Di saat ulang tahunku yang ke 6. Aku mendapat dua kabar baik. Yang pertama adalah ibuku telah hamil 4 bulan. Ibu dan ayahku merahasiakannya untuk mengejutkanku. Tentunya aku sangat senang bila mendapatkan adik. Di duniaku yang dulu aku hanya anak tunggal.
Dan kabar yang kedua, keluargaku akan menyewa guru untuk melatihku sihir. Walau pun ayahku mengingingkanku menjadi pendekar pedang, aku membujuknya dan berkata akan tetap berlatih berpedang dan berlatih sihir. Dan hari ini guru itu datang.
Aku tidak sabar untuk bertemu guru sihirku. Sambil menunggunya aku berlatih pedang bersama ayahku. Aku sudah berlatih berpedang disaat umurku 5 tahun setelah aku menggunakan sihir penyembuhan kepada ibuku. Tapi sampai saat ini aku hanya diajari ilmu beladiri berpedang. Aku sama sekali belum mempelajari soal sword skill yang sejak dulu aku inginkan. Kata ayahku, aku harus menyelesaikan seluruh ilmu beladirinya. Baru dia akan mengajarkanku sword skill. Tapi ada fakta yang cukup mengejutkan. Ternyata aku bisa menyelesaikan ilmu beladiri ini hanya dalam setahun. Yang biasanya dilakukan selama 3 tahun untuk orang biasa. Paling cepat juga 2 tahun. Ini mungkin karena bakatku yang aku ketahui di pertengahan umur 5 tahun. Aku dapat mengingat jelas apa yang pernah aku alami dan pelajari. Aku masih ingat kejadian-kejadian disaat aku masih berumur satu tahun hingga sekarang. Jadi besok aku akan mulai berlatih sword skill ditemani ayahku.
Sekitar sejam, aku berlatih pedang bersama ayahku. Tak lama kemudian aku melihat sosok bayangan dari arah jalan setapak menuju rumahku. Setelah sosok itu memasuki halaman rumahku, aku benar-benar terpesona. Gadis cantik berpakaian seperti penyihir. Diakah yang akan menjadi guruku? Dia berambut hijau panjang dan bermata merah menyala. Tubuhnya pendek tapi lebih tinggi dariku. Tangannya memegang sebuah tongkat. Tongkatnya berbentuk unik. Ujung atas tongkatnya berbentuk pipih dan terdapat hiasan bulu bergantung. Di tengah tongkat, diperban sebagai tempat menggenggam. Topinya lebar berujung panjang hingga menukik kebawah. Ujungnya berbentuk bola kristal hitam yang memantulkan cahaya matahari. Keseluruhan pakaiannya berwarna hitam. Benar-benar seperti seorang penyihir.
“Apa disini kediaman keluarga Carlos?” dia bertanya kepada aku dan ayahku.
“Ya, benar. Saya tuan rumah disini. Martin Carlos.”
“Saya June Cordelia. Guru yang anda panggil untuk mengajar.” Dia membuka topinya saat memperkenalkan diri, dan memasangnya kembali setelah selesai menyampaikannya. “Apa anak ini yang akan menjadi murid saya?” Dia berjongkok dihadapanku untuk menyamakan tingginya denganku. Padahal kupikir dia tidak terlalu tinggi. Ternyata dengan tubuh ini, perbedaan tingginya cukup jauh.
“Ya, dia yang akan kamu ajari.” ayahku menatapku dan mengelus kepalaku.
“Apa tidak terlalu dini untuk mengajarinya?” Gadis itu ragu akan kemampuanku. Lihat saja nanti. Kamu akan terkejut.
Ayahku tertawa mendengar itu. Dia pun menepuk pundakku dan berkata. “Coba saja keahliannya.” Setelah itu ayahku masuk keluar meninggalkan kami berdua di halaman
“Baiklah kalau begitu. Coba keluarkan sihir yang sudah kau kuasai. Eumm... maaf, siapa namamu?”
“Alvin. Alvin Carlos.”
“Oke Alvin. Aku tidak terlalu banyak berharap kepadamu. Sepertinya orang tuamu itu terlalu berharap kepadamu. Kebanyakan anak seumuran kamu hanya dapat mengeluarkan sebagian kecil kekuatan sihir sederhana. Dan ketika mereka belajar padaku, mereka tidak bertahan walau hanya dalam waktu 3 bulan.”
Aku diam saja ketika dia mengatakan itu. Aku mengangkat kedua tanganku kedepan dan mengeluarkan sihir tanpa suara. Sejak saat aku mengeluarkan sihir pertama kali, aku berlatih untuk mengeluarkan sihir tanpa mengucapkan apapun. Aku berlatih selama 3 bulan dan berhasil melakukannya tanpa menurunkan kualitas dari sihir yang kugunakan.
Di depan tanganku muncul gumpalan bola air. Aku mengibaskan kedua tanganku dan membuat bola air itu terpecah menjadi bola-bola kecil sebesar kelereng. Aku mengangkat tangan kananku. Bola-bola kecil itu membentuk lingkaran didepan tanganku. Setelah itu aku melemaskan tanganku dan bola-bola itu jatuh seperti air biasa ke tanah. Aku menghelakan nafas dan menatap ke arah guruku yang sedang mematung melihat apa yang sudah kulakukan. Saat dia ingin mengatakan sesuatu, dia memulai katanya daengan terbata-bata.
“Ka-kau bi-bisa mengeluarkan sihir tanpa mengucapkan mantra??!!” dia langsung menggenggam tanganku dan membuatku benar-benar kaget. “Kau benar-benar jenius!!” wajahnya benar-benar dekat dengan wajahku. Itu membuat wajahku memerah. Gadis ini benar-benar sangat cantik ketika dilihat dari dekat. Seketika dia menyadari apa yang dia lakukan. Dia melepas tanganku dan berbalik secepatnya.
“Ehem. Boleh juga kau bisa melakukan itu. Eumm. Boleh juga.” mukanya juga sedikit memerah. Sikapnya berbeda dengan yang tadi. Itu membuatku tertawa melihatnya. Dia melihat kearahku dan marah. “Kamu berani menertawakan aku hah?!” walau dia mengatakan itu, senyuman kecil muncul di wajahnya. Sepertinya dia senang bisa mendapat murid sepertiku.
“Baiklah, aku perjelas perkenalanku. Namaku June Cordellia. Classku elementalist salah satu class lanjutan dari wizard. Aku berkerja sebagai petualang bayaran. Tapi kadang aku disewa untuk membuat hujan atau mengajari orang tentang sihir seperti padamu. Dan walau pun tubuhku masih seperti gadis berumur belasan, aku sebenarnya berumur 20 tahun. Itu karena aku adalah berada di ras Leegel. Ras yang memiliki umur panjang dan awet muda. Tingkat magic ras Leegel cukup tinggi. Tapi masih tidak bisa mengalahkan ras Elf. Ras Leegel bisa dibedakan oleh mata yang merah dan rambut berwarna hijau. Kamu bisa memanggilku apa saja.” Penjelasan yang panjang itu aku resapi dengan baik. Dan yang baru kutahu ternyata ada ras selain manusia di dunia ini. Dan yang paling mengejutkan adalah postur tubuhnya. Aku tidak mengira dia sudah berumur 20 tahun.
“Namaku Alvin. Anak dari Martin Carlos sang mantan pendekar pedang terbaik di kerajaan, dan Shiele Carlos. Boleh aku memanggilmu ‘kak June’?” Entah kenapa ketika aku berkata ‘kak June’, dia menatapku dengan tatapan yang berbeda. Dia sepertinya senang mendengar kata ‘kak June’. Mungkin aku memiliki wajah yang imut? Tubuh ini menakjubkan.
“Ehem. Oke sekarang aku akan mengecek kapasitas manamu. Apa kamu pernah mencobanya?” Aku mengangguk ketika dia mengatakan itu. “Seberapa besar kapasitas manamu?”
“Kategori 3 level 2.” Manaku sedikit meningkat. Semenjak mengetahui sihir, aku tidak pernah berhenti berlatih.
“Kamu tidak pernah berhenti membuatku terkejut. Kukira kamu masih berada di kategori 2. Ternyata , kamu sudah memasuki kategori untuk petualang type magic.”
“Tapi aku masih banyak yang perlu aku pelajari. Masih banyak yang aku tidak ketahui tentang sihir. Bagaimana cara mengeluarkan dua elemen secara bersamaan. Bagaimana menyatukannya. Dan juga tentang benda-benda sihir yang membuat kita tak perlu mengeluarkan banyak mana. Maukah kau mengajariku kak June?”
“Untuk itulah aku disini.” Dengan bangga dia mengatakannya. “Tapi kita cukupi untuk hari ini. Nanti malam kamu akan belajar denganku bersama setumpuk buku. Persiapkanlah dirimu.” Senyuman ngeri muncul di wajah cantiknya. Aku hanya dapat tersenyum terpaksa melihat senyumannya itu.
Tiba saatnya makan malam. Aku duduk disebelah kak June. Di hadapanku terdapat ayah dan ibuku. Karena hari ini adalah ulang tahunku makanannya pun banyak dan lezat. Ini juga dihitung sebagai pesta penyambutan untuk kak June. Yang pasti sekarang aku sudah kelaparan.
Kami makan sambil berbincang-bincang bersama. Ibuku yang tidak tau nama kak June saat itu, menanyakan namanya.
“Kamu yang menjadi guru Alvin? Cantiknya... Saya ibunya Alvin, Shiele Carlos. Kumohon jaga anakku mulai sekarang. Kalau dia berperilaku nakal, tak usah segan untuk memarahinya ya.” Dengan ramah ibuku mengatakannya untuk membuat kak June tidak terlalu tegang.
“Ah, Nama saya June Cordellia. Anda juga sangat cantik nyonya Shiele.”
“Uwaah, Formal banget... ” pikirku sambil menatap aneh kak June. Aku sebenarnya tidak suka yang terlalu formal.
Ibuku tertawa kecil mendengar kata-kata kak June dan tatapan anehku. Ibuku tau kalau aku tidak suka sesuatu yang kaku dan formal. “Kamu tidak perlu terlalu formal June. Nanti Alvin akan menatapmu seperti itu.” Ibuku melihat kepadaku. Dilanjut kak June. Spontan aku mengalihkan pandanganku dari kak June dan kembali makan.
Kak June tersenyum melihat tingkahku. Dia kembali menatap ibuku dan berkata. “Baiklah, aku tidak akan terlalu formal kepadamu nyonya Shiele.”
“Hapus kata ‘nyonya’ dari namaku June.“ Ibuku tertawa kecil setelah mengatakannya.
Dengan gugup kak June menyebut nama ibuku. “Ba-Baik. Shi-Shiele.” Ibuku tersenyum mendengarnya. Tapi tiba-tiba raut wajah ibuku menjadi khawatir.
“Tapi maaf, kamu akan tidur di kamar Alvin.” Ketika mendengar ucapan itu aku tersedak. Aku terbatuk batuk-batuk dan berteriak gagap.
“Ke-KENAPA KAK JUNE TIDUR DENGANKU??!!” Aku berdiri dari tempat dudukku.
“Tidak ada yang bilang June akan tidur denganmu.” Ayah bicara sambil mengunyah makanan. “Kalian akan tidur di kamar yang sama tapi di kasur yang berbeda.” dengan enteng dia berkata seperti itu.
Wajahku merah padam. Mana mungkin itu diputuskan begitu saja sih? Aku melanjutkan makanku dengan perasaan yang bercampur aduk. Apa yang harus kulakukan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Hariyadi Hariyadi
ceritang mirip wkwkkwkw 🙁
😆😆😆😆😆😆
2020-09-04
1
Hariyadi Hariyadi
kok kayak ceritanya rudi
yang komik jepang 🤔🤔🤔🤔
2020-09-04
5
zixc
beda umur 15 tahun lebih awokwkwwkkw
2020-08-07
1