"Ternyata kamu hamil diluar nikah??? Dasar pezina!!!"
Ais terkejut bukan main. Karena tiba-tiba pintu terbuka. Terlihat dengan jelas bibinya yang bernama Romlah itu berkacak pinggang diambang pintu. Matanya menatap tajam ke arahnya.
Nyali Ais menciut seketika. Kakinya bergetar menahan takut. Bibinya ini terkenal galak. Apalagi ketika sudah marah. Maka tamatlah riwayat mereka yang menjadi sasaran.
"Jawab Ais!!!" bentaknya lagi.
Bapak Ais yang bernama Anto itu masuk dengan tergopoh-gopoh. "Ada apa ini, Romlah?" tanyanya sembari memegang dada. Ikut terkejut mendengar suara keras yang berasal dari kamar anaknya.
Bi Romlah mendengus, "Anakmu ternyata seorang pezina. Dan sekarang dia sedang hamil."
Pak Anto menatap anaknya yang bersandar di lemari kayu yang dia buat dengan susah payah. Menggeleng tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh adik iparnya. "Apa itu benar, nak?" tanyanya pada Ais yang diam ditempat.
Ais tidak menjawab. Air matanya mengalir deras membasahi wajahnya. Menetes ke krudung yang dipakai.
"Dasar pezina! Masih saja berani bohong, ya?!" bi Romlah berjalan menghampiri Ais. Mencengkram pundak anak kakaknya itu dengan kuat. Mendorongnya untuk minggir. Membuka lemari dan mengacak baju milik Ais yang tersusun rapi.
"Astaghfirullah!" Ais terduduk ditanah. Dorongan dari bibinya sangat kuat, hingga dia terjatuh ke lantai yang dingin.
Pak Anto langsung menghampiri Ais, membantu anaknya berdiri. "Kamu ngga papa, nak?" tanya pak Anto yang merasa khawatir.
"Ngga papa, pak." Ais bangkit, lalu menggeleng pelan. Terpaksa dia ukir senyum untuk bapaknya agar tidak perlu khawatir.
"Ini dia buktinya! Mau bohong lagi kamu?!" bi Romlah menunjukkan benda pipih yang tadi Ais sembunyikan di lemari pada pak Anto.
Pak Anto menerimanya dengan tangan bergetar. Melihat dengan kacamata minusnya dengan seksama dan teliti. Garis dua! Pertanda bahwa putrinya hamil.
"Nak, ini benar? Kamu hamil? Hamil anak siapa? Ayo katakan sama bapak supaya dia tanggungjawab." pak Anto mengguncang tubuh Ais agar anaknya itu memberi jawaban atas pertanyannya.
"Sekarang lihatkan, anak yang kamu bangga-banggakan ini seorang pezina! Dasar sampah masyarakat!" bi Romlah merebut benda pipih itu dengan kasar. Lalu pergi dari rumah kakaknya itu ke rumah pak RW.
Ais menangis, bersimpuh didepan bapaknya. "Pak, maafin Ais. Ais ngga tahu kalau Ais hamil. Ais juga ngga tahu pak, Ais hamil anak siapa. Karena, waktu itu Ais diperkosa waktu dikota." tangannya memegang kaki bapaknya. Memeluknya sebagai permintamaafan. Ini semua benar-benar diluar dugaannya. Ingin hati berniat melamar kerja dikota justru diperkosa.
Pak Anto ikut terduduk. Ditatapnya wajah anaknya itu dengan iba. "Sudah, nak. Semua sudah terjadi. Kita harus ikhlas sekarang. Bapak juga minta maaf ya belum bisa jagain kamu dengan baik. Sekarang, bapak cuma bisa minta pertolongan sama Allah, semoga kita ngga diusir dari desa ini. Pasti bibi kamu udah lapor ke pak RW. Kita harus sabar ya, nak." direngkuhnya sang anak ke dalam pelukan. Doa terlangitkan kala itu.
Tak berapa lama, suara warga terdengar. Mereka berteriak menyebut nama Ais seorang pezina. Mereka juga berteriak agar anak dan bapak itu diusir dari desa ini karena sudah membuat nama desa ini buruk.
"Kamu disini saja. Biar bapak yang keluar." pak Anto segera bangkit. Meninggalkan Ais di dalam kamar untuk menghadapi para warga.
"Tenang semuanya. Saya bisa menjelaskan apa yang terjadi." pak Anto mulai menenangkan puluhan warga yang berteriak.
"Mau menjelaskan apa lagi, pak Anto? Semua sudah jelas. Anak bapak si Ais itu seorang pezina dan sekarang dia hamil. Ini buktinya kan? Jangan memutar fakta. Karena, kami tidak akan percaya. Sekarang, bapak angkat kaki dari desa ini bersama Ais. Tidak ada penolakan. Harus malam ini!" seruan dari pak RW dibalas oleh para warga yang berada di belakangnya. "Betul pak! Ayo angkat kaki sebelum kami bertindak!"
Ais yang tidak tahan berada di dalam kamar akhirnya memilih keluar. "Cukup semuanya! Saya memang hamil, tapi itu karena saya diperkosa! Saya bukan seorang pezina!"
"Bohong kamu! Jangan pernah menutupi kesalahan yang kamu buat! Katanya seorang ustadzah, kenapa berani berbuat seperti itu? Bukannya dilarang agama?" suara warga kembali terdengar berteriak setelah mendengar pembelaan dari Ais.
"Baik kalau kalian semua tidak percaya. Saya dan bapak akan pergi dari desa ini. Ingat semuanya, bohong ataupun jujur hanya Allah yang tahu! Kalian semua hanya tidak melihat kejadian tersebut kan? Hanya melihat dari benda pipih itu. Suatu saat nanti fakta sebenarnya pasti akan terungkap. " setelahnya Ais menuntun pak Anton ke dalam rumah untuk segera berkemas. Karena malam itu mereka harus segera dari desa ini.
Setelah sepuluh menit berlalu, Ais dan pak Anto keluar dari rumah dengan membawa tiga tas besar berwarna hitam. "Cepat pergi dari sini!" bi Romlah menepis tangan Ais yang hendak menyalaminya. Memalingkan wajah karena jijik melihat wajah Ais.
Ais berusaha tersenyum menerima semua penghinaan yang ditujukan untuknya. Dalam hati dia menguatkan, ini ujian dan cobaan dari Allah. Dia harus bisa melewatinya dengan ikhlas dan sabar.
"Ayo pak, kita pergi." Ais mengangkat dua tas besar berisi baju miliknya dan bapaknya. Berjalan mendahului bapaknya keluar melewati warga yang berkerumun.
"Wassalamualaikum semuanya." beberapa langkah menjauh dari rumah, Ais menyempatkan untuk mengucapkan salam perpisahan.
"Waalaikumsalam." balas para warga.
Pak Anto mengangkat satu tas hitam yang berisi beberapa peralatan penting. Berjalan menyusul anaknya yang sudah lebih dulu melangkah pergi dengan berat hati. Sesekali melirik ke arah rumahnya yang sudah puluhan tahun dia tinggali. Rasanya sangat berat. Hingga kaki tuanya pun sulit untuk terus melangkah menjauh.
"Ayo pak." Ais mensejajarkan langkahnya dengan bapaknya. Untuk terakhir kali melihat ke arah rumah yang menyimpan banyak sekali kenangan. Baik itu senang maupun sedih.
Setelahnya, mereka berjalan menuju gang yang menjadi batas desanya. Berhenti di jalan raya menunggu angkutan yang barangkali lewat. Walau mereka sudah tahu, jam malam jarang sekali ada angkutan yang lewat.
"Maafin Ais, pak. Gara-gara Ais, kita jadi diusir dari desa." Ais menggenggam tangan kasar bapaknya. Merasa sangat bersalah. Karena dirinya, bapaknya pun ikut terkena imbas.
"Kamu ngga salah, nak. Ini cobaan buat kita. Jangan terus menyalahkan diri kamu sendiri ya. Kita harus saling menguatkan. Kita sedang diuji sama Allah. Bismillah kita bisa melewatinya." pak Anto tersenyum menanggapi ucapan anaknya. Ini bukan salah anaknya. Ini ujian dari Allah yang harus mereka lewati dengan sabar dan ikhlas.
Tak berapa seorang pria berjaket hitam mendatangi Ais dan bapaknya yang sedang duduk di kursi yang terletak di bawah pohon mangga. Wajahnya tertutup masker yang berwarna sama dengan jaket. Menjadikan siapapun yang melihatnya tentu merasa penasaran.
"Permisi." sapanya sopan.
"Maaf, anda siapa?" Ais bertanya dengan rasa takut menyelimuti dada. Bayangan kejadian dua bulan yang lalu belum hilang, kini dia kembali didatangi pria asing. Dirinya takut terjadi hal yang tidak-tidak seperti yang sudah pernah dia alami.
"Maaf sebelumnya, saya tidak bisa menjawab pertanyaan anda. Tapi saya datang dengan tujuan tertentu." pria berkulit putih itu menjawab.
"Tujuan tertentu? Apa itu?" tanya Ais menyelidik.
"Saya ditugaskan untuk membawa anda dan ayah anda ke sebuah villa. Ini perintah dari atasan saya. Anda bisa mempercayai saya. Saya tidak akan berbuat yang tidak-tidak seperti yang anda pikirkan. Jika anda ingin bukti,, mari masuk ke dalam mobil saya. Saya akan membuktikannya." pria tersebut menunjuk ke arah sebuah mobil berwarna hitam yang terparkir tak jauh dari mereka duduk.
Ais menatap bapaknya untuk meminta jawaban. Dirinya merasa ragu. Takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Tetapi, ketika mendengar ucapan pria yang berdiri didepannya berhasil menumbuhkan rasa percaya dalam dirinya walaupun itu sedikit. "Bagaimana ini, pak?"
"Bapak merasa orang ini bisa dipercaya. Kita serahkan semuanya sama Allah. Bismillah."
Akhirnya Ais dan bapaknya setuju. Pria berjaket itu membantu membawakan dua tas besar ke mobil. Menaruhnya di bagasi mobil dan segera melajukan mobil setelah semuanya sudah siap.
*
*
*
Bersambung...
Yuk dukung terus. Like, koment dan favorite. Kalau mau kasih hadiah dan vote juga boleh sebagai kenangan yang tak terlupakan. Maaciw semuanya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Anonymous
lanjut
2021-11-28
1
Teh Warniasih
mana thor ko belum uf lgi
2021-07-11
0
Teh Warniasih
di tunggu uf nya
2021-07-10
1