Berbohong

Pintu mobil dibuka oleh para pelayan. Mereka menyambut tuan muda yang baru saja sampai. Jas dan tas kerja diberikan pada pelayan yang ditugaskan. Sedangkan si empunya, melangkah dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celana.

Kemejanya digulung sampai ke siku. Menjadi sorotan mata seluruh keluarga yang akan makan malam bersama. Langkah berhenti tepat di depan meja makan, duduk setelah dipersilakan.

"Ayo dimakan." sang papa, memberi kode pada semua orang untuk menikmati hidangan yang tersaji. Tak usah mempedulikan pria tampan yang baru saja bergabung bersama mereka.

"Hai semuanya." suara sapaan dari seseorang sontak membuat seluruh keluarga menoleh bersamaan. Senyum langsung terukir dari wajah semua orang.

Kirei, gadis cantik itu tersenyum sembari melambai. Menampakkan gigi ginsul pada semua orang. Berjalan layaknya seorang model menuju meja makan.

Cup!

Sudah menjadi kebiasaan Kirei, mencium pipi sang kekasih yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Dia langsung duduk disamping kekasihnya, Arthur. Bergelanyut manja dilengan kekar pria itu seperti biasa.

"Bagus sekali kamu datang. Ayo makan. Kami baru akan mulai makan." sang mama, dia tersenyum dan menyambut kehadiran gadis cantik yang sebentar lagi akan menjadi menantunya.

Kirei mengangguk, melepas tangannya dan mulai menyantap makan malam yang dihidangkan. Sesekali melirik ke arah Arthur yang sedikit berbeda hari itu, lebih banyak diam dari biasanya.

"Tunggulah disitu." ucap Arthur, menyuruh Kirei agar tak masuk ke kamar.

"Kenapa aku harus menunggu disini? Biasanya jugakan aku masuk, sayang?" tanyanya meminta penjelasan.

Arthur berpikir sejenak, merangkai kata agar gadis cantik didepannya tak marah. "Sebelum kita menikah, jangan lagi masuk ke kamar. Aku takut tidak bisa menahan. Jadi, sabar dan tunggu disini sampai aku selesai." setelahnya Arthur masuk. Mengunci pintu kamarnya dan bergegas mandi. Meninggalkan Kirei dengan wajah cemberut.

Sepuluh menit terlewati, Arthur membuka pintu kamar. Menampakkan wajah segarnya sehabis mandi dan mempersembahkan bau wangi dari sabun yang dia pakai. Arthur menghampiri Kirei, pacarnya yang sedang sibuk bermain ponsel. Duduk disebelah gadis itu.

"Kenapa cemberut? Kamu marah sama aku gara-gara yang tadi?" mencoba tahu sebab kenapa bibir tipis merah itu manyun. Ingin rasanya dia menggigit bibir itu. Merasakan seberapa manisnya. Apakah seperti madu?

Kirei meletakkan ponselnya diatas meja sofa. Lalu, beralih fokus ke sang pacar. "Sedikit." jawabnya.

Arthur tersenyum geli. Gemas melihat Kirei yang merajuk. "Maaf, sayang. Aku cuma takut tidak bisa menahan. Aku tidak mau membuat kamu menyesal dimasa depan jika itu sampai terjadi."

Akankah dia tega membuat senyum gadis cantik disampingnya hilang, jika dia memutuskan untuk menikahi wanita yang kini dia yakini sedang mengandung buah cintanya?

"Aku tidak akan pernah menyesal jika melakukan itu dengan kamu. Karena yang pasti, aku akan jadi istri kamu. Selamanya. Untuk apa aku menyesal?" Kirei melingkarkan tangannya ke pinggang Arthur. Membenamkan wajah cantiknya ke dada bidang sang pacar.

Arthur menghela napas berat. Pikirannya semakin kalut saja saat ini. Banyak yang harus dia hadapi jika dia memilih menikah dengan Ais. Wanita cantik berhijab yang membuatnya terus kepikiran.

"Pokoknya jangan."

Kirei mengangguk dengan patuh seperti biasa. Tak bisa membantah perkataan Arthur sedikitpun. Entah itu takut atau karena cinta yang sudah buta.

Tiba-tiba ponsel berdering. Tangan yang tadinya melingkar perlahan terlepas paksa, karena Arthur bangkit untuk mengangkat telepon dari seseorang. Kembali meninggalkan Kirei di sofa seorang diri.

Arthur menuju jendela kamar. Sesekali melirik ke arah pintu yang menghubungkan sofa kamarnya. Takut jika Kirei akan masuk secara tiba-tiba.

"Kenapa malam-malam menghubungiku, Mr. Xan? Adakah kendala?" to the point. Seorang Arthur sangat tidak menyukai yang namanya bertele-tele. Karena itu membuang waktu yang berharga.

"Iya. Kamu benar. Aku baru saja sampai di desa dimana wanita itu tinggal bersama ayahnya. Kendalanya adalah banyak sekali warga desa yang sedang berkumpul di depan rumahnya. Kata salah satu warga desa, mereka menginginkan agar wanita itu dan ayahnya pergi dari desa ini karena sudah membuat nama desa ini rusak."

Arthur terdiam beberapa saat. Berpikir kenapa wanita itu harus pergi dari desanya? Apa kesalahan yang ia lakukan sehingga membuat dia diusir dari desa?

"Kenapa itu bisa terjadi? Apa yang dia lalukan?" tanyanya sedikit panik.

"Karena dia hamil diluar nikah." Mr. Xan menjawab setelah dia tahu dari salah satu warga yang dia tanyai tadi.

"Desa ini adalah penganut agama yang kuat. Jika ada seorang pezina, maka harus diusir dari desa." lanjut Mr. Xan yang membuat Arthur melongo. Tidak menyangka jika ibu dari anaknya tinggal di desa seperti itu.

"Mr. Xan, bawa mereka pergi dari desa itu terlebih dahulu. Besok aku akan kesana menemui kalian. Jaga mereka dengan baik. Jangan sampai terjadi apapun dengan ibu maupun bayinya." titah Arthur. Hatinya berdegup kencang memikirkan bagaimana keadaan yang terjadi disana. Takut terjadi apa-apa.

"Kamu mau menemui siapa, sayang?" suara Kirei tiba-tiba terdengar, membuat Arthur berbalik karena terkejut.

Dia langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak. Memasukkan ponsel ke saku dan menghampiri Kirei yang sedang menatapnya dengan menyelidik.

"Aku akan menemui klien besok." jawab Arthur, berbohong.

Kirei mengangguk percaya. Duduk di ranjang dengan menyilangkan kakinya. "Kamu tidak berbohongkan?" Tanya Kirei, memastikan.

Arthur ikut duduk, lalu menggeleng. "Tidak."

*

*

*

Bersambung...

Yuk bantu dukung terus karya ini. Makasih buat kalian semua... Love sejagad...

Terpopuler

Comments

Ruby Talabiu

Ruby Talabiu

,kerennnnnn lanjutttt

2021-07-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!