Malam pun tiba, Kania pergi ke sebuah restoran bersama dengan orang tuanya. Kania menggunakan dress berwarna merah dengan rambutnya yang tergerai.
Mereka masuk dan berjalan menuju sebuah meja di mana ada sebuah keluarga yang sedang menunggu mereka. Orang tua Kania menyapa mereka dan saling bersalaman.
"Maaf ya kami datang nya terlambat."Ucap Ningsih.
"Tidak masalah, lagi pula kami baru saja datang kok."Ucap sahabat Ningsih yang bernama Lusi.
"Oh iya kenalin, ini anak aku namanya Kania."Ucap Ningsih yang menggandeng tangan Kania.
"Wah cantik sekali."Ucap Lusi.
"Oh iya anak kamu mana?."Tanya Ningsih.
"Ada di lagi ke belakang sebentar."Jawab Lusi.
Orang tua Kania terus mengobrol bersama dengan sahabatnya itu, dan Kania hanya mendengar mereka berbicara. Namun ada perkataan mereka yang membuat kaget Kania ya itu saat mereka berbicara tentang sebuah pernikahan anak mereka.
"Apa? Tadi gue nggak salah dengar kan. Pernikahan anak mereka? Maksudnya gue sama anak Tante Lusi. Tapi masa iya, gue kan masih sekolah. Nggak pasti bukan gue, terus kalau bukan gue siapa? Anak Mamah kan gue doang satu satunya." Batin Kania.
Tapi Kania tetap berusaha untuk tenang dan berpikir kalau mereka bukan sedang membicarakannya. Tak lama seorang pemuda tampan datang dan menyapa.
"Selamat malam semuanya, maaf tadi ada sedikit masalah."Ucap pemuda itu.
"Tidak papa."Jawab Ningsih.
"Lusi, anak kamu ganteng banget."Sambung Ningsih yang berbisik pada Lusi sahabatnya itu.
Sedangkan Kania hanya menatap pemuda itu dengan heran dan bertanya tanya mengapa dia ada di sini. Pemuda itu pun menengok kearah Kania yang saat ini menatap nya.
"Heh ngapain elu liatin gue sampe begitu? Ah...Gue tahu terpesona kan elu sama gue."Ucap pemuda itu yang tak lain adalah Cakra.
"Dih pede gila, siapa juga yang terpesona sama elu."Ucap Kania.
"Udahlah Kania, kalau memang elu terpesona sama gue bilang aja lagi nggak usah malu malu."Ucap Cakra kembali.
"Khmm sepertinya kalian sudah saling kenal."Ucap Lusi.
"Kenal dong Mah, dia itu satu sekolah sama Cakra dan sepertinya dia suka sama Cakra."Ucap Cakra sambil tersenyum puas karena membuat Kania kesal.
"Oh.... Bagus deh kalau gitu, jadi rencana pernikahan kalian akan di percepat."Ucap Lusi.
"APA?."Ucap Cakra dan Kania bersamaan.
"Maksudnya apa sih Mah, pernikahan apa?."Tanya Kania pada Ningsih.
"Ya menikah lah Kania."Jawab Ningsih.
"Iya siapa Mah?."Tanya Kania kembali.
"Sudah sudah biar Papah yang jelasin sama mereka."Ucap Joni Papah dari Cakra.
"Begini, sebenarnya pertemuan kita malam ini itu untuk membicarakan soal perjodohan kalian. Dan setelah kami bicarakan, kami memutuskan untuk menikahkan kalian secepatnya."Sambung Joni yang menjelaskan pada Kania dan Cakra.
"Aduh bercandanya nggak lucu deh."Ucap Cakra.
"Kami sedang tidak bercanda Cakra. Semua ini sudah di bicarakan sejak lama dan sudah di pikirkan dengan matang matang."Ucap Indra.
"Tapi Om kita itu masih sekolah dan masa depan kita juga masih panjang. Kita sama sekali belum mau menikah."Ucap Cakra.
"Benarkan Kania?."Sambung Cakra yang bertanya pada Kania.
"Iya benar, aku sama sekali belum mau menikah Pah."Ucap Kania.
"Baik kalau kalian memang tidak mau menikah terserah kalian saja."Ucap Indra yang langsung bangkit dari duduknya di ikuti oleh Ningsih dan orang tua Cakra.
"Loh kalian mau kemana?."Tanya Cakra.
Tidak ada yang menjawab pertanyaan Cakra. Cakra dan Kania bangun dari duduknya lalu berniat menyusul orang tua mereka. Namun tiba tiba saja pelayan menghentikan mereka karena makanan yang mereka pesan tadi belum di bayar.
Cakra hendak membayar menggunakan kartu nya namun tidak bisa. Karena semua kartu Cakra tidak bisa akhirnya Kania mencoba untuk membayar menggunakan kartu milik nya, tapi ternyata sama saja.
Terpaksa Cakra dan Kania membayar menggunakan uang cash yang mereka bawa. Bahkan saat mereka keluar dari restoran mobil orang tua mereka pun sudah tidak ada.
Dengan terpaksa mereka pun berjalan. Tanpa mereka sadari kalau orang tua mereka mengawasi dari jauh. Mereka sengaja melakukan hal itu agar Cakra mau pun Kania menerima perjodohan ini.
Setelah Cakra dan Kania benar benar pergi, orang tua Cakra mau pun orang tua Kania duduk di meja mereka kembali dengan makanan yang sudah di hidangkan.
"Semoga saja dengan begini mereka mau menerima perjodohan yang sudah kita buat dari dulu."Ucap Lusi.
"Benar sekali, enak saja mereka mau membatalkan rencana yang sudah kita buat dari sejak kita menikah."Saut Ningsih.
Ningsih dan Lusi memang sudah bersahabat sejak lama, begitu pun dengan Indra dan juga Joni. Saat Ningsih dan Lusi membuat rencana perjodohan anak mereka, Indra dan Joni menyetujui nya.
Awalnya perjodohan ini akan di lakukan saat Cakra dan Kania sudah masuk kuliah dan itu pun hanya sekedar bertunangan saja. Tapi saat di mana Lusi dan juga Ningsih melihat Cakra bersama dengan gadis lain membuat mereka khawatir kalau rencana perjodohan mereka akan gagal.
Karena itu mereka mengusulkan pada Indra dan Joni untuk mempercepat pernikahan mereka sebelum terlambat nantinya. Dan jika mereka menolak pernikahan ini, mereka akan mogok bicara pada mereka, fasilitas mereka pun akan di cabut.
Mereka yakin dengan cara itu Cakra dan Kania pasti tidak akan menolak lagi. Tapi jika mereka masih tidak mau menerima perjodohan ini, maka para orang tua itu akan melakukan cara lama yang sudah tidak asing lagi untuk memaksa mereka menikah.
________
Sedangkan kini Cakra dan Kania sedang berjalan berdua tanpa uang sepeser pun. Kania terus saja mengomel pada Cakra. Dan....
BBRRRUUUUSSSSSS.
Hujan turun dengan sangat deras, membuat Kania bertambah kesal begitu juga dengan Cakra.
"Aaaaaaa......Sial sial sial."Teriak Kania.
"Berisik tahu nggak sih."Ucap Cakra.
"Biarin aja, biar semua orang tahu betapa sialnya gue hari ini."Ucap Kania.
Karena hujan yang semakin lama semakin deras, Cakra menggandeng tangan Kania dan mengajaknya untuk berteduh. Entah itu sebuah kebetulan atau apa, di dekat mereka ada sebuah gubuk kecil yang sepertinya sudah tidak di tempati lagi.
Mereka berdiri di sana menunggu hujan berhenti. Tapi sungguh sial bagi mereka bukannya berhenti malah bertambah deras lagi dan bahkan guntur pun ikut menyambar di sertai angin kencang.
Cakra yang melihat Kania ketakutan langsung mengajak masuk kedalam gubuk. Kania pun menurut, karena saat ini tidak ada orang lain lagi selain Cakra yang bisa meredakan rasa takutnya itu.
Cakra melepas jaket nya dan di berikan pada Kania agar Kania tidak kedinginan lagi.
"Nih pake jaket gue."Ucap Cakra sambil memberikan jaketnya pada Kania.
"Makasih."Ucap Kania yang mengambil jaket Cakra lalu memakainya agar tidak terlalu kedinginan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Budi Setiawan
next
2022-02-14
0
Susi Purnama
wow... bau baunya mau hemmmmm😍😍
2021-10-11
0
hanya halu
😑(7pgj8
2021-10-04
1