"Cantika, ini Riri. Karena Mama Sofi sudah menikah dengan Papi, maka mulai saat ini kalian bersaudara." Ucap pria paruh baya yang masih memakai kemeja pengantin.
Yang diajak bicara sama sekali tidak tertarik untuk berkenalan apalagi akrab dengan gadis itu. Tatapannya meruncing pada sosok kedua perempuan asing yang masuk ke rumahnya. Dia tersenyum sinis sambil menyilangkan tangan di dada. "Woww, amazing Papi ! Pertama Papi menggantikan Mami dengan wanita ini. Tapi itu rupanya belum cukup. Papi juga membawa anaknya kemari untuk menyingkirkan posisiku di rumah ini. It's not fair !" Berteriak-teriak.
Pak Permana memelototi putrinya, "Jaga bicaramu, Cantika ! Papi tidak berniat menyingkirkan Mami dan kamu. Papi hanya ingin melanjutkan hidup. Papi butuh seorang pendamping, dan Papi juga ingin kamu mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu."
"Stop, Papi ! Wanita ini tidak akan pernah bisa jadi ibuku !" menunjuk-nunjuk ibu tirinya.
Pak Permana hendak melayangkan tangannya pada wajah Cantika, tapi istrinya menghalangi. Bu Sofi mengusap punggung suami barunya itu. "Mas, sudah ! Mungkin Cantika masih butuh waktu untuk bisa menerima kehadiranku dan Riri. Aku yakin suatu saat nanti, dia bisa menerima."
Cantika menatap ketiga orang itu dengan lebih tajam. "Semoga kalian semua hidup bahagia. Permisi !" berlalu ke kamarnya.
Bu Sofi terus menenangkan suaminya. Sedangkan Riri menundukkan kepala. Dia tidak pernah mengira akan mendapat penolakan dari putri ayah barunya.
Cantika melempar barang-barang ke depan cermin. Dia menangis sambil teriak, "Papi sudah tidak mencintai mami lagi. Dia juga tidak menyayangiku ! Kalau saja mami tidak pergi, kita pasti masih hidup bahagia. Aku kangen Mami...." terduduk lesu masih terisak.
Cantika kecewa dengan keputusan ayahnya untuk menikah lagi. Harusnya Pak Permana tidak membiarkan posisi maminya digantikan oleh wanita lain. Dan sekarang, ada putri lain di rumah ini. Apakah lama-lama dia juga akan tersingkir sebagai putri ayahnya ?
Cantika sama sekali tidak dapat berpikir jernih. Banyak pikiran negatif yang berputar di otaknya. Hal itulah yang mengakibatkan dia tak dapat merasakan ataupun melihat ketulusan dari ibu sambung dan adik sambungnya. Meski kedua perempuan itu berusaha baik dan mengakrabkan diri, Cantika selalu menjaga jarak dan menutup diri. Hal itu masih terus berlanjut hingga setahun ke depan.
***
"Kurang ajar, beraninya lo selingkuh !" Byurr ! Gadis itu menyiram minuman di atas meja, tepat ke kepala kekasihnya. Si pria langsung berdiri sambil mengusap wajahnya yang basah. "Cantika, kamu salah paham ! Aku dan Eca gak ada hubungan apapun."
"Lo pikir gue bego ? Emang kalau gak ada hubungan apa-apa, kalian bisa mesra-mesraan kayak tadi ?!" teriak-teriak.
"Sumpah, Ika ! Aku gak selingkuh."
Si terduga orang ketiga itu hanya terdiam sambil menundukkan kepala. Dia adalah salah satu teman Cantika.
"Stop, jangan lagi berbohong ! Mulai detik ini, kita putus. Jangan lagi hubungi gue ! Dan lo, Ca. Kita bukan lagi teman kayak dulu !" berlalu pergi.
Pria itu terus berteriak memanggil Cantika, tapi sia-sia saja. "Ini semua gara-gara lo, Eca ! Pergi, jangan lagi tunjukin muka lo !" agak teriak.
"Peter, lo sendiri yang deketin gue. Kenapa malah nyalahin ?"
"Pergi lo !" makin murka.
Eca setengah berlari meninggalkan tempat itu. Dia menyesal kenapa harus tergoda dengan rayuan pria itu. Menyesal juga karena sudah mengkhianati teman baiknya.
***
Cantika pergi ke klub malam bersama teman-temannya. Berjingkrak dan minum-minum untuk menghilangkan frustasinya. Mungkin bagi mereka itulah cara tepat saat terkena masalah. Tapi sebetulnya, hal itu bukannya menyelesaikan masalah, tapi justru malah menambah masalah baru.
Bersenang-senang seperti itu hanya membuatmu lupa akan masalah, dalam waktu singkat saja. Setelahnya, kau akan kembali pusing memikirkan masalah yang belum selesai itu. Sebaiknya carilah hal positif untuk menyelesaikan atau hanya sekedar menghindar dari suatu masalah.
Setelah puas, Cantika dan kedua temannya pulang. Mereka diantar oleh Rio, pacar salah satu teman Ika.
"Bye, see you tomorrow! " Cantika melambaikan tangan kemudian masuk ke dalam rumah. Mobil yang mengantarnya pun kembali melaju.
Cantika berjalan terseok-seok menaiki anak tangga. Saat di depan kamarnya, Pak Permana menghampiri dan menyambutnya dengan tatapan murka. "Sampai kapan kamu akan seperti ini? Apa kamu tidak pernah memikirkan perasaan Papi? Papi ingin kamu kembali jadi anak yang baik dan berprestasi. Tinggalkan teman-temanmu yang tidak berguna itu!"
Cantika tersenyum sinis, "Jangan ikut campur! Bukankah papi selama ini sudah tidak peduli lagi padaku?!"
"Cantika, Papi adalah ayah kandungmu. Tentu saja Papi tidak mau melihatmu menghancurkan dirimu sendiri!"
Bu Sofi muncul, "Mas, jangan memarahi Ika! Bicarakan ini nanti setelah dia sadar."
Cantika mendekat ke ibu tirinya. "Halo, ibu peri! Bagaimana rasanya menggantikan mami di rumah ini ? Hah, wanita licik ! Gue tahu kalau sebenarnya lo cuma pura-pura baik. Gak mungkin lo beneran sayang sama anak tiri! Muna..." Gadis itu langsung bungkam setelah pipinya disentuh telapak tangan ayahnya dengan keras.
"Mas, kontrol emosimu!" panik.
Pak Permana menatap tajam putrinya. Dadanya naik turun dan begitu panas. Amarahnya benar-benar memuncak. Cantika sudah sangat keterlaluan, makin hari makin membangkang.
"Aku mengerti, Papi ternyata benar-benar membenciku sekarang." Tersenyum kelu kemudian masuk ke kamarnya. Membanting pintu dengan keras dan menguncinya. Gadis itu melorot di balik pintu. Menangis terisak-isak.
Karena terlalu menyayangi mendiang ibunya, malah jadi fanatik dan tak dapat membuka diri dengan anggota keluarga baru. Tidak bisa memikirkan hal yang positif. Selalu berpikir buruk tentang ayah beserta ibu dan adik tirinya.
***
Pak Permana memegang kepalanya yang terasa mau pecah. Kelakuan putrinya makin tidak terkontrol. Bagaimana caranya agar gadis itu kembali menjadi anak yang baik dan penurut?
Bu Sofi duduk di sebelah suaminya, di tepi ranjang. Mengusap-usap punggung pria itu. "Mas, jangan mendidik anak dengan cara yang kasar! Itu malah akan membuat Cantika semakin menjauh."
"Anak itu benar-benar sudah berubah. Susah diatur dan pembangkang. Bagaimana cara agar dia kembali menjadi anak yang baik?" menitikkan air mata.
"Mas, bagaimana kalau kita nikahkan saja Cantika dengan seseorang? Mungkin jika dia punya suami, sikapnya akan berubah."
"Menikah, tapi dengan siapa?"
"Carilah laki-laki yang tegas, dewasa dan bertanggung jawab! Mungkin pria seperti itu dapat mendidik Cantika menjadi perempuan yang baik."
Pak Permana terlihat berpikir. Sepertinya saran dari istrinya itu masuk akal dan juga baik. Mungkin dia harus mencobanya. Tapi, siapakah laki-laki yang tepat untuk mendampingi putrinya itu?
Mungkinkah dia? Anak itu begitu sederhana dan pekerja keras. Aku tahu betul jika dia adalah laki-laki yang bertanggung jawab. Mungkin dia adalah tipe suami yang tepat untuk Cantika. Tapi, apakah dia akan setuju menikahi seorang gadis yang kelakuannya seperti putriku itu?
To be continued....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Kurnaesih
mampir Thor 🥰
2025-03-26
0
Lis Manda Cel
mangkax pr ortu klo mo nikah lg sblum ijab kobul pastikan dl untuk pasangan br agar mendekatkan diri pd anak kalian...jgn ujuk2 ngenalin sbgai calon pengganti istri/suami...biarkan mreka dkt dl...
didamping itu dgn mreka dkt dl qt aksn tau setulus apa calon pasangan br qt...
n anak qt akan merasa klo qt ttp syang sm mreka ,merasa klo qt menghargai pendapat mreja jk qt ijin sm mreka bkn sekedar memberi tahu...
aq jg gk setuju sm si ibu tiri dsni...bknnya ksh ide yg bs mendekatkan ayah n anak mlh ksh ide yg akan membuat si anak mkn benci sm ayahx😥😥😥
meski tujuanx baik ya tdk menyelesaikan mslh klo mnurutq...
2022-06-22
1
Sri Widjiastuti
si babe g da pencerahan sblm nikah lg.. pdkt dulu lah baru nikah.. bth pendamping ya bth sih... tp g gitu jg p permana.. terlanjur dahh
2021-12-02
1