02

. Malam hari, setelah semua kejadian di kampus yang memusingkan, Arisa lebih memilih duduk menatap langit malam dari balkon kamarnya. Bi Ina mengetuk pintu kamar lalu membukanya. "Non! Waktunya makan malam." Teriak bi Ina.

"Aku tidak lapar bi." Jawab Arisa dengan teriakan.

"Apa non mau dibuatkan sesuatu?"

"Tidak bi terimakasih" jawab Arisa.

"Setidaknya makanlah sedikit non, kasian badan non. Jangan ngeyel. Bibi masakin masakan kesukaan non ya." Bujuk bi Ina yang tiba-tiba berada di belakang Arisa.

"Tidak bi. Tak usah repot-repot. Aku tidak lapar" ucap Arisa yang masih menatap kedepan tanpa menoleh sedikitpun.

"Apa ada masalah? Non bisa cerita ke bibi."

"Tidak bi. Aku baik-baik saja."

"Tapi sudah lama non tidak makan bersama lagi, sarapan dirumahpun tidak pernah." Ucap bi Ina yang terlihat menghawatirkan Arisa. Arisa menoleh tersenyum padanya menunjukan bahwa semua baik-baik saja.

"Baiklah kalau begitu non. Bibi kembali ke dapur ya. Kalo non mau dibuatkan sesuatu panggil bibi saja!" Ucap bi Ina yang kemudian berlalu meninggalkan Arisa.

. Didapur.

. "Apa Arisa sudah tidur bi?" Tanya mama penasaran.

"Belum bu. Non Arisa masih diam diluar." Jawab bi Ina sopan.

"Apa dia tidak ingin makan?" Tanya Tio. Bi Ina hanya mengangguk .

"Adik bodoh!" Ucap Tio kesal dan beranjak dari tempat duduknya.

"Habiskan makananmu Tio!" Ucap Ayah sedikit menekan.

"Aku akan segera kembali ayah." Jawab Tio yang terus berjalan menjauh dari ruang makan.

. Dikamar Arisa, Tio masuk tiba-tiba.

"Bisakah kau mengetuk pintu dulu sebelum kau masuk ke kamar orang?" Ucap Arisa menegaskan.

"Adik bodoh kau. Mau sampai kapan kau akan menahan dirimu di sini?" Kesal Tio.

"Apa maksudmu? Ini kamarku. Wajar saja jika aku berdiam diri disini." Jawab Arisa santai.

"Apa kau tidak lapar?" Tanya Tio

"Tidak" jawab Arisa.

"Apa kau sudah gila?"

"Tidak juga"

"Apa kau tidak menganggapku sebagai kakakmu?"

"Tid.... apa maksudmu?" Ucap Arisa langsung menatap Tio.

"Sekarang makan! Aku temani kau sampai kau kenyang." Tio menarik tangan Arisa.

"Aku tidak mau" kekeuh Arisa. Tapi Tio tidak ingin kalah dengan adiknya itu. Dia menarik-narik tangan Arisa, sampai Arisa terjatuh dari sofanya. Arisa merintih kesakitan.

"Kau sudah gila Tio" teriak Arisa.

"Apa? Tio? Wahhh ternyata kau sudah berani sekarang. Adik bodoh!" Ucap Tio mengejek.

"Upsss maafkan aku kakakku yang gila, ha ha ha!" Ucap Arisa dengan wajah dingin.

"Ayo makan! Kasihan lambungmu terus menangis karena kosong." Ejek Tio.

"Aku tidak lapar kak! Sudahlah jangan memaksaku.!" Teriak Arisa.

"Lalu? Suara apa itu yang dari tadi berbunyi seperti alarm yang tidak kau matikan.?" Ucap Tio semakin kesal.

Arisa hanya mendelik.

"Jika aku makan, perutku akan semakin sakit." Lirih Arisa memalingkan wajahnya.

"Tapi jika tidak diisi, perutmu akan lebih sakit dari ini."

Tio terus menarik Arisa ke ruang makan. Terlihat begitu canggung dengan semua anggota keluarga.

"Ayah pikir kau sudah tidur." Ucap ayah menoleh sejenak dan langsung melanjutkan makannya. Arisa tidak langsung menjawab ayahnya. "Bi aku mau mie instan" teriak Arisa.

"Tapi non" ucap bi Ina ragu.

"Katanya tadi kalo aku mau apa-apa, tinggal panggil bibi." Gerutu Arisa kesal.

"Ya sudah, bibi buatkan buat non Arisa. Mau kuah atau goreng non?"

"Kuah aja bi" jawab Arisa semangat.

. Bi Ina langsung membuatkan apa yang Arisa mau, sementara di meja makan Arisa sibuk dengan ponselnya.

"Bagaimana kuliahmu?" Tanya ayah memecah keheningan. Arisa tidak menjawab dan tetap fokus pada ponselnya.

"Arisa. Simpan ponselmu" ucap Tio berbisik.

"Hah? Memangnya kenapa?" Tanya Arisa heran.

"Aku bertanya padamu Arisa?" Ucap Ayah sedikit kesal. "Apa sikapmu menjadi tidak sopan setelah sekian lama tidak bertemu denganku?"

"Sudah ayah. Aku lelah membujuknya, dan sekarang ayah malah menceramahinya. Masih bagus dia ikut bergabung malam ini." Ucap Tio membujuk.

"Maaf ayah. Aku tidak tahu kalau ayah ternyata bertanya padaku. Kukira ayah bertanya pada Kak Raisa. Maaf jika aku mengganggu makan malam ayah." Arisa berdiri dari duduknya.

"Arisa, duduklah. Kau jangan berfikir seperti itu. Mama senang kamu ikut makan malam." Ucap mama menahan Arisa agar tidak pergi.

"Tidak ma. Sebenarnya aku tidak lapar. Aku hanya menghargai usaha Kak Tio karena dia memelas agar aku ikut." Ucap Arisa dan berlalu kembali ke kamarnya.

"Arisa..." teriak Raisa dan langsung mengejar Arisa.

"Arisa tunggu!" Brak tepat didepan Raisa pintu kamar dibanting keras.

"Arisa.. jangan marah." Bujuk Raisa dari luar. Tidak ada jawaban. Hening.... suara pintu terkunci dan suara musik samar2 terdengar oleh Raisa. Raisa kembali masuk ke kamarnya, yang berada disamping kamar Arisa.

. Di meja makan.

"Aku heran, apa mau anak itu? Susah sekali diatur." Kesal Ayah.

"Dia bukan susah di atur, ayah! Dia hanya merindukan perhatian ayah dan mama secara langsung. Ayah selama ini menghawatirkan Arisa, tapi seakan ayah membencinya. Justru aku yang bertanya, apa yang ayah inginkan? Jika ayah khawatir padanya, tunjukan sikap yang seharusnya bukan malah sebaliknya." Jelas Tio yang langsung meninggalkan meja makan.

Bi Ina terlihat bingung dengan mie di tangannya yang sudah matang, tapi tidak ada Arisa di meja makan.

"Antar itu ke kamarnya bi. Dan bujuk Arisa untuk makan." Suruh mama pada bi Ina.

"Baik bu."

Bi Ina mengantarkan mie ke kamar Arisa. Beberapa kali mengetuk pintu, tidak ada jawaban sama sekali.

Bi Ina melihat Tio dari atas yang hendak masuk ke kamarnya. Kamar Tio berada di bawah, bersebelahan dengan ruang kerja milik ayah.

"Mas Tio!" Panggil bi Ina.

Tio mendongak "kenapa bi? Arisanya sudah tidur?" Tanya Tio. Lalu berjalan menaiki tangga.

. Tio mencoba membuka pintu, namun terkunci.

"Apa kau marah? Arisa? Buka pintunya! Ini kakak. Aku tahu kau belum tidur." Ucap Tio sedikit berteriak. Suasana hening beberapa saat. Dan 'ceklak' tanda bahwa pintu sudah tidak terkunci lagi. Tio masuk dan tidak menemukan adiknya itu. Karena panik, Tio berlari menuju pintu balkon yang masih terbuka.

"Mau kemana kau Tio?" Suara Arisa terdengar dari belakang.

Tio menoleh. "Sedang apa kau di balik pintu?" Tanya Tio heran.

"Kau pikir aku disini karena siapa? Kau membuka pintu tiba-tiba setelah aku membuka kunci. Kau memang sudah gila." Gerutu Arisa karena kesal.

Bi Ina yang sedari tadi masih memegang mangkuk mie, masuk dan menyimpannya di meja belajar.

"Makan ya non. Bibi sudah buatkan untuk non." Bujuk bi Ina.

"Baiklah. Karena bibi sudah baik, dari membuatkan sampai mengantarkan ke kamarku, aku akan makan. Tapi aku mohon bi. Usir orang ini dari kamarku" pinta Arisa dengan nada memelas. "Aku tidak akan makan jika didalam kamarku masih ada makhluk yang menyeramkan" lanjutnya.

"Ohhh kau kira aku hantu?" Seringai terlihat di sudut bibir Tio. "Kalau begitu aku akan memakanmu haammmm" menghampiri Arisa dan mengacak-acak rambutnya.

"Hentikan kakak. Rambutku indahku jadi berantakan." Arisa kesal memalingkan wajahnya. Tio hanya tersenyum lalu menarik nafas dalam.

"Sudahlah jangan cemberut, nanti adiku ini tidak cantik lagi." Tio tertawa sambil mencubit hidung Arisa.

"Ihhh kakak. Sakit. Lagipula aku tak secantik kak Raisa" Geram Arisa.

Tio menghela nafas panjang. "Adikku dua-duanya sama cantik." Arisa kembali memalingkan wajahnya ke sisi lain.

"Baiklah aku pergi. Dan kau habiskan makananmu! kalau tidak, aku yang akan memakanmu." Ucap Tio sembari menutup kembali pintu kamar Arisa.

Bi Ina terlihat tersenyum tipis. Arisa duduk dan mulai menyeruput kuah mie terlebih dahulu.

"Bibi mau? Sepertinya ini tidak akan habis kalau hanya aku yang memakan." Ucap Arisa menoleh pada Bi Ina lalu menatap mangkuk didepannya.

"Tidak non. Bibi sudah makan. Non saja yang makan." Ucap bi Ina sambil tersenyum.

"Non. Bibi heran, kenapa non Arisa bisa bercanda tetapi tidak sedikitpun tertawa bahkan tersenyum?" Mendengar itu, arisa langsung terdiam.

"Aku sudah terbiasa bi" jawab Arisa datar.

Bi Ina mengerti bagaimana perasaan Arisa selama ini. Karena sudah memahami, bi Ina memilih pamit kembali ke bawah. Dan Arisa melanjutkan makannya walau tak habis.

. Pagi hari, seperti biasa Arisa berangkat pagi. Walaupun kelasnya dimulai siang. Karena sepertinya diluar rumah lebih menyenangkan.

"Aku berangkat!" Ucap Arisa sambil berlari nenuruni tangga. Tak peduli ada yang mendengar atau tidak. Arisa berhenti tepat di depan foto keluarga di ruang tamu, menoleh dan menatap dalam foto itu. Terlihat Begitu rukun, bahagia. Arisa tersenyum sinis sejenak. Dan berlalu pergi memasuki mobil.

. Diwaktu yang sama, Tio keluar kamar hendak mengambil air minum ke dapur. Saat menutup pintu, Tio menoleh ke ruang tamu. Terlihat Arisa sedang berdiri mematung menatap foto keluarga. Saat itu pula terlihat senyum sinis di sudut bibir Arisa, dan tak lama Arisa langsung berlari keluar. Tio heran dengan perilaku adik bungsunya itu.

"Apa aku sedang mengigau? Tapi dia benar-benar adikku." Gumam Tio pelan dan langsung pergi ke dapur.

. Saat memasuki mobil, Arisa terkejut karena dia tidak menyadari ada Raisa di dalam mobil.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Arisa heran.

"Hari ini aku ingin di antar olehmu. Kau masuk kelas siang kan?" Raisa berbalik bertanya.

"Iya! Bagaimana kau tau?"

"Aku tidak sengaja melihat jadwal kuliahmu saat aku mengembalikan novel ke kamarmu." Jawab Raisa tersenyum.

"Lalu?" Tanya Arisa datar.

"Pertanyaan apa itu? Tentu saja aku heran kenapa kau berangkat sepagi ini, tapi ternyata kelasmu masih lama?" Ucap Raisa menatap Arisa.

Suasana hening beberapa saat dan kemudian Arisa menjawab.

"Aku ada urusan. Kau puas?"

Raisa hanya mengangguk-ngangguk tidak percaya. Arisa menyalakan mobilnya dan melajukan dengan kecepatan sedang. Setengah perjalanan tidak ada yang bicara sampai Raisa memulai pembicaraannya.

"Hei! Apa kau tau ada mahasiswa baru yang pindah ke kampusmu?"

Dan saat itu pula ingatan Arisa tertuju pada Rayyan.

Bersambung-

Episodes
1 Prolog
2 01.
3 02
4 03
5 04
6 05
7 06
8 07
9 08
10 09
11 10
12 11
13 12
14 13
15 14
16 15
17 16
18 17
19 18
20 19
21 20
22 21
23 22
24 23
25 24
26 25
27 26
28 27
29 28
30 29
31 30
32 31
33 32
34 33
35 34
36 35
37 36
38 37
39 38
40 39
41 40
42 41
43 42
44 43
45 44
46 45
47 46
48 47
49 48
50 49
51 50
52 51
53 52
54 53
55 54
56 55
57 56
58 57
59 58
60 59
61 60
62 61
63 62
64 63
65 64
66 65
67 66
68 67
69 68
70 69
71 70
72 71
73 72
74 73
75 74
76 75
77 76
78 77
79 78
80 79
81 80
82 81
83 82
84 83
85 84
86 85
87 86
88 87
89 88
90 89
91 90
92 91
93 92
94 93
95 94
96 95
97 96
98 97
99 98
100 99
101 100
102 101
103 102
104 103
105 104
106 105
107 106
108 107
109 108
110 109
111 110
112 111
113 112
114 113
115 114
116 115
117 116
118 117
119 118
120 119
121 120
122 121
123 122
124 123
125 124
126 125
127 126.
128 127
129 128
130 129
131 130
132 131
133 132
134 133
135 134
136 135
137 136
138 137
139 138
140 139
141 140
142 141
143 142
144 143
145 144
146 145
147 146
148 147
149 148
150 149
151 150
152 151
153 152
154 153
155 154
156 155
157 156
158 157
159 158
160 159
161 160
162 161
163 162
164 163
165 164
166 165
167 166
168 167
169 168
170 169
171 170
172 171
173 172
174 173
175 174
176 175
177 176
178 177
179 178
180 179
181 180
182 181
183 182
184 183
185 184
186 185
187 186
188 187
189 188
190 189
191 190
192 191
193 192
194 193
195 194
196 195
197 196
198 197
199 198
200 199
201 200
202 201
203 202
204 203
205 204
206 205
207 206
208 207
209 208
210 209
211 210
212 211
213 212
214 213
Episodes

Updated 214 Episodes

1
Prolog
2
01.
3
02
4
03
5
04
6
05
7
06
8
07
9
08
10
09
11
10
12
11
13
12
14
13
15
14
16
15
17
16
18
17
19
18
20
19
21
20
22
21
23
22
24
23
25
24
26
25
27
26
28
27
29
28
30
29
31
30
32
31
33
32
34
33
35
34
36
35
37
36
38
37
39
38
40
39
41
40
42
41
43
42
44
43
45
44
46
45
47
46
48
47
49
48
50
49
51
50
52
51
53
52
54
53
55
54
56
55
57
56
58
57
59
58
60
59
61
60
62
61
63
62
64
63
65
64
66
65
67
66
68
67
69
68
70
69
71
70
72
71
73
72
74
73
75
74
76
75
77
76
78
77
79
78
80
79
81
80
82
81
83
82
84
83
85
84
86
85
87
86
88
87
89
88
90
89
91
90
92
91
93
92
94
93
95
94
96
95
97
96
98
97
99
98
100
99
101
100
102
101
103
102
104
103
105
104
106
105
107
106
108
107
109
108
110
109
111
110
112
111
113
112
114
113
115
114
116
115
117
116
118
117
119
118
120
119
121
120
122
121
123
122
124
123
125
124
126
125
127
126.
128
127
129
128
130
129
131
130
132
131
133
132
134
133
135
134
136
135
137
136
138
137
139
138
140
139
141
140
142
141
143
142
144
143
145
144
146
145
147
146
148
147
149
148
150
149
151
150
152
151
153
152
154
153
155
154
156
155
157
156
158
157
159
158
160
159
161
160
162
161
163
162
164
163
165
164
166
165
167
166
168
167
169
168
170
169
171
170
172
171
173
172
174
173
175
174
176
175
177
176
178
177
179
178
180
179
181
180
182
181
183
182
184
183
185
184
186
185
187
186
188
187
189
188
190
189
191
190
192
191
193
192
194
193
195
194
196
195
197
196
198
197
199
198
200
199
201
200
202
201
203
202
204
203
205
204
206
205
207
206
208
207
209
208
210
209
211
210
212
211
213
212
214
213

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!