Tak Terduga

"Ngga bisa!!!"

Mata yang tengah fokus menatap ke arah wanita cantik berhijab seketika teralihkan oleh suara tinggi seseorang. Reflek semua orang menoleh mengikuti gerakan mata Arthur.

"Apa-apaan ini, sayang?!!" Arthur langsung bangkit dari tubuhnya. Menatap ke arah gadis cantik yang tengah berjalan ke arahnya dengan memakai sepatu hak tinggi.

Pak Anto dan Ais ikut bangkit. Terkejut dengan kedatangan gadis cantik yang tidak mereka kenal. Baru kali mereka melihatnya. Bak model. Dari cara berjalannya dan gaya berpakaiannya pun terlihat jelas bahwa dia bukan gadis biasa. Sudah pasti orang dari kalangan berada.

Mr. Xan ikut bangkit dari duduknya. Sedikit memiringkan kepala melihat gadis cantik yang sudah dia kenal. Dia memasukkan tangannya ke dalam saku jaket tebal yang dipakai. Memilih diam dan melihat drama real yang akan terjadi tanpa terduga.

"Sayang, jawab aku! Maksudnya apa semua ini?!" Kirei, wajah cantiknya yang terpoles make up berubah menjadi merah karena marah.

Arthur melirik ke arah Ais sekilas. "Bukannya kamu sudah dengar semuanya? Kenapa kamu tanya?" bukannya menjawab, Arthur justru balik bertanya. Dingin dan datar. Dia seperti menjadi orang lain dimata Kirei.

Kirei ikut melirik tak suka pada wanita berhijab yang tertunduk disampung pria tua. "Sayang, cukup! Aku sedang tanya sama kamu. Kenapa kamu justru tanya balik?"

Arthur menghela napas. Dia menguatkan hatinya sendiri, ini sudah menjadi jalannya. Dia memilih pergi meninggalkan gadis yang dia cintai itu dan menikah dengan wanita yang sekarang sedang mengandung anaknya.

"Karena ini kenyataan. Dan aku tidak bisa mengatakan apapun lagi." jawab Arthur membuat Kirei dibuat terkejut.

Kirei maju selangkah. Tangannya terkepal, matanya mulai berkaca-kaca. "Jadi ini kenyataannya? Kamu mengkhianati aku dengan menikahi wanita buluk ini? Dan membatalkan pernikahan kita?" tanya Kirei dengan bibir bergetar. Tidak lagi meninggikan suaranya. Karena hatinya sudah tertusuk. Dirinya seketika menjadi lemah ketika harus menghadapi kenyataan pahit.

"Iya, kamu benar sekali. Ini kenyatannya. Tapi ingat, aku tidak pernah mengkhianati kamu. Tapi kamulah yang mengkhianati aku. Dan aku memutuskan untuk membatalkan pernikahan kita." Arthur dengan tegas menjawab pertanyaan dari Kirei.

"Kamu bilang aku yang mengkhianati kamu?"

"Ya. Apa kamu ingat waktu malam itu? Kamu kemana? Ke hotel kan? Kamu berduaan dengan sekretarisku kan? Apa ini bukan suatu pengkhianatan?" mata yang biasanya teduh kini menatap tajam layaknya elang kepada mangsanya.

Kirei terdiam mendengar pertanyaan dari kekasihnya. Teringat dengan malam dimana dia bertengkar dengan Arthur dan memutuskan pergi ke hotel bersama dengan sekretaris kekasihnya sendiri.

"Aku sudah tahu semuanya. Kamu dan dia memiliki hubungan khusus. Dan yang paling aku tidak menyangka, kamu dengan polosnya memberikan mahkota yang seharusnya itu untuk aku, calon suami kamu sendiri. Tapi apa? Semuanya sudah terlambat. Dan aku menyesal telah mencintai kamu." setelahnya, Arthur melenggang pergi. Meninggalkan Kirei yang terpaku ditempatnya. Diam tak bergeming sedikitpun.

Masih mencerna ucapan dari pria yang masih berstatus kekasih.

Mr. Xan pergi menyusul atasannya yang sudah pergi lebih dulu. Udara sejuk dan dingin menerpa wajah tampannya ketika keluar dari villa. Kakinya terus melangkah dengan mata yang terus menyisir. Mencari atasannya yang pergi entah kemana.

Arthur berjalan seorang diri di jalan setapak yang sepi. Sesekali mengacak rambutnya frustasi. Ini bukan yang dia inginkan. Kedatangan Kirei terlalu cepat dan mendadak. Hingga dirinya tidak lagi bisa menahan rahasia yang seharusnya tidak harus dia bongkar sekarang.

"Kenapa semuanya jadi berantakan?!!!"

Mr. Xan yang mendengar teriakkan segera berlari ke sumber suara. Dirinya mempercepat langkah ketika melihat atasannya yang terlihat sangat frustasi. Menepuk pundak yang setara dengannya.

"Aku sudah menduganya dari awal. Kamu pasti akan membongkar ini lebih awal dari perkiraan. Sangat bodoh." Mr. Xan berucap dengan santai seperti biasa. Tak memfilter ucapannnya.

"Diamlah. Aku sedang tidak ingin mendengar apapun darimu." Arthur terus berjalan. Tak menoleh sedikitpun pada pria yang berjalan disampingnya.

"Baiklah. Aku akan diam dan mendengarkan apa yang kamu katakan." Mr. Xan kembali memasukkan tangannya ke dalam saku jaket setelah memakaikan penutup kepala dan kacamata.

***

Di dalam villa, Kirei terduduk lemas. Ini semua salah. Dirinya begitu bodoh. Terlalu cepat percaya dengan seseorang. Dan lihatlah, ini akhir dari semuanya.

"Mba, ayo berdiri. Lantainya dingin." suara lembut terdengar mengusik pendengaran Kirei. Lantas dirinya menatap sang sumber suara tersebut.

"Tidak usah sok peduli. Sampai kapanpun, Arthur adalah milikku. Dan aku tidak akan pernah rela jika apa yang aku miliki direbut oleh orang lain. Apalagi orang sepertimu. Miskin, buluk dan bau lagi. Itu sangat tidak pantas." Kirei segera berdiri dari lantai. Mengibaskan pakaian bagian belakangnya.

"Menyingkirlah! Karena aku tidak suka berdekatan dengan orang miskin sepertimu. Dasar wanita tak tau diri! Pelakor!" setelahnya Kirei berjalan keluar dari villa. Sebelumnya dia menyempatkan untuk menabrak wanita berhijab yang dia pandang rendah itu. Jijik.

Ais hanya tertunduk. Berulang kali mengucap istighfar agar tidak ada amarah dalam hatinya. Mencoba kuat dengan kenyataan yang harus dia hadapi.

"Sabar. Ini cobaan, nduk." pak Anto mengusap lengan Ais dan membawanya untuk duduk di sofa empuk.

"Pak, sebaiknya kita pergi saja dari sini. Ais ragu dengan mas Arthur. Dia orang kaya, terpandang dan memiliki kekasih. Tidak mungkin Ais bisa bersanding dengannya. Itu sama saja membuat kita tersiksa, pak."

Pak Anto pun dibuat dilema. Antara percaya dan tidak dengan pria yang tadi sudah dia percayai. Namun, karena kedatangan Kirei membuat kepercayaan yang baru terbangun perlahan mulai runtuh.

"Pak, Ais ngga mau menjadi orang ketiga. Pokoknya Ais mau pergi saja dari sini. Kita pergi ke desa paman saja. Insya Allah orangnya baik-baik, pak." pinta Ais pada pak Anto. Dirinya tidak kuat jika harus disebut sebagai pelakor atau orang ketiga dalam hubungan seseorang.

Pak Anto tampak berpikir keras sebelum membalas permintaan dari putrinya. Ini adalah ujian yang harus mereka lewati. Tak boleh menyerah diawal. Mereka harus berjuang bersama-sama sampai akhir.

*

*

*

Bersambung...

Maaf ya baru UP sekarang. Jangan lupa tinggal kenangan. Dukung terus karya ini. Maaciw orang baik.

Terpopuler

Comments

Ruby Talabiu

Ruby Talabiu

di tunggu lanjutan nyasi athur bukan diam di villa malah kekuar

2021-07-16

2

Teh Warniasih

Teh Warniasih

di tunggu lnjutan nya

2021-07-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!