''Mit, kamu udah liat papan pengumuman siswa yang diterima di PTN?'' Salah satu teman Mita datang dengan setengah berlari ke arah Mita.
''Anak-anak rame banget menuhin mading sampai aku nggak bisa lihat. Kata Furi aku nggak lulus Unpad, tapi aku lulus di Telkom Bandung.'' lanjutnya dengan senyuman walaupun saat menyinggung Unpad suaranya terdengar melemah. Mungkin ada segurat kekecewaan karena tidak diterima di salah satu kampus negeri ternama di kota kembang itu.
''Wah selamat ya Win, kamu keren diterima di Bandung. Bisa lupa pulang kamu kalau kuliah disana.'' Ternyata namanya Winda, teman sebangku Mita. Mungkin lebih tepatnya teman satu meja, tidak mungkin kan kalau satu bangku berdua? Tiba-tiba ia ingat akan nasibnya, apakah nasih baik menghampirinya hingga ia bisa kuliah?
Hampir semua anak memimpikan bisa kuliah di Bandung, ibukota dari Jawa Barat yang terkenal dengan sebutan Paris Van Java itu. Mengingat jarak yang jauh dengan tempat Mita tinggal, dapat dibastikan siswa yang diterima di universitas Bandung akan kost. Salah satu siswa yang juga menimpikan Bandung adalah Mita. Dia sudah daftar di ITB lewat jalur bieasiswa Pemprov Jawa Barat dan mengikuti tes seleksi, hari ini pengumumannya bersama pengumuman penerimaan mahasiswa universitas lain. Semoga kebentungan sedang berpihak pada Mita, mengingat siswa yang mendaftat ribuan sedangkan yang diterima hanya dua puluh orang saja.
''Punten dong, lihat nama aku ada nggak?'' Mita mencoba menerobos masuk ke kerumunan siswa yang mengelilingi papan pengumuman di mading.
''Yah, namaku nggak ada ya.'' Ucapnya saat melihat papan pengumuman ITB. Dia pun perlahan mundur dari sana. Buntu sudah jalan pikirannya. Impian yang dia bangun hilang tak berbekas, entah bagaimana kedepannya ia tak tahu. Jika kali ini ia gagal, ia tak tau harus memulai dari mana. Mimpinya hanya satu, bisa kuliah. Sehingga plan B belum ia pikirkan.
''Mit, nama kamu ada di IPB Mit.'' Kenapa dia bisa lupa kalau di daftar di tiga PTN. Salah satu nya universitas negeri kebanggan warga Bogor. Mungkin karena dia sangat terobsesi masuk ITB karena full beasiswa hingga lulus senilai ratusan juta, sampai-sampai melupakan Unpad dan IPB padahal dia ikut daftar disana.
''Ya ampun Rul aku sampai lupa, alhamdulillah nuhun ya Rul.'' Arul yang melihat Mita lesu langsung memberi tahunya, mungkin dia belum melihat pengumuman IPB pikir Arul.
''Tidak apa-apa aku gagal di ITB dan Unpad, mungkin jalanku di IPB. Bismillah, semoga semuanya dimudahkan.'' Batinnya menyemangati dirinya sendiri. Walaupun dia daftar di IPB bukan jalur beasiswa, namun menurut info jika sudah dinyatakan lulus tes maka akan dibantu untuk mencari beasiswa oleh pihak sekolah.
''Mit, kamu kemana aja sih? Dari tadi aku cari kamu tahu nggak.'' Winda menghampiri nya dengan tangan yang memegang seplastik es teh manis. Keliling sekolah mencari Mita membuatnya haus lalu memutuskan membeli es teh manis di kantin Mang Eman.
''Aku lihat pengumuman Win, aku diterima di IPB Win. Baru kali ini aku tahu rasanya di tolak, aku ditolak ITB dan Unpad. Rasanya sakit ya, lebih sakit daripada saat aku nolak Jong Ki jadi pacarku Win.'' Ucapnya sambil tertawa.
''Halu aja terus, kamu dipanggil pak Sandi tuh di ruang BK. Semoga tentang beasiswa ya Mit, semangat.'' Ucapnya sambil memegang pipi Mita. ''Aah Winda sweet banget sih. Kalau kamu cowok, udah aku pacarin deh.''
''Jijay Mit, getek aku dengernya. Udah sana jung, keburu pulang lho Pak Sandi.'' ucapnya sambil bergidik membayangkan dirinya pacaran dengan Mita.
Ruang BK
''Assalamu'alaykum. Maaf Pak tadi kata Winda, Bapak manggil saya.''
''Wa'alaykunsalam, masuk Mita ada yang ingin Bapak sampaikan terkait beasiswa kamu.'' Pak Sandi yang sedang menatap handphone nya seketika melihat ke arah datangnya Mita. Mita pun duduk di kursi tamu yang ada di ruang konseling itu. Diambilnya posisi tepat di depan Pak Sandi dengan gugup.
''Selamat ya kamu diterima di IPB. Mungkin itu yang terbaik untuk kamu. Alhamdulillah Bapak baru dapat kabar dari Bu Lia, seorang dosen di Jakarta bahwa beliau bersedia menjadi orangtua asuh kamu, yang membiayai pendidikan kamu nanti hingga lulus. Bapak minta kamu serius belajar, dan jangan mengecewakan beliau.'' Mendengar apa yang diucapkan Pak Sandi, Mita terkejut. Semudah itu seseorang yang tidak dia kenal akan membayar semua uang kuliahnya. Siapa Bu Lia? Jangankan mengenal, bertemu atau sekedar melihat wajahnya saja dia belum pernah.
''Serius Pak?'' Tanya Mita yang dijawab anggukan guru BK nya tersebut. Banyak wejangan yang disampaikan Pak Sandi, agar menjadi bekal selama menuntut ilmu.
''Besok kamu ke Jakarta menemui Bu Lia di rumahnya ya. Bawa semua berkas yang diberikan pihak kampus termasuk surat pemberitahuan berapa yang harus dibayar. Kamu harus sopan ya Mita, sampaikan salam Bapak untuk beliau.'' Ingin rasa nya dia menangis, Allah begitu baik padanya. Tak hentinya rasa syukur yang dia panjatkan dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Sifa Fatimah
j
2021-12-18
0
Sifa Fatimah
mampit ah, bahasanya enak bikin betah
2021-12-18
0
manoppoyuni yuni
Kayaknya bukan Telkom Bandung , Author ... Tapi di Universitas Telkom
2021-09-26
0