ia berharap ada yang salah dengan foto dan berita itu. sayangnya, Zara tidak mengingat apa-apa tentang 14 tahun lalu bagaimana ayahnya sebenarnya, tidak mungkin ibunya mengatakan kebohongan tentang ayahnya hanya untuk membuat Zara senang.
Zara merasa takut berada digudang ini karena ia fobia terhadap kegelapan, Nyctophobia. Apalagi ruangan ini sangat gelap sekali, Zara mempunyai trauma masa kecil ia sering tiba-tiba teringat berada dalam ruangan kecil yang gelap dan teriakan orang kesakitan sambil meminta tolong.
"Ibu tolong, aku takut. Disini gelap, aku takut ibu tolong aku!" teriak Zara sambil menggedor-gedor pintu.
"Buka, tolong buka pintunya. aku takut!!"teriak Zara, tapi Darren tidak mendengarnya karena ia sedang mendengarkan musik di kamarnya memakai headset dengan suara keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments