Cantika memasang wajah ketus. Tangannya masih tersilang di dada. Pandangannya sengaja dialihkan dari pria yang duduk di hadapannya. Sedangkan Anas menundukkan kepalanya, menghindari tatapan pada makhluk indah penuh daya pikat itu.
"Maaf, kenapa kamu bersedia menikah dengan saya?" tanya Anas.
"Anggap aja ini keberuntungan buat Lo. Gak perlu tahu alasannya."
"Tapi apakah kamu terpaksa? Saya tidak mau ada ketidaknyamanan antara kita."
"Ribet banget, yang jelas gue mau nikah sama Lo. Titik!"
"Yakin ? Saya cuma laki-laki biasa. Mungkin kamu tidak akan terbiasa hidup susah nantinya."
"Hehhhh, terserah kehidupan Lo kayak gimana. Gue cuma minta satu hal, setelah kita nikah, bawa gue keluar dari rumah ini. Cuma itu!" sewot.
"Baiklah, saya memang berencana seperti itu."
Cantika memutar bola matanya dengan jengah. Nih cowok formal banget sih! Gayanya juga norak. Apa papi gak bisa cariin cowok yang lebih keren sedikit?
"Heyyy, siapa nama Lo tadi? Umur, berapa umur Lo?"
"Anas Malik, 35 tahun."
Cantika terbelalak, "What ? Lo ternyata udah om-om, pantes bewokan. Gue baru 22 tahun. Berarti umur kita jauh, beda.....sebelas tahun."
Anas tertawa kecil, "Bukan sebelas, kita beda tiga belas tahun."
Cantika mengerucutkan bibirnya, "Terserahhhhhh."
"Maaf, apa kamu sehari-hari sering keluyuran dengan penampilan terbuka seperti ini?"
"Gak ada urusannya sama Lo." Ketus.
"Baiklah, untuk saat ini saya tidak akan ikut campur. Saya akan bertanya satu kali lagi. Apa kamu yakin mau menikah dengan saya? Ini adalah suatu keputusan yang besar, bukan main-main. Menyangkut masa depan kita."
"Lo pikun ? Gue udah bilang kalo gue setuju menikah, asal Lo bisa bawa gue keluar dari rumah ini!" agak berteriak.
Anas manggut-manggut, "Baik. Apa kamu tahu kenapa saya bersedia menikah denganmu ?"
"Gak peduli." Tapi sebenarnya dia penasaran.
Anas tersenyum, "Kamu hadir dalam mimpi saya selama beberapa kali. Mungkin itu petunjuk dari doa dan kebimbangan saya." Tapi tentu saja itu hanya terucap dalam hatinya.
"Jika begitu saya tidak akan beri tahu alasannya."
"Terserah, Om!" Tinggal bilang aja susah amat. Tapi, emang gue sendiri sih, yang bilang gak peduli. Ahhh, terserah jugalah!
"Bisakah tidak memanggil saya Om? Saya belum setua itu."
"Om mau dipanggil apa ?" tersenyum penuh paksaan.
"Panggil saja Mas !"
"Entar, gue pikir-pikir dulu !" beranjak dari duduknya.
"Tunggu, sebenarnya saya masih ingin bicara banyak."
"Apalagi, Om?"
"Saya hanya sanggup memberikan mas kawin seadanya saja. Jujur, saya belum mampu untuk memberikan hal mewah seperti yang ayahmu berikan." Menunduk malu.
Cantika mendekat ke arahnya, "Gue gak peduli, Om. Sampai jumpa di pelaminan, calon suami....." Cup, meng*c*p pipi pria itu kemudian berlalu. Heyyy, gue udah gila, ya?! Kenapa harus menc**m cowok bewokan itu?
Anas membuntang, mendadak dia kesusahan bernafas. Baru kali ini pipinya disentuh bibir manis seorang gadis. Rasanya sangat aneh! Kenapa dia seberani itu menc**mku?
Tak lama berselang, Pak Permana muncul dan duduk di hadapan Anas. "Anas, apa saja yang sudah kalian bicarakan? Apa putriku bersikap baik padamu? Nas....Anas!"
"Ah, ada apa pak?"
"Kenapa melamun? Kalian tadi ngobrol apa saja?" tersenyum.
"Ngobrol ringan saja, Pak. Emmm, maaf. Saya sebenarnya ingin mengatakan jika mungkin untuk mas kawin dan hantaran, saya hanya akan membawa seadanya saja. Apa bapak keberatan?"
"Tentu saja tidak. Kamu bersedia menikahi putriku saja, itu sudah lebih dari cukup. Saya hanya minta, bimbing dan bahagiakan Cantika. Itu saja!"
"Inshaa Allah, saya akan berusaha melaksanakan amanat ini."
Pak Permana tersenyum sambil mengangguk. Dia benar-benar puas dengan jawaban calon menantunya.
***
Seperti sebelumnya, Mira sudah menunggu di teras rumah saat Anas baru pulang. Pria itu ikut duduk di sebelahnya.
"Mas, dari rumah Pak Permana lagi?"
"Ya, ada hal penting yang harus kuurus."
"Ada yang ingin aku katakan, tapi....mas jangan marah atau menertawakan aku!" menunduk malu.
"Mau bicara apa?"
"Aku.....aku sebenarnya....emmm, kok lupa ya?!" nyengir. Padahal malu, bukan lupa!
"Mir, aku akan menikah."
"Mas, bercanda ya?! Aku tahu kalau Mas tidak punya pacar."
"Aku serius, dua minggu lagi aku akan menikah dengan putri Pak Anas."
Mira melongo, tak dapat berkata apa-apa. Kenapa berita ini datang di saat dirinya ingin mengungkapkan perasaan? Jika saja tahu, mungkin sudah jauh-jauh hari dia memberanikan diri untuk memberi tahu Anas, bahwa dia menyukainya.
"Rencana ini memang mendadak meski aku memikirkannya dengan matang. Entahlah, mungkin ini yang namanya jodoh."
Mira berkaca-kaca tapi dia tertunduk, sekuat tenaga mencoba bicara. "Mas, ini kabar yang baik. Semoga semuanya lancar dan mas bahagia. Aku....pamit." Beranjak dari duduknya dan segera melangkah pergi.
"Aamiin, terima kasih doanya. Tidak mau minum dulu?" agak teriak.
"Tidak usah, Mas. Assalamualaikum..."
"Waalaikumussalam..." Kenapa responnya begitu? Apa aku salah bicara? Mungkin dia sedang ada masalah di rumah.
Anas dapat menangkap sesuatu yang janggal dari sikap temannya itu. Tapi dia sama sekali tak mengira jika gadis itu punya perasaan yang lebih padanya.
Sedangkan Mira, dia setengah berlari pulang ke rumah dan masuk ke kamarnya. Menangis tersedu di atas kasur. Kenapa cintanya tertolak bahkan sebelum dia mengutarakannya? Apakah Anas memang bukan jodohnya?
***
Seminggu menjelang pernikahan.
Sore itu Cantika dan teman-temannya tengah asik nongkrong di sebuah cafe. Cekikikan dengan obrolan-obrolan mereka yang kebanyakan unfaedah itu.
"Lo beneran mau nikah sama cowok pilihan Papi Lo itu ?"
"Cantika, Lo batalin aja rencana bodoh itu ! Pernikahan adalah sesuatu yang mengerikan. Lo gak bisa bebas lagi jalan-jalan, nongkrong ataupun seneng-seneng."
"Bener itu, Lo siap-siap aja jadi ibu rumah tangga. Pake daster, sibuk di dapur dan kucel. Ihhhh, kan kebanyakan kayak gitu. Cewek pada jadi jelek setelah nikah."
"Mending pikir-pikir lagi, mumpung belum telat !"
Berbagai bisikan setan bermunculan memenuhi pikiran Cantika. Tapi dia tetap akan menikah dengan pria pilihan ayahnya agar segera bisa bebas dari rumah yang penuh sesak itu.
"Kalian denger, gue bakalan tetep begini meski udah nikah! Gak ada yang bisa atur-atur. Papi aja gue labrak, apalagi cuma suami !"
"Emmm, ok kita liat aja entar!" Salah seorang temannya berkomentar. Mereka tertawa terbahak-bahak, terus menggoda Cantika.
Tiba-tiba seorang pria muncul mendekat ke meja perkumpulan gadis itu. Menggenggam lengan Cantika hingga gadis itu berdiri dalam keadaan marah.
"Ngapain Lo nyamperin gue ? Lepasin !" berontak.
Si pria tak mau melepaskan genggamannya. "Ika, aku denger kamu akan menikah. Apa kamu yakin? Aku tahu kalo kamu sebenarnya masih cinta sama aku. Apa ini adalah cara balas dendam karena aku waktu itu jalan bareng Eca?"
"Peter, jangan kepedean! Pernikahan ini gak ada hubungannya sama Lo. Jadi lebih baik lo gak usah ikut campur!" tersenyum sinis.
"Ika, aku akan melamarmu secepatnya. Aku gak rela kamu dimiliki pria lain!" memegang kedua pundak.
Cantika melepas tangan nakal Peter. "Halo, Lo udah gila? Gue seminggu lagi nikah, gak usah repot ngelakuin hal aneh! Gue udah gak tertarik sama cowok kayak Lo."
Peter semakin masam. Ini benar-benar suatu penghinaan untuknya. Di hadapan banyak orang, terlebih para gadis itu, Cantika sudah menghempaskan harga dirinya ke derajat paling rendah.
"Ok, nikah aja ! Tapi gue yakin, Lo gak bakalan bahagia. Gak ada laki-laki yang lebih baik daripada gue." Berlalu pergi.
Semua gadis tertawa terbahak melihat sikap memalukan pria itu. Bahkan Cantika begitu puas menyaksikan mantan kekasihnya marah-marah. Dia senang karena ternyata rencana pernikahan ini, secara tidak langsung sudah mengusik Peter. Tak perlu lagi repot-repot balas dendam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
YouTrie
Sengat semangat keren
2021-07-17
1
👑Meylani Putri Putti
hadiah mawar pertama dari mey untuk teteh,
2021-07-12
1
Fitria_194
anas bengek dcium cntika. 😄😄😄😄.
2021-07-05
1