Melia ingin pergi. Tapi Anderson lagi-lagi menarik tangannya.
"Mau ke mana? Kamu wajib di sini bersamaku."
"Lepaskan saya!"
"Tidak sebelum kamu berjanji akan menjadi milikku!"
"Pak! Lepaskan saya!"
Tapi Anderson malah menyondongkan tubuhnya. Niatnya ingin menyium bibir itu tapi Melia dengan sekuat tenaga menghindar dari sisi Anderson. Melia mendorong kuat-kuat tubuh Anderson hingga Anderson hampir terjatuh.
Ha ha ha. Anderson malah tertawa dengan sangat kencang. "Aku memuji semua pertahanan kamu Melia. Tapi lihat lah, suatu saat nanti aku pasti akan mendapatkanmu!"
"Saya tidak sudi tidur dengan anda!"
"Well, aku cukup tahu kamu memang mempunyai harga diri setinggi langit!"
"Apa bapak tidak pernah takut dengan dosa?! Yang bapak lakukan itu benar-benar dosa besar."
Anderson mengernyit. Perempuan ini memang seseorang yang agamis, sosok orang yang memang sangat menjauhi kemaksiatan hingga membuat Anderson malah semakin penasaran.
"Well, ya. Maaf. Sepertinya tidak sekarang. Tapi suatu saat, aku pasti akan membuatmu datang untuk datang ke tempat tidurku!"
"Tidak akan pernah saya lakukan!"
Ha ha ha. Anderson tertawa lagi.
"Lihat saja nanti!"
"Saya ingin keluar dari perusahaan ini!"
"Ya, tapi bayar dulu seratus juta."
"Apa?"
"Apa kamu tidak tahu berkas yang sudah kamu tanda tangani sebulan yang lalu? Jelas-jelas di dalam dokumen itu jika kamu keluar sebelum masa kontrak habis kamu siap membayar ganti rugi."
"Dasar penipu!"
Ha ha ha. Anderson tertawa lagi dengan sangat keras.
"Menyerah saja, Melia. Semua orang menginginkanku. Semua wanita saling berebut tempat di hatiku. Apa kamu tidak tahu aku? Aku kaya, aku tampan dan aku mempunyai segala-galanya. Aku bisa memberimu banyak hal di hidupmu asal kamu tahu?"
Tapi Melia menggeleng keras.
"Saya tidak pernah berminat dengan anda!"
Brak!
Setelah mengucapkan hal itu, Melia segera keluar dari ruangan Anderson dengan menggebrak pintu itu keras-keras.
Tapi di dalam, Anderson hanya mengentikan dahi. Mengangkat sebelah bibirnya dengan sinis setelah kepergian Melia.
Tidak kah Melia tahu dia begitu terobsesi dengan dirinya?
***
Melia berlari secepat kilat keluar dari ruangan Anderson dengan napas yang terengah-engah. Jantungnya berdegup kencang, seluruh kakinya lemas tidak bertenaga karena ia baru menyadari bahwa beberapa menit yang lalu Melia dengan beraninya mengumpati bosnya itu.
Sial! Sial! Sial!
Melia butuh uang. Tapi Anderson bos gila! Walau Melia menggantungkan hidupnya dengan gaji perusahaan itu, Melia benar-benar menolak keras jika Anderson menghina harga dirinya.
Melia kemudian berlari sekuat tenaga sampai ke sisi halte. Niatnya ingin segera mencari taksi atau bus yang masih lewat, tapi mobil porsche hitam tiba-tiba muncul dari arah belakang.
"Hei Melia."
"Pak Anderson?"
"Naik lah, aku akan mengantarmu."
Sial! Mau sampai kapan dia menganggunya?
"Em, tidak. Terima kasih."
Untung saja, ada taksi yang lewat dari sisi seberang. Membuat Melia segera melambaikan tangannya dan segera menghindar dari Anderson.
"Melia!"
Terlambat. Melia sudah naik ke atas taksi dan meninggalkan Anderson yang meneriaki namanya.
***
Malam telah larut, dan Melia hanya bisa beristirahat seorang diri di dalam kamar. Ya, Melia memang sebatang kara. Setelah orang tuanya meninggal, dia harus hidup nomaden dengan rumah kontrakan yang ia sewa selama perbulan.
Melia menutup mata rapat-rapat. Sudah sebulan ini ia diteror oleh Anderson yang benar-benar membuatnya hampir gila.
"Tidur lah, Melia. Tidur. Kamu butuh istirahat." Berulang kali Melia mengatakan itu di dalam hati. Sampai suatu saat, ia benar-benar tertidur dengan sangat lelap.
Namun, tanpa Melia sadari, ada seseorang yang mengendap-endap masuk ke dalam rumah. Menggunakan hoddir berwarna hitam, sosok bayangan itu tengah membuka kunci rumah yang entah ia dapat dari mana.
Lalu, bayangan itu berjalan. Melewati lorong demi lorong rumah ini dan masuk ke dalam kamar Melia dengan lampu yang sudah padam.
"Hei, Melia. Izinkan aku tidur bersamamu karena tadi kamu menolakku."
Tanpa Melia sadari, bayangan itu sudah merangkul Melia dari belakang. Membuat Melia sedikit terusik dengan apa yang dilakukan oleh laki-laki itu.
Melia mengerjap-erjap, sebuah tangan yang melingkar di tubuhnya sungguh mengusik tidurnya.
Mata Melia membelalak hebat. Ia kaget bukan kepalang saat ada seseorang yang merengkuhnya dari belakang.
"Si-siapa kamu?"
Melia menoleh, dan laki-laki itu tersenyum senang.
"Pak Anderson?!"
"Hai Melia?"
Tapi belum sempat Melia berpikir lebih jauh lagi, tiba-tiba Anderson sudah membungkam mulut Melia dengan sebuah kain yang berbau dengan sangat menyengat.
Dan bau itu, berhasil membuat Melia tidak sadarkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Mia Mhionk
bos gila
2024-01-23
0
Cicih Sophiana
wow nyimak dl thor...
2022-12-28
0
Kenzi Kenzi
nekad
2022-10-11
0