Keesokan harinya, Delia terbangun dari tidurnya dengan badan yang lebih segar. Entah semalam dia mimpi apa, mungkin lupa. Yang dia ingat tidurnya semalam sangat nyenyak sehingga bangun tidur pun merasa badannya lebih segar.
Mengingat seharian kemarin tenaganya banyak terkuras untuk belanja. Eh bukan belanja atau shopping yang dikenal pada kalangan muda berburu barang kesukaan lho. Tapi belanja buat keperluan olshop nya. Karena memang kemarin stoknya juga sudah habis, jadi mau tidak mau dia harus mengisi stoknya yang lumayan banyak.
Sebenarnya dia capek, tapi kalau jualannya semakin laris, otomatis pendapatannya juga makin bertambah. Maka dari itu, rasa capeknya juga terobati.
Hari ini hari yang santai bagi Delia. Seusai jam kuliah dia langsung menuju kantin karena tadi pagi dia belum sempat sarapan, karena fokus sama belajarnya aka nada quiz. Dan quiz hari ini dia bisa mengatasinya. Tidak sia-sia hasil belajarnya semalam, meskipun kilat tapi nyatanya membuahkan hasil yang memuaskan. Belajar kilat bukan berarti ngebut, tapi memang materinya sudah dia kuasai diluar kepala.
Kini Delia sedang berada di kantin kampus. Dia memesan bakso. Karena memang itu makanan favoritnya. Padahal tadi pagi belum sarapan, ini malah makanan pertama yang dia makan malah bakso. Dia tidak peduli, meskipun belum makan nasi tapi makan bakso. Dia memilih menu bakso pun untuk merefresh otaknya dari kepenatan. Karena kuah bakso yang panas pedas menggoda lidah bagi Delia adalah mood booster.
Setelah mengantri sebentar, akhirnya dia mencari tempat duduk yang nyaman untuk menikmati sarapan setengah siangnya yang sempat tertunda.
“Duukkkk…… byurr……..”
Delia meringis menahan panas pada pahanya yang tersiram semangkok bakso. Entahlah itu salah siapa, Delia yang jalan tidak lihat karena sambil membalas pesan melalui ponselnya atau salahnya cowok yang menumpahkan baksonya karena saking semangatnya yang baru pertama kali bertemu kekasihnya setelah sekian lama tidak bertemu.
“huuuuhhhhhh panas…….” Ringis Delia sambil mengibas-ngibaskan tangannya di area pahanya.
Untungnya siang itu tidak banyak mahasiswa yang nongkrong di kantin. Batinnya, semalam dia mimpi apa ya. Perasaan nggak ada yang aneh dalam tidurnya semalam. Malah nyenyak sekali. Tapi sekarang kenapa tiba-tiba ketiban sial. Sialnya pun ga bisa dipilih yang lumayan enak atau gimana gitu. Emang ada ya sial yang enak?. Ada-ada saja yang dipkirkan Delia.
“aduhhh maaf…maaf banget mbak nggak sengaja…..” ucap cowok di depannya. Delia tidak melihat atau bahkan tidak mendengar apa yang diucapkan oleh cowok itu. Karena fokus Delia hanya pada pahanya yang kepanasan.
“sayang…. Ada apa ini?” tiba-tiba datang seorang gadis yang baru keluar dari toilet sebalah kantin yaitu Viviane.
“astaga…. Kamu kenapa Del? Ko’ bisa tumpah gitu baksonya?” setelah itu Viviane menoleh ke cowoknya.
“sayang, jangan-jangan ini ulah kamu ya?” sontak membuat Delia langung mendongak, melihat cowok yang ada di depannya.
“duhhhh,,,,, matanya bikin adem di hati” batin Delia setelah sepersekian detik memandang cowok di depannya.
Tetapi setelah itu Delia merasakan hawa panas lagi di pahanya. Dan tepukan tangan Viviane di punggung Delia juga menyadarkannya.
“Del…del… kamu nggak apa-apa del?” Tanya Viviane khawatir sambil ngajak Delia duduk.
“eh apa itu tadi, Viviane memanggilnya “sayang”?” batin Delia. “oh jadi itu Radit cowoknya Viviane dari SMA?” batin Delia yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
“yahhhh…. Ko’ malah ngelamun sih Del?, helloooo!!!” teriak Viviane di muka Delia.
Sementara itu Radit langsung memberikan Es jeruk yang dia pegang pada Delia, sebagai ungkapan minta maafnya.
“maaf ya ini buat kamu es jeruknya seb-“ belum selesai ucapan minta maaf Radit sudah dipotong oleh Delia.
“maaf…maaf mas tadi aku yang salah jalannya nggak lihat soalnya sambil main hp” tapi tangan Delia juga mengambil es jeruk yang diberikan oleh Radit.
Radit terbengong, “aneh, situ yang apes kena tumpahan bakso malah situ yang minta maaf. Eh tapi itu matanya teduh banget lihatnya” batinnya, sambil geleng-geleng kepala membuang jauh pikirannya itu.
“udah-udah ga usah saling minta maaf…. Udah beres kan? Sekarang pesenin lagi dong sayang baksonya, kan tadi udah tumpah. Sekalian sama Delia juga kamu pesenin ya yang sama, soalnya selera kita juga sama…” manja Viviane sambil bergelayut di tangan Radit. “
OK… ya udah tunggu sebentar”.
Akhirnya setelah pesanan yang dibawa oleh Radit datang, mereka bertiga sambil diselingi obrolan ringan. Viviane memperkenal Radit pada Delia. Selama ini Viviane juga sering menceritakan pada radit tentang persahabatannya dengan Delia.
“ Del, ini cowok aku yang selama ini aku ceritain ke kamu, dia sangat sayang banget lho sama aku” puji Viviane sambil menggenggam tangan Radit.
“eh iya mas, perkenalkan aku Delia sahabatnya Viviane” ucap Delia sambil mengulurkan tangannya pada Radit tanda perkenalan. Dan Radit membalasnya.
“panggil Radit saja nggak usah pakai embel-embel mas” ucap Radit tidak terima dipanggil Mas.
“oh i…iya Radit” jawab Delia agak gugup.
Akhirnya mereka menikmati makan siang bertiga. Tapi buay Delia bukan makan siang tetapi “branch” breakfast campur lunch. Mereka makan sambil ngobrol santai.
Obrolan mereka bertiga lebih banyak didominasi oleh Viviane dan Radit. Karena Delia sejak tadi hanya menjadi pendengar setia sambil menundukkan kepalanya. Sesekali menanggapi cerita Viviane. Bukan apa-apa, sejak pertama kali melihat tatapan Radit tadi dia merasakan hal yang aneh. Tidak tau apa itu namanya. Maka dari itu dia lebih memilih lebih baik menunduk dan menikmati baksonya.
Setelah obrolan singkat dan perkenalan Delia dan Radit selesai, mereka akhirnya pulang. Viviane dan Radit pulang bersama, sedangkan Delia pulang sendiri. Maklum dia kan lagi jomblo. Tapi jomblonya Delia jomblo bahagia dan jomblo pilihan maksudnya memilih menjadi jomblo bukan jones alias jomblo ngenes.
Saat dalam perjalanan pulang, Delia melihat jam tangannya masih siang. Jadi masih banyak waktu yang tersisa. Dari pada dia pulang ke rumah lebih awal, tetap saja tidak ada kegiatan.
Akhirnya dia memutuskan untuk memutar balik mobilnya untuk pergi ke toko buku. Karena mengingat sudah lama dia tidak menyambangi toko buku langganannya. Dia berniat membeli beberapa buku novel dan beberapa buku untuk keperluan kuliahnya. Atau lebih tepatnya dia akan membeli buku pengetahuan tentang jurnalistik.
Sesampainya di dalam toko buku, dia langsung disambut dengan ramah oleh penjaga toko buku sekaligus anak dari pemilik toko buku tersebut.
“Siang Del... Makin cantik aja nih” sapa koko Yudhi yang sudah akrab dengan Delia.
“Siang juga ko... Kalau makin jelek paling juga ga disapa sama koko” jawab Delia sambil bercanda.
Sedangkan Yudhi hanya geleng-geleng kepala atas sikap Delia. Mereka sudah terbiasa dengan candaan konyol seperti itu. Selanjutnya Delia langsung menuju rak buku untuk mencari buku yang akan dia beli.
.
.
.
*TBC
*jangan lupa kasih jempolnya ya….
Salam dari _author newbie_😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 279 Episodes
Comments
Hasnah Siti
makin seru ceritanya....ayuh lanjut baca lagi aliasssss masih nyimak nih story nya😎
2022-09-04
1
re
Delia lucu jg
2021-11-12
0
Riera Chay
mampir y dik
2021-10-21
1