Melia mengerjap-erjap, cahaya matahari yang tidak sengaja masuk melalui jendela kaca, tanpa sengaja membuat Melia bangun dari tidur lelapnya.
Melia berusaha membuka mata, saat ia berhasil membuka mata lebar-lebar, ia langsung terperanjat kaget dan segera bangkit dari ranjang.
"Astaga."
Melia menahan napas seper sekian detik. Buru-buru ia bangkit dari ranjang dan mengedarkan pandangan ke segala arah. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan tapi semuanya masih tampak normal.
"Semalam apa aku bermimpi?" Melia menelan salivanya pasrah. Ia memeluk dirinya sendiri sambil mengerjap-erjap.
Apa memang benar kalau semalam Melia hanya sedang bermimpi? Tapi, mimpi itu sangat jelas, Melia ingat betul saat tadi malam ia menatap wajah Anderson di sisi ranjangnya, pun saat ia merasakan Anderson memeluk tubuhnya dari belakang.
Tapi tidak.
Ini tidak mungkin, kan?
Buru-buru Melia mengecek ke seluruh penjuru rumah. Semuanya tampak normal dan semua kunci tertutup rapat.
Tidak. Ini pasti salah.
Lagi pula, bagaimana mungkin Anderson bisa masuk ke dalam rumah ini?
Ya, Melia. Ini pasti mimpi.
Melia pada akhirnya bisa bernapas lega. Paling tidak, ini semua memang mimpi kan?
Ia kemudian menatap ke arah jam yang ada di dinding kamar. Sudah pukul tujuh tepat dan ia harus segera pergi ke kantor.
"Ya, ampun. Kenapa waktu terasa sebentar sekali? Aku benci melihatnya setiap waktu." Kutuk Melia pada diri sendiri.
Tapi baru saja Melia mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Ia dikejutkan dengan bekas sikat gigi yang tergeletak di tepi wastafel.
Deg.
Jantung Melia seperti berhenti untuk berdetak.
Kenapa sikat gigi ada di sini? Bahkan, Melia ingat betul bahwa setiap ia selesai menggosok giginya, ia selalu menggantungkan sikat gigi itu di rak tempatnya berada.
Melia menahan napas seper sekian detik. Tiba-tiba ia menoleh ke kiri dan ke kanan. Mulai menyermati keadaan sekitar dan mulai menemukan kejanggalan di sini.
Kenapa kamar mandi ini tampak basah? Cipratan-cipratan air di dinding kamar mandi seperti menandakan bahwa kamar mandi ini baru saja dipakai oleh seseorang.
***
"Mel? Are you oke?" Salah satu teman kantor yang mendapati Melia tampak murung di meja pantry mampu membuat Melia kaget bukan kepalang.
"Astaga."
"Hei? Kamu melamun?"
Buru-buru Melia menggeleng. "Ah, maaf. Aku tadi memikirkan sesuatu."
Rosa mengangkat sedikit alisnya kemudian tersenyum. "Kamu dipanggil Tuan Anderson ke ruangannya."
"Eh?"
"Ya, Mel." Rosa mendelik. "Hey, apa kamu sedang terlibat masalah dengan Tuan Anderson?"
"Apa?"
"Ya. Aku hanya ingin memperingatkanmu. Jangan macam-macam dengan Tuan Anderson. Kamu tahu kan nasib orang jika berurusan dengan Tuan Anderson? Kamu sudah lihat begitu banyak orang yang dibuat menderita, hanya karena masalah sepele dan dia dipecat dari perusahaan ini. Mereka sangat sulit lagi mencari pekerjaan."
Melia menelan salivanya pasrah.
"Maaf, aku hanya khawatir. Sepertinya Tuan Anderson sering memanggilmu. Apa laporan yang kamu berikan kepadanya terlalu banyak revisi?"
Lagi-lagi Melia menghela napas.
Jadi, ini alasan yang selalu digunakan Anderson untuk memanggilku ke kantornya? Alih-alih merevisi laporan, tapi sebenarnya Melia selalu dilecehkan oleh sosok itu.
"Emm, ya. Aku akan ke ruangannya."
***
Dan selalu seperti ini,
Anderson selalu tampak menggoda saat Melia datang ke dalam ruangannya.
"Selamat pagi, Melia."
Tapi baru satu langkah Melia masuk ke dalam ruangan Anderson, Melia seperti menghirup sesuatu. Saat ia melangkah semakin mendekat ke arah Anderson, Melia semakin yakin bau yang ia hirup adalah aroma yang benar-benar tidak salah lagi.
Deg.
Dan hal ini semakin membuat jantung Melia berdegup dengan sangat kencang. Baru saja tadi pagi ia memikirkannya, tapi kenapa ia dihadapkan fakta yang mungkin membuat pikirannya semakin buruk?
"Pak, maaf. Sampo apa yang bapak gunakan?"
Anderson mengernyit saat mendengar pertanyaan itu.
"Kenapa, Melia?"
"Kenapa aromanya seperti kepunyaan saya? Maaf, tapi kulit kepala saya sangat sensitif dan sampo yang saya gunakan adalah sampo yang diracik khusus dan hanya bisa dipesan melewati online shop."
Jantung yang tadi berdetak kini semakin bergemuruh hebat. Sedangkan di sana, Melia semakin berdiri kaku dengan tangan yang bergetar.
Astaga. Kejadian tadi malam?
Ya Tuhan, jangan-jangan ....!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Anonymous
sengaja banget anderso ninggal jejaknya...mmg biar ketauan...
2023-03-09
0
Cicih Sophiana
Anderson apa di rumah gak punya sampo dan sikat gigi yah😂😂😂
katanya horang kaya sampo aja gak ke beli sih 😅😅😅
2022-12-28
0
Kenzi Kenzi
mana mau ngaku babang
2022-10-11
0