Pukul 7.30 malam.
Tari sudah berdiri tepat di depan pintu rumah Qameella. Menarik napas panjang lalu dihembuskan perlahan untuk
menghilangkan rasa takutnya menghadapi kedua orang tua sahabatnya. Kelihatan rada lebay sih sikap Tari. Tapi wajarlah dia jadi takut. Lantaran ulahnya hingga pada peristiwa setahun lalu, meninggalkan kesan kurang baik padanya. Dan untungnya kedua orang tua Qameella tidak melarangnya untuk tetap berteman dengan putri mereka.
Awalnya Tari ragu-ragu mengetuk pintu rumah Qameella. Kemudian pintu pun terbuka. Dia pun terkejut sekaligus
lega saat melihat orang yang telah membukakan pintu untuknya.
“Ngapain lo datang jam segini ke rumah gue?” tanya Qarmitha sinis. Tanpa menyuruh Tari masuk ke dalam rumahnya.
“Hai, Tha. Gue mau ngajak Meella ke pasar malam.” sahut Tari agak takut melihat sorot Qarmitha yang terkihat mengintimidasinya.
“Pasar malam?” Qarmitha mengernyitkan alisnya seakan tidak percaya. “elo mau ajak kembaran gue ke pasar malam. Elo nggak salah kan?”
“Ya nggak lah. Lagian si Meella udah setuju mau gue ajak ke sana.” jawab Tari mantap.
Qarmitha mengangkat satu alisnya ke atas. "Hah?!"
Tari bergumam sambil mengangguk sekali.
Tidak lama berselang Qameella keluar. Namun agak kesulitan untuk menerobosnya, lantaran Qarmitha berdiri mematung diambang pintu sampai menghalangi jalan.
"Tha ..." panggil Qameella lembut.
Qarmitha dan Tari langsung mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara. Qarmitha menggeser posisi berdirinya agar Qameella bisa lewat.
"Elo yakin mau pergi?"
"Iya. Tapi kayanya gue nggak lama perginya." sahut Qameella sambil menyangkil tali tas selempangnya.
Tari tersenyum canggung. Sementara Qarmitha masih menunggu kelanjutan ucapan saudari kembarnya yang diyakini masih belum selesai.
"Gue nggak mau jadi obat nyamuk," Qameella melirik Tari yang tiba-tiba menjadi salah tingkah. "jadi, abis beli buku gue langsung balik." salah satu alasan Qameella ikut Tari, hanya ingin membeli buku di bazar buku untuk menambah koleksi novel dan buku bacaan lainnya, yang katanya harganya lebih murah dari pada harga di toko buku.
"Elo harus anterin mpok gue pulang, Tar. Masa elo mau jemput doang, pulang dibiarin sendiri. Nanti kalo sampai terjadi apa-apa sama kembaran gue. Elo bakalan gue cecar abis-abisan." tutur Qarmitha dengan nada mengancam.
"Oke, oke, siap..." jawab Tari cepat.
Qameella dan Tari hendak bergegas pergi dengan sepeda motor metik milik Tari.
"Meel, elo bawa kunci rumah gak?" pekik Qarmitha menyurutkan langkah saudari kembarnya.
"Bawa." sahutnya cepat sambil mengecek isi dalam tasnya. Dia ingin memastikan kunci rumahnya benar-benar telah dibawanya. "iya. Aku bawa." lanjutnya sambil menunjukkan rencengan kuncinya dari dalam tas.
"Oke. Bagus deh."
"Kenapa? Elo mau enggak pulang lagi?" selidik Qameella. Dia sudah sangat hafal dengan tabiat saudari kembarnya itu. Apalagi saat seperti ini, kedua orang tua mereka sedang tidak ada di rumah karena menginap di rumah Nenek yang sedang sakit.
Qarmitha langsung cengengesan seakan mengiyakan ucapan saudari kembarnya yang lebih tua beberapa menit darinya.
"Kebiasaan lo. Kalo gue aduin ke mama baru tahu rasa." ancam Qameella.
"Gak papa. Yang penting gue happy." sahutnya ringan.
Tari mengemudikan sepeda motor metiknya menuju pasar malam yang berjarak beberapa ratus kilo meter dari kompleks perumahan mereka. Rumah Tari dan Qameella sebenarnya tetanggaan. Hanya berjarak beberapa rumah yang memisahkan mereka. Tetapi mereka jarang main bareng. Pasalnya Qameella tidak terlalu suka keluar rumah. Jadi, jika Tari ingin main dengan Qameella. Dia harus datang bertamu ke rumahnya.
Setibanya di pasar malam, Tari memarkir sepeda motornya di lahan parkir yang telah disediakan oleh pihak pengelola.
Tari mengantar Qameella pergi ke stand bazar buku sambil menunggu kabar dari Dimas. Karena setelah itu Qameella akan pulang sendiri.
*
"Sialan si Ryan udah nyuruh gue ke sini, tapi dia sendiri gak nongol-nongol batang hidungnya." rutuk Garda di pintu masuk pasar malam. Cowok tampan itu tampak sangat gusar menunggu temannya yang telah mengajaknya ke tempat itu untuk balapan liar. Tapi pada kenyataanya dia hanya seorang diri seperti bocah ingusan menunggu ibunya datang.
Garda sudah berulang kali mencoba menghubungi Ryan via telepon, chat pun tidak dibalas.
Tidak lama berselang datang segerombol remaja seusia Garda yang tergabung dalam geng motor. Mereka membawa berbagai macam senjata tumpul dan tajam untuk menyakiti orang lain. Langsung turun dari kendaraan masing-masing setelah sebelumnya hanya menurunkan standar motor tanpa mematikan mesin. Hanya satu seruan dari salah satu dari mereka bertugas sebagai pemimpin untuk melakukan pergerakan. Maka yang lainnya pun bergerak seperti segerombolan bebek bergerak begitu kompak.
Pada waktu yang bersamaan Ryan menelepon Garda. Bocah tengik itu meminta Garda segera kabur dari tempat itu karena ada penyerangan dari Geng Endoy, sekumpulan bebek yang sedang bergerak ke arahnya. Mereka ingin membalas dendam pada Geng ABABIL, yang dipimpin Garda lantaran mereka tidak terima dengan kekalahan Ilham dua hari lalu melawan Garda. Sementara informasi balapan liar hari ini hanyalah untuk memancing kemunculan Garda.
"******* lo! Kenapa elo gak ngomong dari tadi?" hardik Garda geram.
Secepat kilat Garda berlari masuk ke dalam pasar malam sebelum mereka benar-benar menyadari kehadirannya. Tetapi mata mereka terlalu banyak untuk mengawasi satu target. Hingga tidak luput dari pantauan mereka. Seketika mereka menyebar agar bisa menangkap Garda.
Setelah mendapat telepon dari Dimas, Tari langsung meninggalkan Qameella di stan bazar buku yang terletak di tengah pasar malam. Gadis itu menekuri judul-judul buku yang akan dibelinya. Selain Qameella ada beberapa orang yang juga akan membeli buku.
Garda berlari tunggang langgang menghindari perkelahian. Walau pun sangat makhir bela diri tetapi dia tidak mungkin melawan mereka yang berjumlah belasan orang bersenjata. Sedangkan dia hanya seorang diri dengan tangan kosong. Jika tetap dipaksakan melawan sama saja ingin menggali kuburan sendiri.
Sesekali Garda terpaksa terlibat baku hantam dengan mereka karena sudah tidak bisa menghingdar lagi. Dalam hati dia merutuki teman-temannya yang belum juga datang membantu menghadapi mereka. Cowok tampan, tinggi, kulit bersih, hidung dan rambut pendek lurus itu sudah mulai kewalahan menghadapi para anggota Geng Endoy.
Suasana menjadi rusuh seketika akibat kebrutalan anggota Geng Endoy, membuat para pedagang dan pengunjung panik. Mereka kocar-kacir menyelamatkan diri. Bagi pedagang yang masih bisa menyelamatkan dagangannya mereka kabur dengan dagangannya. Sementara bagi yang tidak bisa menyelamatkan dagangannya, mereka lari dengan tangan kosong. Mereka pasrah barang dagangan mereka dirusak oleh remaja tanggung yang bertingkah lebih buruk dari hewan.
Qameella yang baru menyadari situasi terkini setelah pemilik stan merebut buku ditangannya panik. Lalu mengusirnya untuk menyelamatkan diri. Kemudian pria itu merapikan sebisa mungkin barang dagangannya sebelum ambil langkah seribu.
Gadis polos itu terbeliak kaget ketika melihat area pasar malam yang kini lebih mirip arena pertempuran. Di saat orang-orang sibuk berlari menyelamatkan diri, Qameella malah mematung tidak bisa bergerak. Dalam hati dia sangat panik dan takut melihat suasana yang sangat mencekam itu. Tapi apa boleh buat hati dan seluruh anggota geraknya tidak bisa berkompromi dengan baik.
Qameella membulatkan matanya sewaktu sebuah tongkat kasti gergerak ke arahnya tanpa bisa menghindar. Dia hanya bisa memejamkan mata seakan pasrah menerimanya.
Buukk! Paakk! Klontang!
Mendadak Qameella terkejut saat ada tangan kokoh menarik lengannya dan menyeretnya pergi, setelah sebelumnya meresa heran tubuhnya tidak terasa sakit. Sontak membuka mata lebar-lebar. Dia melihat seorang cowok sedang menarik lengannya sangat erat.
"Dasar cewek bodoh!" hardiknya menyadarkan Qameella akan situasi yang yang semakin genting. "elo cari mati ya?"
Qameella terdiam membisu hanya menggelengkan kepala.
"Cepat lari!" serunya terus menyeret Qameella. Cowok itu membawa Qameella keluar dari pasar malam melalui jalan tikus di belakang pasar malam. Sayang langkahnya tidak sama besar dengan langkah cowok berjiwa super hero itu. Qameella terpelanting nyaris jatuh tersungkur ke tanah. Untunglah, cowok itu begitu sigap menahan bobot tubuh 39 kg milik Qameella dalam pelukannya.
Deg!
Degup jantung Qameella berdetum kencang. Gugup sekaligus takut bersatu di dalam hatinya. Dia tidak bisa mengenali wajah cowok itu dengan jelas dengan pencahayaan yang kurang terang. Ditambah mata minus tanpa kaca mata membuatnya cukup kesulitan dalam penglihatannya. Namun aroma parfum yang menempel ditubuh cowok itu, mengingatkannya pada cowok yang sudah menyelamatkannya setahun lalu.
Rega!
Kini, sepasang remaja tanggung itu sudah berada jauh meninggalkan pasar malam. Tetapi mereka tetap mengejar di belakang. Mau tidak mau Cowok itu terus membawa serta Qameella pergi ke tempat yang lebih aman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments