Sihir Pertama

Umurku sekarang telah berumur lima tahun. Aku sedang berada di lantai 2. Tempat penyimpanan barang-barang lama. Disana aku menemukan buku tentang sihir. Di buku itu terdapat penjelasan-penjelasan tentang sihir seperti mana. Mana adalah energi dalam tubuh untuk mengeluarkan sihir. Disitu tertulis jika ingin mengecek adanya mana atau tidak, cobalah membaca kata-kata sihir yang tertulis dibuku. Karna aku penasaran, aku mencoba membaca kata sihir tersebut.

Aku menutup mataku. Mengangkat tangan kananku kedepan setinggi bahuku. Mulutku mengucapkan kata sihir itu dengan seksama. Setelah selesai, aku membuka mataku. Dan betapa terkejut dan senangnya aku. Diatas tanganku terdapat kristal biru yang bercahaya. Aku kembali membaca instruksinya. Tertulis bahwa, semakin terang kristal itu bersinar, semakin banyak mana yang kau miliki. Aku melihat kristal di tanganku. Sinarnya seperti cahaya handphone. Dan ketika kubaca kembali bukunya, manaku masuk kategori 3 level 1. Kategori yang kebanyakan dimiliki petualang. Mana terbagi atas 5 kategori. Pertama, untuk balita dan para pekerja yang bukan petualang seperti pedagang dan petani. Kedua, untuk para perawat di rumah sakit dan para petualang type melee. Ketiga, untuk para petualang type magic dan range. Keempat, untuk tingkat lanjutan dari type magic yaitu wizard. dan terakhir, untuk kategori akhir dari magic yaitu sage. Dan setiap kategori terdapat 5 level yang menentukan sebesar apa mana yang dimiliki.

Aku menghelakan nafas. Kristal ditanganku menghilang saat itu juga. Setelah kupikir-pikir ternyata gen tubuh yang kumiliki ini penuh dengan potensi. Dan terbukti kapasitas manaku sama besarnya dengan petualang type magic. Aku pun membuka kembali buku sihir itu. Tertulis bahwa  level mana bisa ditingkatkan dengan menghabiskan seluruh mana hingga tak bisa mengeluarkan sihir lagi. Dan juga mana bisa ditingkatkan dengan latihan fisik. Tapi keduanya membutuhkan waktu yang lama dan dilakukan berkali-kali. Setidaknya menaikkan level masih mudah untuk dilakukan. Dan cara untuk mengembalikan mana yang habis adalah dengan beristirahat dan memperbanyak makan. Aku menutup buku itu dan mencoba memahami apa yang aku baca tadi.

Aku membuka kembali buku itu dan memasuki bab tentang mantra-mantra sihir. Tertulis banyak mantra sihir dibuku itu. Aku pun mencoba sihir yang berguna untuk nanti. Aku mencoba sihir [Water Ball], sihir sederhana yang menciptakan bola air dan menembakkannya kearah yang kita inginkan. Aku mengangkat tangan kananku kedepan, mataku kembali kututup, dan mulutku mengucapkan kalimat sihirnya. Setelah selesai, aku membuka mataku seraya berkata.

“Water ball!” seketika muncul gumpalan bola air berukuran sekepal tangan orang dewasa. Aku pun mencoba mengarahkannya kearah dinding. Air itu melesat dengan cepat dan membuat dinding kayu itu rusak. Tapi tidak sampai menembus dinding itu. Aku pun girang dan cukup kaget ketika melihat apa yang terjadi. Tapi karena itu hanya dinding ruang penyimpanan dan rusaknya tidak cukup parah, aku tidak begitu khawatir. Saatku baca lagi buku sihir itu, ternyata beberapa sihir dapat diimajinasikan sesuai keinginan. Aku pun ingin mencoba mengimprovisasi [Water Ball] lewat imajinasiku.

Aku menata barang-barang yang terlihat tidak terpakai seperti patung kayu, hiasan dinding yang sudah rusak, dan vas bunga yang sudah berlubang. Aku mengangkat tangan kananku kearah kiri tanpa menutup mata. Aku membayangkan apa yang ingin kubuat. Lalu mengucapkan mantra sihirnya. Dan setelah selesai aku mengibaskan tangan kananku kearah kanan. Membentuk tiga bola air sebesar kelereng dan melesat ke arah barang yang sudah kutata. Ketiga bola itu tepat sasaran. Dan membuat barang-barang itu berlubang. Aku tersenyum sendiri melihat itu. Aku pun membawa buku sihir itu ke lantai bawah. Ke kamar pribadiku. Aku ingin belajar sihir dengan nyaman disana.

Sesampai dikamar, aku mencoba sihir [Heal]. Sihir sederhana untuk penyembuhan. Mungkin akan berguna disaat dibutuhkan. Setelah membaca mantranya muncul cahaya hijau ditanganku dan ketika aku memikirkan untuk berhenti, cahaya itu memudar dan menghilang. Walau aku belum yakin kalau sihir tadi berkerja, aku sudah senang melihat tanganku bersinar. Lalu aku mencoba mengeluarkan sihir dengan hanya memikirkannya. Tanpa harus mengucapkan mantranya. Aku pun mengangkat tangan kananku dan memikirkan sihir [Heal]. Tapi hasilnya nihil. Sihirnya tidak bekerja. Aku pun mencoba cara yang sama dengan memikirkan sihir [Water Ball] . Tapi hasilnya sama saja. Tapi aku belum menyerah. Aku pun memikirkannya lebih serius, memaksa otak kecilku untuk berimajinasi, meneriakkan nama sihir itu.

“Water ball!” setelah aku mengucapkan nama sihirnya, baru muncul bola air tapi tidak sebesar yang sebelumnya. Sepertinya itu butuh latihan yang lebih untuk melakukannya. aku pun beristirahat sejenak untuk memulihkan energiku. Itu cukup melelahkan. Mengeluarkan sihir berkali-kali membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi. Untungnya itu menyenangkan. Sehingga aku tidak malas untuk melakukannya.

“Aw!” terdengar suara rintihan dari arah dapur. Aku pun segera menuju dapur. Takut ibuku kenapa-napa. Sesampai disana ibuku sedang menempelkan mulutnya ke jari telunjuknya. Jarinya terlihat teriris pisau. Darah sedikit keluar dari luka di jarinya. Ibuku menyadari kehadiranku dan tersenyum padaku sambil berkata. “Tak apa apa Alvin. Ini hanya luka gores. Tak perlu sekhawatir itu.” Aku menatap terus jarinya. Tiba-tiba muncul ide di benakku untuk menggunakan sihir itu untuk menyembuhkan jarinya.

“Kemarikan jarimu bu.” Aku mengangkat tanganku kearah ibuku. Ibuku melihatku seperti itu lalu berjongkok untuk meperlihatkan lukanya padaku.

“Apa yang ingin kamu lakukan Alvin?” ibu menyodorkan tangannya kepadaku. Aku memegang tangannya dengan tangan kiriku lalu meletakkan tangan kananku diatas jari yang terluka. Aku pun merapalkan sihir [Heal] dan mengucapkan nama sihirnya.

“Heal.” Seketika tanganku memancarkan cahaya hijau. Terlihat luka di jari ibuku mulai menutup. Hingga akhirnya luka itu seperti tidak pernah ada sebelumnya. Kembali ke semula. Aku menghentikan sihirku dan melepas tangan ibuku. Aku tersenyum padanya. Tapi ibuku terlihat kaget melihat anaknya baru saja mengeluarkan sihir di umur 5 tahun. Tapi keterkejutan ibuku tidak terlalu lama. Dia mengelus kepalaku dan tersenyum bahagia.

“Ibu benar-benar bahagia mendapat anak berbakat sepertimu” senyuman hangatnya membuatku tidak tahan untuk memeluknya. Aku memeluk ibuku. Dan tentu ibuku membalas pelukanku. Aku senang bisa mendapat ibu sepertinya.

Terpopuler

Comments

Ahmad ardiva ardiva

Ahmad ardiva ardiva

jalan ceritanya mirip betul sama anime rudi

2021-03-15

1

Kutang Naga

Kutang Naga

Sekilas meski plot cukup berbeda... aku melihat Mhusoku Tensei?

2021-02-25

2

WieFan

WieFan

manisnyaa...

2020-07-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!